Kota Kediri (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦏꦝꦶꦫꦶ, Pegon: كاڎيري, translit. Kadhiri; pengucapan bahasa Jawa: [kaˈɖiri]) adalah sebuah
Kota yang berada di provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Kota ini terletak sekitar 130 km sebelah Barat Daya
Kota Surabaya dan merupakan
Kota terbesar ketiga di provinsi Jawa Timur setelah
Kota Surabaya dan
Kota Malang menurut jumlah penduduk.
Kota Kediri merupakan
Kota tertua yang ada di Jawa Timur.
Kota Kediri memiliki luas wilayah 63,40 km² . dan seluruh wilayahnya merupakan enklave dari Kabupaten
Kediri.
Kota Kediri terbelah oleh Sungai Brantas yang membujur dari Selatan ke Utara sepanjang 7 kilometer. Penduduk
Kota ini berjumlah 289.418 jiwa, berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Kota Kediri tahun 2023.
Kediri dikenal merupakan salah satu pusat produksi gula dan industri rokok terbesar di Indonesia. Perusahaan rokok Gudang Garam berpusat di
Kota ini.
Sejarah
Artefak arkeologi yang ditemukan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa daerah sekitar
Kediri menjadi lokasi dari Kerajaan Kadiri, sebuah kerajaan Hindu-Buddha pada masa antara abad ke-11.
Menurut Serat Calon Arang, awal mula wilayah
Kediri sebagai permukiman perkotaan dimulai ketika raja Airlangga memindahkan pusat pemerintahan kerajaannya yang sebelumnya dari istana Kahuripan berpindah ke Dahanapura ("dahana" = api, "pura" =
Kota), yang selanjutnya lebih dikenal dengan singkatannya sebagai Daha berlokasi di wilayah sekitar
Kota Kediri. Sepeninggal Airlangga, wilayah kerajaan dibagi menjadi dua, yaitu
Kediri di barat dan Jenggala di timur. Daha menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu dan Kahuripan menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Janggala. Panjalu oleh penulis-penulis periode belakangan juga disebut sebagai Kerajaan Kadiri/
Kediri, dengan wilayah awal kira-kira Kabupaten
Kediri sampai Kabupaten Madiun sekarang.
Semenjak pengaruh wilayah Tumapel (yang berpusat di Singhasari) menguat, ibu
Kota Dahanapura diserang dan
Kota ini menjadi kedudukan raja vazal, yang terus berlanjut hingga Majapahit hingga Demak dan Mataram Islam.
Kediri jatuh ke tangan VOC sebagai konsekuensi Geger Pecinan. Jawa Timur pada saat itu dikuasai Cakraningrat IV, adipati Madura yang memihak VOC dan menginginkan bebasnya Madura dari Kasunanan Kartasura. Karena Cakraningrat IV keinginannya ditolak oleh VOC, ia memberontak. Pemberontakannya ini dikalahkan VOC, dibantu Pakubuwana II, sunan Kartasura. Sebagai pembayaran,
Kediri menjadi bagian yang dikuasai VOC. Kekuasaan Belanda atas
Kediri terus berlangsung sampai Perang Kemerdekaan Indonesia.
Perkembangan
Kota Kediri menjadi swapraja dimulai ketika diresmikannya Karesidenan
Kediri atau Gemeente
Kediri pada tanggal 1 April 1906 berdasarkan Staasblad (Lembaran Negara) no. 148 tertanggal 1 Maret 1906, yang mana pada saat itu
Kota Kediri masih termasuk wilayah administrasi dibawah naungan Kabupaten
Kediri. Gemeente ini menjadi tempat kedudukan Residen
Kediri dengan sifat pemerintahan otonom terbatas dan mempunyai Gemeente Raad ("Dewan
Kota"/DPRD) sebanyak 13 orang, yang terdiri dari delapan orang golongan Eropa dan yang disamakan (Europeanen), empat orang Pribumi (Inlanders) dan satu orang Bangsa Timur Asing. Sebagai tambahan, berdasarkan Staasblad No. 173 tertanggal 13 Maret 1906 ditetapkan anggaran keuangan sebesar f. 15.240 dalam satu tahun. Baru sejak tanggal 1 November 1928 berdasarkan Stbl No. 498 tanggal 1 Januari 1928,
Kota Kediri menjadi "Zelfstanding Gemeenteschap" ("
Kota swapraja" dengan menjadi otonomi penuh).
