Mandi Aur adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan
Muara Kelingi,
Musi Rawas, Sumatera Selatan, Indonesia.
Etimologi
Mandi Aur berarti "
Mandi di bawah bambu". Konon, pada zaman dahulu kala, seorang warga pertama yang mendiami wilayah ini tidak mempunyai anak. Kemudian warga tersebut memohon kepada Tuhan agar diberikan anak dan doanya dikabulkan tetapi dengan syarat warga tersebut harus
Mandi di bawah rumpun bambu. oleh karenanya, maka daerah ini dinamakan
Mandi Aur. Menurut para tetua, di daerah ini terdapat banyak makam para kyai dan ulama dari Arab. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui dan hal ini tidak diberitahukan kepada khalayak ramai dikarenakan takut terjadi kemusyrikan.ada 3 makam keramat yang terkenal dan masih disambangi oleh warga
Mandi aur dan sekitarnya,bahkan ada yang datang dari luar sumatera karena mendapat mimpi tentang situs keramat tersebut.Tiga keramat tersebut adalah Keramat Kuba,Keramat Bujang Jawara(Juwaro) & Keramat Pendam Kitab.Dua Keramat yang pertama berada di Dusun I (
Mandi aur Lama),Keramat yang ketiga berada didusun III (gading Indah,kambang ikan).
Mandi aur diresmikan sebagai nama sebuah marga oleh kesultanan Palembang pada tahun 1662,bersamaan dengan diresmikannya 2 marga yang lain yaitu Marga Semangus dan Marga Tanjung Raya.Pada perkembangannya setelah kesultanan Palembang Darussalam dibekukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda Pada tahun 1825,marga
Mandi aur berubah nama menjadi Marga Proatin XI dengan diperintah oleh seorang pesirah(biasanya diberi gelar Depati atau pangeran oleh pihak eks Kesultanan Palembang Darussalam/Gubernement yang merupakan kaki tangan pemerintah kolonial ) dan merupakan bagian dari onder district
Muara kelingi yang beribu kota dimuara kelingi yang dipimpin oleh seorang asisten Demang (untuk P.Jawa n Madura disebut Asisten Wedana).onder district
Muara Kelingi berada di bawah naungan district
Muara Kelingi dipimpin oleh seorang Demang (untuk P.Jawa n Madura disebut Wedana) demang district
Muara Kelingi adalah Demang Juragan yg keturunannya banyak tersebar di Desa
Mandi aur n Lubuk Rumbai, district
Muara Kelingi dan district
Muara Beliti (Demangnya Demang Anom,yg masih bersaudara dengan Demang Juragan dari District
Muara Kelingi) berada di bawah naungan Onder Afdeling
Musi Ulu yang beribu kota di
Muara Beliti dengan diperintah oleh seorang Kontroller.Onder Afdeling
Musi Ulu Merupakan bagian dari Afdeling Palembang Bovenlandens yang beribu kota dilahat dan diperintah oleh seorang Asisten Resident.Sedangkan Palembang sendiri merupakan ibu kota dari keresidenen Zuid Sumatera yang diperintah oleh seorang Residen yang merupakan perpanjangan tangan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang bermarkas dibatavia(jakarta).
Mandi aur karena merupakan ibu kota Marga maka ditunjuk juga seorang pembarap yang lebih kurang seperti lurah dikota kecamatan tetapi punya kekuasaan melebihi lurah karena dapat juga menggantikan tugas pesirah jika Pesirah sedang tidak berada ditempat.
