Pelarut adalah suatu zat yang melarutkan zat terlarut (cairan, padat atau gas yang berbeda secara kimiawi), menghasilkan suatu larutan.
Pelarut biasanya berupa cairan tetapi juga bisa menjadi padat, gas, atau fluida superkritis. Kuantitas zat terlarut yang dapat larut dalam volume
Pelarut tertentu bervariasi terhadap suhu.
Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air.
Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut
Pelarut organik.
Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara
Pelarut dengan zat yang dilarutkan,
Pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar.
Penggunaan umum untuk
Pelarut organik terdapat dalam cuci kering (misalnya tetrakloroetilena), seperti thinner cat (misalnya toluena, terpentin), sebagai penghilang cat kuku dan
Pelarut lem (aseton, etil asetat), pada penghilang noda (misalnya heksana, petroleum eter), dalam deterjen (terpena lemon) serta dalam parfum (etanol).
Larutan dan kelarutan
Larutan terbentuk dari campuran zat-zat yang homogen, dimana
Pelarut memiliki komponen dengan jumlah yang lebih banyak daripada zat terlarut. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada suhu tertentu disebut larutan jenuh. Banyaknya zat terlarut dalam satu liter larutan jenuh pada suhu tertentu disebut kelarutan.
Apabila suatu zat terlarut dimasukan ke dalam suatu
Pelarut, maka partikel zat terlarut akan menyebar ke seluruh
Pelarut. Kemudahan partikel zat terlarut menggantikan molekul
Pelarut bergantung pada kekuatan relatif dari interaksi antara
Pelarut-
Pelarut, interaksi antara zat terlarut-zat terlarut, dan interaksi antara
Pelarut-zat terlarut. Jika tarik menarik zat terlarut-
Pelarut lebih kuat daripada tarik menarik
Pelarut-
Pelarut dan tarik menarik zat terlarut-terlarut, maka proses pelarutan akan berlangsung, proses ini disebut reaksi eksotermik. Jika interaksi zat terlarut-
Pelarut lebih lemah daripada interaksi
Pelarut-
Pelarut dan interaksi zat-zat terlarut maka proses ini disebut reaksi endotermik.
Klasifikasi
= Pelarut organik dan anorganik
=
Pelarut organik merupakan
Pelarut yang umumnya mengandung atom karbon dalam molekulnya. Dalam
Pelarut organik, zat terlarut didasarkan pada kemampuan koordinasi dan konstanta dielektriknya.
Pelarut organik dapat bersifat polar dan non-polar bergantung pada gugus kepolaran yang dimilikinya. Pada proses kelarutan dalam
Pelarut organik, biasanya reaksi yang terjadi berjalan lambat sehingga perlu energi yang didapat dengan cara pemanasan untuk mengoptimumkan kondisi kelarutan. Larutan yang dihasilkan bukan merupakan konduktor listrik. Contoh
Pelarut organik adalah senyawa dengan fungsionalitas alkohol, eter, ester, keton, dan sebagainya.
Sementara itu,
Pelarut anorganik merupakan
Pelarut selain air yang tidak memiliki komponen organik di dalamnya. Dalam
Pelarut anorganik, zat terlarut dihubungkan dengan konsep sistem
Pelarut yang mampu mengautoionisasi
Pelarut tersebut. Biasanya
Pelarut anorganik merupakan
Pelarut yang bersifat polar sehingga tidak larut dalam
Pelarut organik dan non-polar. Larutan yang dihasilkan merupakan konduktor listrik yang baik. Contoh dari
Pelarut anorganik adalah amonia dan asam sulfat.
= Pelarut protik dan aprotik
=
Pelarut dengan nilai permitivitas statis relatif (εr) lebih besar dari 15 (seperti kutub atau polarisasi) dapat dibagi menjadi protik dan aprotik.
Pelarut protik melarutkan anion dengan kuat (larutan bermuatan negatif) melalui ikatan hidrogen. Air termasuk
Pelarut protik polar.
