Perbudakaan adalah praktik yang umum dan merupakan bagian integral
di Yunani Kuno sepanjang sejarahnya, seperti halnya
di masyarakat-masyarakat lainnya termasuk Israel
Kuno dan masyarakat Kristen awal. Diperkirakan bahwa
di Athena, sebagian besar warganya memiliki setidaknya satu orang budak. Kebanyakan penulis
Kuno berpendapat bahwa
Perbudakan tidak hanya alami tetapi juga perlu, meski begitu, beberapa debat tertutup mulai bermunculan, khususnya dalam dialog Sokrates sementara orang-orang Stoik melakukan pengutukan pertama terhadap
Perbudakan dalam sejarah.
Untuk menyesuaikan dengan praktik historiografi, artikel ini hanya akan membahas
Perbudakan chattel (barang pribadi), yang berlawanan dengan kelompok budak semacam penestai
di Thessalia atau helot
di Sparta, yang lebih mirip budak Abad Pertengahan (peningkatan pada real estat). Budak chattel adalah seorang individu yang dilucuti kebebasannya dan dipaksa untuk mengabdi pada seorang pemilik yang boleh membeli, menjual, atau menyewakannya.
Studi
Perbudakan di Yunani Kuno memiliki sejumlah masalah metodologi yang signifikan. Dokumentasinya terputus-putus dan sangat terpisah-pisah, hanya berfokus
di kota Athena. Tidak ada risalah
Yunani Kuno yang khusus membahas masalah
Perbudakan. Pembelaan yudisial pada abad ke-4 SM hanya tertarik pada pebudakan sebagai sumber penghasilan. Komedi dan tragedi
Yunani melambangkan stereotipe. Sementara ikonografi tidak memberi perbedaan substansial mengenai perbedaan antara budak dan pengrajin.
Catatan kaki