Semur jengkol adalah makanan yang sangat popular di kawasan kota Jakarta sehingga telah menyebar ke berbagai wilayah Indonesia. Dalam sistem pembuatan
Semur jengkol, hal yang perlu diperhatikan adalah ketepatan bumbu untuk menghasilkan rasa
Semur jengkol yang tepat dan menyatu dengan bahan-bahan bumbu.
Etimologi
Semur berasal dari bahasa Belanda yaitu kata "Smoor" yang artinya masakan yang telah direbus dengan tomat dan bawang secara perlahan-lahan. Kata "Smoor" dalam bahasa Belanda bisa juga diartikan braising atau teknik masak dengan cara merebus lama dengan api kecil hingga daging empuk. Maka
Semur jengkol adalah teknik masak dengan cara merebus lama dengan api yang kecil hingga
jengkol menjadi empuk.
Sejarah dan asal mula
jengkol merupakan tumbuhan asli daerah tropis di kawasan Asia Tenggara. Selain di Indonesia,
jengkol tumbuh di Malaysia dengan nama (jering/jiring), di Thailand (cha niang), sedangkan Myanmar (danyin), dan Nepal (dhinyindi).
Kegemaran masyarakat Nusantara mengkonsumsi
jengkol sudah terjadi sejak lama. Wakil Gubernur Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles, dalam The History of Java (1817), menyebutkan
jengkol sebagai bahan makanan di daerah Jawa, selain tumbuhan petai dan komlandingan (lamtoro).
Karel Heyne, seorang ahli botani Belanda, juga menyebutkan
jengkol dalam karyanya, De nuttige palnten van Nederlandsch Indie (1913), yang berisi tumbuh-tumbuhan yang banyak digunakan dan memiliki nilai komersial di Hindia Belanda. Di dalam buku yang kemudian diterbitkan Departemen Kehutanan dengan judul 'Tumbuhan Berguna Indonesia' (1988), Karel Heyne menulis
jengkol dengan tinggi hingga 26 meter tumbuh di bagian barat Nusantara, dibudidayakan penduduk di Pulau Jawa atau tumbuh liar di beberapa daerah.
jengkol bisa tumbuh baik di daerah dengan musim kemarau sedang sampai keras, tetapi tak tahan musim kemarau panjang. Ahli botani Jerman, Justus Karl Hasskarl, sebagaimana dikutip oleh Karel Heyne, mengemukakan bahwa menurut penilaian orang Eropa biji
jengkol tidak enak rasanya, tapi penduduk Indonesia menyukai biji
jengkol ini.
Seperti penulis lainnya, Justus Karl Hasskarl menyebutkan bahwa kesenangan mengkonsumsi
jengkol bisa mengakibatkan bisul dan penyakit kajengkolan (susah dan sakit ketika buang air kecil).
Dokter dan ilmuwan dari Belanda, AG Vorderman, memberikan sebuah keterangan tentang
jengkol: “Bijinya, disamping banyak karbohidrat (Zetmeel) mengandung juga minyak atsiri, jika orang makan biji
jengkol ini dapat menyebabkan keracunan, dapat menyebabkan hyperaemie ginjal atau pendarahan ginjal dan dapat menyebabkan pengurangan atau penghentian keluarnya air seni serta kejang kandung kemih (Blaaskrampen)”.
Menurut AG Vorderman, di kota Bogor terdapat jenis
jengkol bernama
jengkol beweh.
jengkol beweh memiliki sifat yang merugikan di kota Bogor disebut
jengkol sepi. “
jengkol beweh adalah biji yang telah tua yang ditanam dalam tanah selama 14 hari sampai mulai berkecambah,” kata Vorderman, sebagaimana dikutip Karel Heyne.
Menurut Karel Heyne, keterangan tersebut kurang tepat karena tujuan menanam biji
jengkol yang sudah tua justru untuk mengurangi sifat-sifat biji
jengkol yang merugikan. Sifat merugikan dari biji
jengkol juga dapat berkurang dengan cara diolah menjadi keripik
jengkol. Caranya: biji
jengkol yang sudah tua direbus, dipukul palu hingga tipis, kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Setelah itu digoreng dengan sedikit tambahan garam. “Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa cara tersebut akan mengurangi bahaya karena minyak atsirinya akan menguap sebagai akibat dari cara pengolahan ini”, tulis Karel Heyne.
Olahan dari
jengkol yang paling populer di suku Betawi adalah
Semur jengkol. Caranya biasanya sama seperti membuat keripik
jengkol. Mengenai mengapa
Semur jengkol akhirnya menjadi kuliner khas suku Betawi. Karena dahulu, hampir di setiap kebun rumah penduduk Betawi pasti ditemukan
jengkol.
jengkol menjadi bahan panganan lezat yang berharga murah, walaupun sekarang
jengkol harganya sudah naik. Dengan demikian orang-orang Betawi lebih suka menggunakan
jengkol, tahu, tempe sebagai bahan dasar
Semur daripada daging karena bahan-bahan tersebut lebih murah.
Semur jengkol kemudian melekat menjadi tradisi khas suku Betawi dan menjadi menu favorit setiap keluarga suku Betawi khususnya di Kota Jakarta.
1.
Semur jengkol Pedas Kering
2.
Semur jengkol Manis Berkuah
3.
Semur jengkol Pedas Berkuah
Referensi
https://www.youtube.com/watch?v=u-xC50SUDmc
http://jakartakita.com/2015/11/03/asal-usul-
Semur-
jengkol-ternyata-dari-belanda/
http://dokumen.tips/documents/sejarah-kuliner-betawi.html
http://historia.id/modern/baunya-sejarah-
jengkol