Kediri pada masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 menjadi salah satu titik rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Kediri juga mencatat sejarah yang kelam juga ketika era Pemberontakan G30S PKI karena banyak penduduk
Kediri yang ikut menjadi korbannya.
Geografi
Luas wilayah
Kota Kediri adalah 63,40 km² atau (6.340 ha) dan merupakan
Kota sedang di Provinsi Jawa Timur. Terletak di daerah yang dilalui Sungai Brantas dan di antara sebuah lembah di kaki gunung berapi, Gunung Wilis dengan tinggi 2552 meter.
Kota ini berjarak ±130 km dari Surabaya, ibu
Kota provinsi Jawa Timur terletak antara 07°45'-07°55'LS dan 111°05'-112°3' BT. Dari aspek topografi,
Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 meter di atas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-40%.
Struktur wilayah
Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh Sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak di bagian timur sungai, meliputi Kecamatan
Kota dan Kecamatan Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kecamatan Mojoroto yang mana di bagian barat sungai masuk kawasan lereng Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang (300 m) yang keduanya termasuk gugusan Pegunungan Wilis .
= Batas Wilayah
=
Seluruh wilayah
Kota Kediri berbatasan dengan Kabupaten
Kediri, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara: Kecamatan Gampengrejo dan Kecamatan Banyakan, Kabupaten
Kediri
Sebelah Selatan: Kecamatan Kandat, Kecamatan Ngadiluwih, dan Kecamatan Semen, Kabupaten
Kediri
Sebelah Timur: Kecamatan Ngasem, Kecamatan Wates dan Kecamatan Gurah, Kabupaten
Kediri
Sebelah Barat: Kecamatan Banyakan dan Kecamatan Semen, Kabupaten
Kediri
= Iklim
=
Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah
Kota Kediri beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di
Kota ini berlangsung sejak awal bulan Mei hingga awal bulan November dengan bulan terkering adalah Agustus. Sementara itu, musim hujan di wilayah
Kediri berlangsung pada pertengahan November hingga akhir April dengan bulan terbasah adalah Januari dengan curah hujan bulanan lebih dari 325 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah
Kota Kediri berkisar antara 1.500–2.00 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar pada 80–130 hari hujan per tahun. Suhu udara di
Kota ini bervariasi antara 19°-32 °C dengan tingkat kelembapan relatif berkisar antara 67%–84%.
Pemerintahan
=
Secara administrasi pemerintahan
Kota Kediri dipimpin oleh seorang wali
Kota dan wakil wali
Kota yang dipilih langsung oleh rakyat
Kediri dalam pemilihan wali
Kota Kediri setiap lima tahun sekali. Wali
Kota Kediri membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi kelurahan-kelurahan yang dikepalai oleh seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah
Kota. Pemilihan wali
Kota dan wakil wali
Kota secara langsung pertama di
Kota Kediri pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008, setelah sebelumnya wali
Kota dan wakilnya dipilih oleh anggota DPRD
Kota. Wali
Kota dan Wakil Wali
Kota Kediri saat ini adalah Abdullah Abu Bakar dan Alm.Lilik Muhibbah yang berasal dari Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia. Saat ini, wali
Kota Kediri dijabat oleh Abdullah Abu Bakar.
= Dewan Perwakilan
=
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD
Kota Kediri dalam lima periode terakhir.