Mandi aur yang sekarang adalah penggabungan dari tiga dusun/proatin yang lama yaitu,dusun
Mandi Aur,dusun jung(perahu)dan dusun podak.dusun
Mandi aur yang lama berada kira-kira 2 kilometer kearah hilir sungai kelingi dari posisi Desa
Mandi aur yang sekarang,bisa dibuktikan dengan kuburan lama tak beridentitas lagi,konon dulu sering terjadi peperangan dengan dusun tanjung yang berada tidak jauh dari dusun lama
Mandi aur hingga akhirnya posisi dusun digeser sedikit kearah hulu sampai dengan sekarang.sedangkan dusun podak penduduknya banyak yang dimangsa oleh buaya podak karena dendam seekor raja buaya dengan anak kepala dusun podak yang telah membunuh anaknya,hingga semua penduduknya melarikan diri kearah hulu bahkan sampai kemarga sindang kelingi(kota lubuk linggau sekarang,yang pada masa awal hanya berstatus marga dan masih di bawah district
Muara Kelingi dan onder afdeling
Musi ulu),dan penduduk yang cukup berani bergabung dengan penduduk dusun
Mandi Aur,adapun dusun jung berada disekitar desa lubuk rumbai sekarang,dinamakan dusun jung karena penduduknya tinggal di atas sungai di atas perahu jung,pada suatu ketika terjadi banjir besar hingga banyak perahu/jung yang hanyut dan tenggelam,sisa-sisa penduduknya yang selamat juga akhirnya bergabung menjadi penduduk
Mandi aur.Didesa
Mandi aur sekarang paling sedikit ada tiga dialek yang berbeda yang dituturkan oleh masyarakatnya,ini karena memang penduduknya berasal dari tiga rumpun yang berbeda.
Bagian ilir Marga Proatin XI adalah dusun Lubuk dan bagian ulu adalah dusun remayu.adapun dusun Mambang merupakan marga Bulang Tengah Suku Tengah di tambah dusun bingin jungut.kalau mau masuk ke wilayah marga lain untuk waktu lama harus ada surat keterangan/ surat jalan dari pesirah.kalau sekadar berakit menyusuri sungai surat jalan hanya untuk tujuan tiba dikota Palembang .Masa - masa keemasan sebelum tahun 1930 ketika harga karet naik banyak petani karet menjadi kaya dan menjadi tauke kemudian pindah ke pasar
Muara kelingi.Perlu diketahui diwilayah
Musi Rawas dan lubuk linggau pada masa itu hanya ada dua kota mandiri yang dijadikan proyek Pemerintah Hindia Belanda yaitu Kota
Muara beliti dan
Muara Kelingi.Sebenarnya ketika menduduki Wilayah Nusantara Belanda sendiri merupakan jajahan Prancis, jadi ketika Prancis dikalahkan inggris seluruh jajahan prancis di ambil alih oleh inggris, tak terkecuali jajahan belanda yang merupakan bagian dari Prancis.ada cerita menarik ketika sekelompok tentara Inggris mau mengambil alih kantor di
Muara Beliti tentara inggris dijebak dan di bakar disebuah gudang oleh utusan tumenggung
Muara Kelingi.Lubuk Linggau dulunya hanya merupakan salah satu marga yang bernama Marga Sindang Kelingi yang berada di bawah distrik
Muara Kelingi.Dulunya Lubuk linggau adalah wilayah perkebunan karet dan sawit belanda.Karet dibelalau dan kelapa sawit di taba pingin.pada masa kejayaan tauke karet sudah bisa membeli mobil pada zaman itu, tersebutlah H.Yasin yang sudah punya mobil pada mada itu.Terkadang tauke karet lokal ikut pergi ke Singapura membawa hasil perkebunan karet.masa jepang adalah masa sulit.orang kaya harus menyerahkan hartanya untuk keperluan jepang.alhasil penduduk hanya bisa memakai pakaian dari karung goni dan makan singkong.Masa awal kemerdekaan ketika terjadi klass/agresi 1 & 2 Marga
Mandi aur adalah daerah aman karena tidak berada dijalur kereta api dan juga relatif jauh dari kota palembang hingga ditetapkan sebagai penampungan sementara masyarakat dari
Musi ilir dan ogan.tetapi walaupun bukan kancah peperangan banyak pemuda
Mandi aur ikut berperang mengusir belanda termasuk perang di bailangu
Musi Banyuasin dan beberapa pemuda
Mandi aur gugur dipertempuran itu dan makamnya tidak diketahui sampai sekarang.