Pelarut seperti aseton atau diklorometana cenderung memiliki momen dipol yang besar (pemisahan muatan parsial negatif dan muatan parsial positif dalam molekul yang sama) dan melarutkan spesi bermuatan positif melalui dipol negatif. Dalam reaksi kimia penggunaan
Pelarut polar protik mendukung mekanisme reaksi SN1, sementara
Pelarut polar aprotik mendukung mekanisme reaksi SN2.
Tabel sifat-sifat Pelarut umum
Pelarut dikelompokkan menjadi
Pelarut non-polar, polar aprotik, dan polar dan diurutkan berdasarkan kenaikan polaritas. Polaritasnya dinyatakan sebagai konstanta dielektrik. Sifat
Pelarut yang melebihi air ditulis tebal.
Dampak kesehatan
Bahaya kesehatan umum yang terkait dengan paparan
Pelarut meliputi toksisitas pada sistem saraf, kerusakan reproduksi, kerusakan hati dan ginjal, gangguan pernapasan, kanker, dan dermatitis.
= Paparan akut
=
Banyak
Pelarut dapat menyebabkan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba jika terhirup dalam jumlah besar.
Pelarut seperti dietil eter dan kloroform telah digunakan dalam pengobatan sebagai anestesi, sedatif, dan hipnotik untuk waktu yang lama. Etanol (alkohol biji-bijian) adalah obat psikoaktif yang banyak digunakan dan disalahgunakan. Dietil eter, kloroform, dan banyak
Pelarut lainnya (misalnya dari bensin atau lem) digunakan sebagai hiburan dalam sniffing lem, sering menimbulkan efek kesehatan jangka panjang yang berbahaya seperti neurotoksisitas atau kanker.
Jika tertelan, alkohol (selain etanol) seperti metanol, propanol, dan etilen glikol memetabolisme menjadi aldehida beracun dan asam, yang berpotensi menyebabkan asidosis metabolik fatal. Dengan demikian,
Pelarut metanol yang umum tersedia dapat menyebabkan kebutaan atau kematian permanen jika tertelan.
Pelarut 2-butoksietanol, yang digunakan dalam fracking fluid, dapat menyebabkan hipotensi dan asidosis metabolik.
= Paparan kronis
=
Beberapa
Pelarut termasuk kloroform dan benzena (bahan umum dalam bensin) dikenal sebagai karsinogen, sementara banyak lainnya dipertimbangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai kemungkinan merupakan karsinogen.
Pelarut dapat merusak organ dalam seperti hati, ginjal, sistem saraf, atau otak. Efek kumulatif dari paparan
Pelarut jangka panjang atau berulang disebut ensefalopati kronis yang diinduksi
Pelarut (CSE).
Paparan kronis
Pelarut organik di lingkungan kerja dapat menghasilkan berbagai efek neuropsikiatrik yang merugikan. Misalnya, paparan kerja terhadap
Pelarut organik telah dikaitkan dengan jumlah pelukis yang lebih tinggi yang menderita alkoholisme. Etanol memiliki efek sinergis bila dikonsumsi bersamaan dengan banyak
Pelarut; Misalnya, kombinasi toluena/benzena dan etanol menyebabkan lebih banyak mual/muntah daripada zat baik saja.
Banyak
Pelarut diketahui atau diduga bersifat katarak, sangat meningkatkan risiko pengembangan katarak di lensa mata. Paparan
Pelarut juga dikaitkan dengan kerusakan neurotoksik yang menyebabkan gangguan pendengaran. dan timbulnya penyakit buta warna.
Lihat pula
Energi bebas solvasi
Koefisien partisi (log P)
Solvasi
Larutan
Polusi air
Referensi
Bibliografi
Lowery, T.H. and Richardson, K.S., Mechanism and Theory in Organic Chemistry, Harper Collins Publishers 3rd ed. 1987 ISBN 0-06-364044-9
Pranala luar
[1] Solvents in Europe.
Table and text Diarsipkan 2004-11-13 di Wayback Machine. O-Chem Lecture
Tables Diarsipkan 2004-12-07 di Wayback Machine. Properties and toxicities of organic solvents
CDC – Organic Solvents – NIOSH Workplace Safety and Health Topic
EPA - Solvent Contaminated Wipes