= Kecamatan
=
Kota Kediri terdiri dari 3 kecamatan dan 46 kelurahan (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 287.528 jiwa dengan luas wilayah 63,40 km² dan sebaran penduduk 4.535 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di
Kota Kediri adalah sebagai berikut:
Demografi
= Suku bangsa
=
Menurut catatan Badan Pusat Statistik
Kota Kediri tahun 2022, jumlah penduduk
Kota Kediri pada tahun 2021 sebanyak 287.962 jiwa. Kepadatan penduduk
Kota Kediri adalah sebesar 4.611 jiwa/km². Menjadi situs sebuah ibu
Kota kuno bagi kerajaan Jawa,
Kota ini merupakan salah satu pusat kebudayaan utama bagi suku Jawa dan di
Kota ini juga berisi beberapa reruntuhan kuno dan candi era Kerajaan
Kediri dan Kerajaan Majapahit. Mayoritas penduduk
Kota Kediri adalah suku Jawa, dan beberapa suku lain dari berbagai daerah di Indonesia seperti Tionghoa, Batak, Minahasa, Ambon, Madura, Sunda, Arab, dan berbagai perantau di luar suku Jawa lainnya yang tinggal dan menetap di
Kota ini.
= Agama
=
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
Kota Kediri, penduduk
Kota Kediri mayoritas beragama Islam yakni sebanyak 91,59%. Kemudian diikuti dengan agama Kristen sebanyak 7,93% (Protestan 5,71%, dan Katolik 2,22%), sebagian lagi menganut agama Buddha sebanyak 0,40%, Hindu sebanyak 0,07% dan Konghucu sebanyak 0,01%. Banyaknya tempat ibadah di
Kota Kediri, terdiri dari 259 masjid, 79 gereja Protestan, 8 gereja Katolik, 3 vihara dan 1 pura. Bangunan Gereja GPIB
Kediri merupakan peninggalan masa kolonial Belanda dan Kelenteng Tjio Hwie Kiong, sudah berusia ratusan tahun. Toleransi dan kerukunan antar umat beragama di
Kediri terjalin dengan baik. Tokoh agama Islam asal
Kediri yang terkenal yaitu Gus Miek, Gus Kautsar, KH Kafabih, Ning Sheila, Ning Imaz
= Bahasa
=
Bahasa Indonesia menjadi bahasa formal di masyarakat
Kota Kediri, sedangkan Bahasa Jawa Mataraman menjadi yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan keluarga, tetangga, teman, atau orang-orang sesama penutur bahasa Jawa lainnya. Berbeda dengan bahasa Jawa Dialek Surabaya dan Dialek Malang yang memiliki dialek dan gaya bahasa Jawa yang blak-blakan dan egaliter, bahasa Jawa mayoritas masyarakat
Kediri dan wilayah Mataraman Jawa Timur lainnya cenderung halus dari segi pemakaian kata dan penuturan.
Ekonomi
Kota ini berkembang seiring meningkatnya kualitas dalam berbagai aspek, yaitu pendidikan, pariwisata, perdagangan, birokrasi pemerintah, hingga olahraga. Pusat perbelanjaan dari pasar tradisional hingga pusat perbelanjaan modern sudah beroperasi di
Kota ini.
Industri rokok Gudang Garam yang berada di
Kota ini, menjadi penopang mayoritas perekonomian warga
Kediri, yang sekaligus merupakan perusahaan rokok terbesar di Indonesia. . Gudang Garam menyumbangkan pajak dan cukai yang relatif besar kepada pemerintah
Kota maupun kabupaten karena letak nya berada tepat di perbatasan antara
Kota Kediri dengan Kabupaten
Kediri.
