Plov (bahasa Rusia: плов), Pilaf (bahasa Persia: پلو) (variasi ejaan berbagai bahasa: polao, pullao, pilau, pilav, atau pilaff) adalah hidangan dari beras atau bulgur yang ditumis bersama rempah-rempah di dalam minyak samin hingga kekuningan dan ditanak dengan air kaldu. Hidangan ini sangat umum dalam masakan Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan, Afrika Timur, dan Amerika Latin.
Plov dapat memakai sayuran bercampur daging (ayam, domba, dan kambing), makanan laut (udang, kerang), atau hanya sayuran (vegetarian).
Plov awalnya berasal dari masakan Persia kuno, sebelum menyebar ke Uzbekistan, Azerbaijan, Turkmenistan, dan Rusia menjadi makanan khasnya. Nama hidangan ini berasal dari kata pilau (bahasa Turki) yang berarti memasak nasi setelah lebih dulu ditumis dengan lemak daging atau minyak goreng untuk memperkaya aroma dan menghasilkan nasi yang pera. Beras ditanak dengan kaldu daging atau ayam.
Ini adalah makanan pokok dan hidangan populer di Afganistan, Albania, Armenia, Azerbaijan, Bangladesh, Bulgaria, Tiongkok (terutama di Xinjiang), Siprus, Georgia, Yunani (terutama di Kreta), India, Irak (terutama di Kurdistan), Iran, Israel, Kazakhstan, Kenya, Kirgizstan, Mongolia, Nepal, Pakistan, Rumania, Rusia, Serbia, Sri Lanka, Tanzania (terutama di Zanzibar), Tajikistan, Turki, Turkmenistan, Uganda, dan Uzbekistan.
Etimologi
Menurut Oxford English Dictionary, Edisi Ketiga (2006) kata pilaf awalnya berasal dari bahasa Inggris Britania, kemudian diasimilasi menjadi bentuk baku bahasa Inggris di Amerika Utara untuk makanan
Plov–sebelumnya adalah pinjaman dari bahasa Turki yaitu pilav–yang nenek moyang linguistiknya berasal dari bahasa Persia yaitu pilāf dan ditemukan lebih umum di kamus Amerika Utara daripada kata pilau.
Kemudian Ejaan bahasa Inggris Britania dan Persemakmuran diubah menjadi pilau–awalnya bernama pilaf–dan memiliki nenek moyang linguistik yang sama dari bahasa Persia pulaw (secara formal disebut palāv, pilāv, atau pulāv pada abad ke-16), yang garis keturunannya adalah: Hindi pulāv (sepiring nasi dan daging), Sanskerta pulāka (bola nasi), yang pada gilirannya mungkin keturunan Dravida. Dalam bahasa Indonesia, nama makanan ini secara formal dinamakan
Plov sesuai dengan nama aslinya di Azerbaijan, tetapi ada juga menyebutkan pilaf bagi keturunan Arab-Indonesia.
Sejarah
Padahal penanaman padi sudah menyebar jauh lebih awal dari Asia Selatan ke Asia Tengah dan Asia Barat, tetapi pada masa Kekhalifahan Abbasiyahlah metode memasak nasi yang mendekati gaya modern memasak
Plov pada awalnya menyebar melalui wilayah yang luas dari Spanyol ke Afganistan, dan akhirnya ke dunia yang lebih luas. Orang Spanyol menyebutnya paella, Orang Asia Selatan menyebutnya pilau, pullao, dan biryani, berevolusi dari hidangan tersebut.
Menurut penulis K. T. Achaya, wiracarita India Mahabharata menyebutkan contoh nasi dan daging yang dimasak bersama. Juga, menurut Achaya, "pulao" atau "pallao" digunakan untuk menyebut hidangan nasi dalam karya Sanskerta kuno seperti Yājñavalkya Smṛti. Namun, menurut penulis makanan Colleen Taylor Sen dan Charles Perrault, dan ahli teori sosial Ashis Nandy, referensi ini tidak secara substansial berkorelasi dengan makna dan sejarah yang umum digunakan yang tersirat dalam
Plov, yang muncul dalam catatan India setelah penaklukan Asia Tengah pada abad pertengahan.
Demikian pula Alexander Agung dan pasukannya, berabad-abad sebelumnya, pada abad ke-4 SM, telah dilaporkan sangat terkesan dengan
Plov asal Baktria dan Sogdia, sehingga tentaranya membawa resep tersebut kembali ke Makedonia ketika mereka kembali. Ada cerita serupa tentang Alexander yang memperkenalkan
Plov ke Samarqand; namun, mereka dianggap apokrif oleh sejarawan seni John Boardman.
Resep
Plov paling awal yang terdokumentasi berasal dari sarjana Persia abad kesepuluh Ibnu Sina yang dalam bukunya tentang ilmu kedokteran mendedikasikan seluruh bagian untuk menyiapkan berbagai hidangan, termasuk beberapa jenis
Plov. Saat melakukannya, dia menjelaskan keuntungan dan kerugian dari setiap barang yang digunakan untuk menyiapkan hidangan. Karenanya, orang Persia menganggap Ibnu Sina sebagai "bapak"
Plov modern. Teks-teks Arab abad ke-13 menjelaskan konsistensi
Plov bahwa biji-bijian harus berisi dan agak keras menyerupai biji lada tanpa bubur, yang kemudian setiap butirnya harus terpisah tanpa menggumpal.
Sumber utama lain untuk hidangan
Plov berasal dari filsuf Iran abad ke-17 Molla Sadra.
Plov menjadi hidangan standar di Timur Tengah dan Transkaukasia selama bertahun-tahun dengan variasi dan inovasi oleh Persia, Arab, Turki, dan Armenia.
Selama periode Uni Soviet, versi hidangan Asia Tengah menyebar ke seluruh republik Soviet, menjadi bagian dari masakan umum Soviet.
Referensi
Lihat pula
Nasi kebuli
Nasi biryani
Pranala luar
(Inggris) Perbedaan pilaf dan biryani Diarsipkan 2009-06-23 di Wayback Machine.