Kyai Haji
Mas Abdurrahman adalah putra dari Kyai Haji
Mas Jamal, lahir di Kampung Janaka, Kawedanan Caringin, Pandeglang, pada tahun 1875 M, sekarang Kecamatan Jiput, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
KH Mas Abdurrahman meninggal pada 16 Agustus 1944 M (27 Sya'ban 1363 H), dan dimakamkan di Komplek Perguruan Mathla'ul Anwar Cikaliung, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang.
KH Mas Abdurrahman adalah putra bungsu dari tiga bersaudara, orangtua
KH Mas Abdurrahman,
KH Mas Jamal Al-Janakawi adalah salah satu tokoh agama dan pimpinan pondok pesantren yang sangat dihormati dan disegani di Janaka.
KH Mas Abdurrahman adalah pendiri organisasi massa Islam dan lembaga pendidikan Islam salah satu yang tertua dan terbesar di Indonesia, Mathla'ul Anwar.
KH Mas Abdurrahman kecil berada dalam asuhan keluarga, sebagai anak dari seorang tokoh agama yang dihormati,
KH Mas Abdurrahman mengenal ilmu keIslaman, mulai dari mengaji, belajar shalat, rukun Islam dan Iman, tauhid, dan persoalan agama lainnya dari lingkungan keluarganya yang dikenal sebagai keluarga yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi.
Ayahnya,
KH Mas Jamal tekun dalam hal mendidik puteranya, sehingga
KH Mas Abdurrahman memiliki daya paham mengenai agama yang mencukupi. Selain itu,
KH Mas Abdurrahman berguru pada beberapa kyai lokal, diantaranya Kyai Sohib di Menes, Kyai Ma'mun di Serang yang merupakan ahli dalam bidang pengkajian Al-Quran.
Selain mengenyam pendidikan agama,
KH Mas Abdurrahman sempat mengenyam pendidikan umum yang difasilitasi Belanda, hal ini mengingat bahwa di Menes sudah ada dan berdiri sekolah Belanda senak 1887 M.
Pergi ke Mekkah
Keberangkatan
KH Mas Abdurrahman ke Mekkah adalah selain untuk menunaikan ibadah Haji dan memperdalam ilmu agama, adalah berziarah pada makam orangtuanya yang meninggal di Mekkah saat melakukan ibadah Haji.
KH Mas Abdurrahman adalah teman sezaman dengan
KH Asnawi al-Bantani (Pendiri Masyariqul Anwar/Pejuang Kemerdekaan asal Banten),
KH Hasjim Asy'ari (Pendiri Nahdlatul 'Ulama), dan
KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah).
Mendirikan Mathlaul Anwar
Kebijakan politik etis Belanda sedikit membuka harapan akan kemajuan pendidikan di Indonesia, tapi itu tidak merata, ada upaya memisahkan dengan adanya pemisahan sekolah untuk pribumi, bangsawan, dan lain sebagainya.
Kyai lokal di Menes dan sekitarnya mencari sosok muda yang pas untuk diajak bekerjasama dalam memerangi kebodohan masyarakat saat itu. Kyai-kyai lokal berkumpul dan bermusyawarah, menyepakati memanggil seorang cendekiawan Muslim lokal yakni
KH Mas Abdurrahman yang sedang studi di Mekkah.
KH Mas Abdurrahman adalah sosok muda, segar dan cerdas. Ini adalah harapan para kyai lokal agar
KH Mas Abdurrahman bisa membawa masyarakat Menes keluar dari jurang kebodohan.
Pada tahun 1916 M, gagasan para Kyai lokal dan
KH Mas Abdurrahman terkait pendirian lembaga pendidikan Islam terjelmakan. Berdirilah perguruan Islam dalam bentuk Madrasah yang dinamai "Mathlaul Anwar", sebagai direkturnya adalah
KH Mas Abdurrahman dan Presiden Bistirnya
KH Entol Mohammad Yasin, dan dibantu oleh para Kyai lokal, saudagar Menes dan tokoh masyarakat lain di sekitar Menes.
Anak dan Cucu
Kurang banyak informasi mengenai anak dari Sang Ulama, namun salah satu anak beliau adalah
KH. Adung Abdurrahim yang mempunyai 5 orang anak dan salah satu anak beliau telah mendirikan salah satu sekolah terbesar di Tulang Bawang, Lampung. Yaitu SMK AL IMAN, beliau bernama
KH. M. Fuad
Abdurrahman bin
KH. Adung Abdurrahim.
Referensi