Di bidang pariwisata,
Kota ini mempunyai beragam tempat wisata, seperti Gunung Klotok, Sumber Air Jiput, Sumber Air Banteng, Kolam Renang Pagora, Water Park Tirtayasa, Dermaga Jayabaya, Gua Selomangleng,
Kediri Eco Park, Taman Sekartaji, Taman Brantas, Taman Hutan Joyoboyo, Taman Kresek dan Taman Ngronggo. Di area sepanjang Jalan Dhoho menjadi pusat pertokoan terpadat di
Kediri. Beberapa sudut
Kota juga terdapat minimarket, cafe, resort, hiburan malam dan banyak tempat lain yang menjadi penopang ekonomi sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kota Kediri menerima penghargaan sebagai
Kota yang paling kondusif untuk berinvestasi dari sebuah ajang yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat dan kualitas otonomi.
Kediri menjadi rujukan para investor yang ingin menanamkan modalnya di
Kota ini. Beberapa perguruan tinggi swasta, pondok pesantren, dan lain sebagainya juga memberi dampak ke sektor perekonomian
Kota ini. Pondok pesantren besar yang ada di
Kota Kediri di antaranya adalah Pondok Pesantren Lirboyo dan Pondok Pesantren Wali Barokah.
= Pusat Perbelanjaan
=
Pusat perbelanjaan, Mall dan Pasar di area
Kota Kediri yang menunjang perputaran ekonomi
Kediri diantaranya Doho Plaza,
Kediri Town Square,
Kediri Mall, Ramayana, dan lainnya.
Pendidikan
Terdapat berbagai lembaga pendidikan tinggi yang ada di
Kota Kediri baik negeri maupun swasta, antara lain Institut Agama Islam Negeri
Kediri (IAIN
Kediri), Universitas Kadiri (UNIK), Universitas Nusantara PGRI
Kediri (UNP), Universitas Islam Kadiri (UNISKA), Universitas Islam Tribakti Lirboyo
Kediri (UIT Lirboyo), Universitas Wahidiyah (UNIWA), Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata (IIK), Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia (IIK Strada), Institut Teknologi Al Mahrusiyah (ITAMA), Politeknik Mercusuar Indonesia (POLIMERCIA), STIKES RS Baptis
Kediri dan lainnya.
Kampus dari luar
Kota juga membuka kampus cabang atau Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) di
Kota Kediri seperti Universitas Brawijaya (UB), Politeknik Negeri Malang (POLINEMA), Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang (POLKESMA), dan Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS).
Selain perguruan tinggi juga terdapat lembaga pendidikan nonformal seperti LP3I College
Kediri yang dikelola Yayasan LP3I dan menyelenggarakan program pelatihan kerja dua tahun.
Kesehatan
Berikut ini adalah daftar rumah sakit di
Kota Kediri, Jawa Timur yang sudah terdaftar di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
Olahraga
Klub sepak bola Persik
Kediri adalah sebuah tim sepak bola yang berasal dari
Kota Kediri, didirikan pada pada 9 Mei 1950 oleh Bupati
Kediri saat itu, R. Muhammad Machin. Persik saat ini tengah bersaing di Liga 1 yang merupakan kasta liga sepak bola tertinggi di Indonesia. Sejak liga Indonesia dimulai di tahun 1994, Persik tercatat telah meraih dua kali gelar Juara Liga Indonesia masing-masing edisi IX & XII 2003 dan 2006. Julukan bagi Persik
Kediri adalah Macan Putih dengan semboyan kebanggaan tim yaitu Djajati, atau Panjalu Jayati yang berarti Kadiri Menang. Persik
Kediri saat ini bermarkas di Stadion Brawijaya yang merupakan stadion utama di
Kota Kediri.
Kuliner Khas
Kota Kediri mendapat julukan
Kota Tahu sebagai ciri khas oleh-oleh kuliner paling terkenal berupa Tahu Kuning yang biasa diburu oleh wisatawan saat berkunjung atau melewati
Kota Kediri. Juga ada Nasi Pecel Tumpang sebagai makanan khas daerah ini.
Foto
Referensi
Pranala luar
(Indonesia) Situs resmi