Drs. H.
Rusydi Hamka, pelafalan dalam bahasa Indonesia: [/ruːʃdɪ hɑːmkɑːˈ/] (7 September 1935 – 18 September 2014) adalah seorang dai, jurnalis, sastrawan, dan politisi berkebangsaan Indonesia. Dia pernah memimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di DKI Jakarta sekaligus menjadi legislator di DPRD DKI Jakarta bersama dengan adiknya, Afif
Hamka. Di DPRD DKI Jakarta,
Rusydi menjabat wakil ketua bersama dua lainnya dari Fraksi Karya Pembangunan, yakni Sugeng Suprijatna dan Ade Surapriatna. Pada Pemilu 1999, ia mencalonkan diri sebagai calon legislatif dari PPP untuk daerah pemilihan DKI Jakarta dan berhasil menduduki kursi parlemen. Ini menjadikan kiprah terakhirnya di dunia politik. Sebelumnya, ia pernah menduduki kursi Majelis Permusyawaratan Rakyat masa bakti 1992–1997. Selain berkarier di politik,
Rusydi juga merupakan tokoh Muhammadiyah mengikuti jejak ayahnya,
Hamka.
Awal kehidupan
Rusydi (Ejaan Lama: Rusjdi) lahir di sebuah ruang asrama di Kuliatul Mubaligin, Padang Panjang, Pesisir Barat Sumatera, pada 7 September 1935. Ia lahir dari pasangan Abdul Malik, seorang ulama asal Maninjau, dan Sitti Raham. Setahun setelah kelahirannya,
Hamka merantau dengan membawa keluarganya ke Medan. Dia menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School—sekolah Hindia Belanda khusus bagi kaum bumiputera—Muhammadiyah di Medan dalam kurun waktu dua tahun. Selama bersekolah di Medan, ia belajar agama di Maktabah Islamiah Jamiatul Wasliah. Pada tahun 1945,
Rusydi kembali ke Padang Panjang dan melanjutkan sekolahnya di Sekolah Rakyat Muhammadiyah sampai tamat. Saat Indonesia mengalami Agresi Militer Belanda II,
Hamka membawanya ikut dalam gerilya di Sumatera Tengah. Kemudian, dia meneruskan jenjang sekolahnya di sebuah madrasah sanawiah di Lubuk Basung, Agam.
Rusydi merantau ke Jakarta pada awal 1950 dan melanjutkan pendidikan menengah, baik sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas di sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta. Di tahun 1957, ia menempuh pendidikan tingginya di Fakuktas Sastra—saat ini bernama Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya—Universitas Indonesia selama dua tahun sebelum akhirnya pindah dan berkuliah di Sekolah Tinggi Publisistik—kini Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Lenteng Agung, Pasar Minggu, Jakarta. Dari perkuliahannya itu, ia dianugerahi gelar sarjana ilmu publisistik, yakni doktorandus.
Kehidupan pribadi
Rusydi menikahi seorang gadis bernama Khasyiah (née Rasul) dan dikaruniai lima orang anak: Yusran
Rusydi, Amalia
Rusydi, Rafiq
Rusydi, Amaluddin
Rusydi, dan Mohammad Ridha
Rusydi.
Rusydi meninggal dunia pada hari Kamis, 18 September 2014 Masehi, bertepatan tanggal 23 Zulkaidah 1435 Hijriah dalam usia 79 tahun, 11 hari. Sebelumnya, ia menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Yayasan Rumah Sakit Islam Indonesia (YARSI), Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Ia disemayamkan di kediamannya di Jalan Kenanga, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta. Usai pesemayaman, ia disalatkan di Masjid Al-Azhar sebelum akhirnya dimakamkan di Makam Pahlawan Nasional Buya
Hamka, Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir.
Buku
Prof. Dr.
Hamka Membahas Kemusykilan Agama (1983) ISBN 983-942-247-2
Hamka Pujangga Islam: Kebanggaan Rumpun Melayu, Menatap Peribadi dan Martabatnya (2002)
Pribadi dan Martabat Buya
Hamka (2017) ISBN 978-602-385-240-6
Dalam budaya populer
Dalam film Buya
Hamka (2023),
Rusydi Hamka diperankan oleh Roy Sungkono dan pada masa kecil diperankan oleh Bima Azriel.
Referensi
Pranala luar
"
Rusydi Hamka: Tolak Bantuan AS Senilai 400 Juta US$ Itu". Yahoo.com. 22 September 2001.
"Kampanye PPP di Ranah Minang /
Rusydi Hamka". Trove.nla.gov.au.