Hasil Pencarian:
- Peria
- Glenea peria
- Kue peria
- Daftar buah-buahan kuliner
- Peria hutan
- Pare belut
- Bahasa Inggris
- Hamengkubuwana IX
- Soekarno
- Tong Peria, Mutiara Timur, Pidie
- Perang Dingin
- Istana Merdeka
- Doa Rosario
- M. Shadows
- Kakawin Sutasoma
- Akuntan
- Lalap
- Lavrenti Beria
- Slogan
- Orang utan
Artikel: Peria
Nama-nama lokal
Peria memiliki banyak nama lokal, di daerah Jawa di sebut sebagai paria, pare, pare pahit, pepareh. Di Sumatra, Peria dikenal dengan nama prieu, fori, pepare, kambeh, paria. Orang Nusa Tenggara menyebutnya paya, truwuk, paitap, paliak, pariak, pania, dan pepule, sedangkan di Sulawesi, orang menyebutnya dengan poya, pudu, pentu, paria belenggede, serta palia.Pemerian dan ekologi
Peria adalah sejenis tumbuhan merambat dengan buah yang panjang dan runcing pada ujungnya serta permukaan bergerigi. Peria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah telantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk isma. Daun tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5–8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5–7, pangkalnya berbentuk jantung, serta warnanya hijau tua. Bunga merupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning. Buahnya bulat memanjang, dengan 8–10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8–30 cm, rasanya pahit, warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga daun buah.Persebaran, habitat, & perawatan
Pare banyak di daerah tropis. Tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemui di tanah telantar, tegalan, atau dibudidayakan dan ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak perlu cahaya matahari yang terlalu banyak sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung. Benih Peria diambil dari buah yang sudah cukup matang. Sesudahnya, semai dalam polypot dengan ukuran 8–12 cm, isi dengan tanah yang baik. Sesudahnya, semai sebanyak 2–3 biji. Tanah harus selalu lembap, hingga tumbuh tunas. Jika daun sudah muncul sebanyak 2–4 lembar, sisakan satu dan cabut yang lainnya. Pindahkan ke tanah, dan siram dengan air yang cukup, dan tutup dengan sekam. Akan tetapi, Peria yang berjenis Peria gajih lebih baik ditanam di dataran rendah dengan tanah yang gembur. Biasanya ditanam di pekarangan, dan harus ada sedikit naungan agar buahnya dapat berwarna putih. Cara lain menanam tanaman pare adalah tanam langsung dengan memasukan 2 biji kedalam lubang sedalam 1–2 cm kemudian ditimbun tanah. Panen mulai usia 2 bulan dan diulangi setiap seminggu sekali. Peria gajih ditanam lewat bijinya. Saat menugal biji, sebaiknya diberi abu dapur dahulu. Sebab, menanam Peria gajih tidak boleh sembarangan. Sulurnya harus dibantu merambat ke tiang rambatan. Adapun, jika sulur induk sudah berdaun lebih dari 10 lembar, gunting ujungnya agar bunga betina tidak muncul dari sulur induk. Setelah sulur dipotong, kelak akan ada muncul sulur yang baru. Jika hujan tidak juga turun, siram Peria dengan teratur. Setelah bunga betina muncul, baru dilakukan pemupukan. Jangan berlebihan, sebab akan mengakibatkan sementara daun menjadi lebar, akan tetapi buahnya tetap kecil saja. Pemupukan dilakukan dua minggu sekali, dengan pupuk kimia atau organik. Kalau buahnya sudah terbentuk, harus dilapis kertas 2 rangkap untuk menghindarkan dari serangan lalat buah. Setelah 3 bulan, sudah bisa dipanen. Buah barulah bisa dipanen apabila permukaan buah sudah menggembung dan berair. Tekan bagian tengah buah, apabila masih keras, tunggu hingga sudah agak kenyal. Segerakanlah memetik buah sebelum menjadi kuning, karena itu pertanda buah sudah menua. Buah yang menguning, sudah boleh diambil bijinya sebagai bibit. Apabila daun sudah menguning, cabutlah pohon Peria tersebut, karena pertanda sudah tak produktif.Kegunaan
