Seks kering adalah praktik berhubungan seksual tanpa lubrikasi vagina. Lubrikasi vagina dapat dihilangkan dengan memakai afrodisiak herbal, deterjen rumah tangga, antiseptik, dengan menyeka vagina, atau menaruh dedaunan di vagina dan beberapa metode lainnya.
Seks kering telah dikaitkan dengan peningkatan berbagai risiko kesehatan.
Menghilangkan atau mencegah pelumasan vagina akan meningkatkan gesekan selama hubungan seksual, yang biasanya dianggap sebagai peningkatan keketatan vagina, dan meningkatkan kenikmatan seksual bagi pasangan pria. Beberapa pria yang menyukai
Seks kering secara keliru menganggap wanita yang "basah" tidak suci.
Seks kering bisa menyakitkan bagi wanita maupun pria. Praktik
Seks kering banyak dilakukan di Afrika Sub-Sahara dan juga telah dilaporkan di Suriname, terutama di antara para wanita Afro-Suriname.
Risiko kesehatan
Praktik
Seks kering telah dikaitkan dengan tingginya insiden infeksi HIV/AIDS di Afrika Selatan. Praktik ini dianggap meningkatkan risiko penularan penyakit menular seksual (PMS, termasuk HIV) pada kedua pasangan. Peningkatan gesekan selama hubungan seksual dapat menyebabkan laserasi pada jaringan vagina. Pengeringan vagina juga menghilangkan lactobacilli, antiseptik alami yang membantu memerangi penyakit menular seksual. Selain itu,
Seks kering meningkatkan risiko jaswadi pecah karena meningkatnya gesekan. Praktik ini juga dapat menyebabkan peradangan vagina dan/atau lesi traumatis yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko penularan PMS melalui luka tersebut.
Referensi
Pranala luar
Beksinska ME, Rees HV, Kleinschmidt I, McIntyre J (June 1999). "The practice and prevalence of dry sex among men and women in South Africa: a risk factor for sexually transmitted infections?". Sex Transm Infect. 75 (3): 178–80. doi:10.1136/sti.75.3.178. PMC 1758205 . PMID 10448396.
Civic D, Wilson D (January 1996). "Dry sex in Zimbabwe and implications for condom use". Soc Sci Med. 42 (1): 91–8. doi:10.1016/0277-9536(95)00081-X. PMID 8745110.