Di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea, dan Cina, Peria dimanfaatkan untuk pengobatan, antara lain sebagai obat gangguan pencernaan, minuman penambah semangat, obat pencahar dan perangsang muntah, bahkan telah diekstrak dan dikemas dalam kapsul sebagai obat herbal/jamu. Buahnya mengandung albuminoid, karbohidrat, dan pigmen. Daunnya mengandung momordisina, momordina, carantina, resin, dan minyak. Sementara itu, akarnya mengandung asam momordial dan asam oleanolat, sedangkan bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Peria juga dapat merangsang nafsu makan, menyembuhkan penyakit kuning, memperlancar pencernaan, dan sebagai obat malaria. Selain itu, Peria juga mengandung beta-karotena dua kali lebih besar daripada brokoli sehingga berpotensi mampu mencegah timbulnya penyakit kanker dan mengurangi risiko terkena serangan jantung ataupun infeksi virus. Daun Peria juga bermanfaat untuk menyembuhkan menceret pada bayi, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, menurunkan demam, mengeluarkan cacing kremi, serta dapat menyembuhkan batuk. Buahnya yang berasa pahit biasa diolah sebagai sayur, misalnya pada gado-gado, pecel, rendang, atau gulai. Di Cina Peria diolah dengan tausi, tauco, daging sapi, dan cabai sehingga rasanya makin enak atau diisi dengan adonan daging dan tofu, sedangkan di Jepang Peria jadi primadona makanan sehat karena diolah menjadi sup, tempura, atau asinan sayuran. Ekstrak biji Peria selain digunakan sebagai bahan obat, ternyata juga dapat digunakan sebagai pembasmi larva alami yang merugikan seperti larva Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah dengue atau DBD.= Peria dan diabetes
= Sejak zaman purba Peria digunakan untuk merawat penderita kencing manis karena terbukti berkhasiat hipoglikemik melalui insulin nabati yang mengurangi kandungan gula dalam darah dan air kencing. Penelitian mengenai khasiat hipoglikemik ini dilakukan oleh William D.Torres pada tahun 2004 baik secara in vitro maupun in vivo. Efek Peria dalam menurunkan gula darah pada hewan percobaan bekerja dengan mencegah usus menyerap gula yang dimakan. Selain itu diduga Peria memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea, yakni obat antidiabetes paling tua. Obat jenis ini menstimulasi sel beta kelenjar pankreas tubuh memproduksi insulin lebih banyak, selain meningkatkan deposit cadangan gula glikogen di hati. Momordisin, sejenis glukosida yang terkandung dalam Peria juga mampu menurunkan kadar gula dalam darah dan membantu pankreas menghasilkan insulin. Efek Peria dalam menurunkan gula darah pada kelinci diperkirakan juga serupa dengan mekanisme insulin. Penemuan Peria sebagai antidiabetes ini diperkuat oleh hasil penelitian ahli obat berkebangsaan Inggris, A.Raman dan C.lau pada tahun 1996 yang menyatakan bahwa sari dan serbuk kering buah Peria menyebabkan pengurangan kadar glukosa dalam darah dan meningkatkan toleransi glukosa. Dalam ramuan tradisional, buah Peria ditumbuk hingga menghasilkan cairan pahit atau merebus daun serta buahnya sehingga menghasilkan air yang dapat diminum secara langsung. Sebagai obat diabetes, buah Peria dapat disajikan sebagai teh karena terbukti tidak memiliki efek samping terhadap sistem pencernaan sehingga tepat dikonsumsi oleh penderita yang mengalami konstipasi.Keanekaragaman
Keanekaragaman Peria ada tiga, Peria gajih, Peria hijau, dan Peria ular. Kedua Peria tersebut tidak dimakan, kecuali Peria gajih karena rasanya pahit. Namun, Peria gajih memiliki rasa yang masih lumayan, sehingga masih disukai. Peria gajih adalah jenis Peria yang paling banyak dibudidayakan dan paling disukai. Jenis ini biasa disebut juga pare putih atau pare mentega yang berasal dari India dan Afrika dengan bentuk buah panjang berukuran 30 – 50 cm, diameter 3 – 7 cm, berat rata-rata antara 200-500 gram/ buah. Peria hijau berbentuk lonjong, kecil dan berwarna hijau dengan bintil-bintil agak halus. Buah Peria ini mempunyai panjang 15 – 20 cm, rasanya pahit dan daging buahnya tipis. Peria hijau ini mudah sekali pemeliharaannya, tanpa lanjaran atau para-para tanaman ini dapat tumbuh dengan baik. Peria ular atau Peria belut dapat dikenali dengan buahnya yang berbentuk bulat panjang, agak melengkung dan panjangnaya mencapai 60 cm. Permukaan kulit buahnya berwarna belang-belang, yaitu hijau keputih-putihan mirip kulit ular dan rasa dagingnya tidak begitu pahit namun sedikit agak prengus.Referensi
Galeri foto
No More Posts Available.
No more pages to load.