Hasil Pencarian:
- Serak jawa
- Serak
- Suara serak
- M. Shadows
- Serak Gulo
- Menara Babel
- Serak taliabu
- Serak hitam
- Burung hantu
- Serak sulawesi
- Love Yourself
- Serak minahasa
- Kowak-malam abu
- Bukan Bintang Biasa
- Krisyanto
- Gang bang
- Tiong-lampu ungu
- Cinenen punggung hijau
- Daftar nama burung di Indonesia
- Rendang
Artikel: Serak jawa
Nama
Walaupun telah dikenal jauh sebelumnya, Tyto alba baru dideskripsikan secara resmi pada tahun 1769 oleh seorang naturalis berkebangsaan Italia bernama Giovanni Scopoli. Nama spesies alba dipilih berdasarkan warna bulu badannya yang putih. Nama lain dari Tyto alba antara lain adalah:Morfologi (Ciri Umum)
Badan bagian atas berwarna abu-abu terang dengan garis-garis gelap dan bintik-bintik pucat yang tersebar pada bulu-bulunya. Pada sayap dan punggung terdapat bintik-bintik lusuh. Badan bagian bawah berwarna putih dengan beberapa bintik-bintik hitam (terkadang tidak ada). Bulu-bulu pada kaki bagian bawah biasanya jarang (tipis). Bentuk muka menyerupai jantung berwarna putih dengan tepi berwarna kecokelatan dan pada tepi lingkar mata terdapat bintik-bintik berwarna cokelat. Iris mata berwarna hitam. Kaki berwarna putih kekuning-kuningan sampai kecokelatan. Ukuran tubuh jantan dan betina biasanya hampir serupa. Betina dan anakan lebih banyak memiliki bintik-bintik gelap.= Ukuran tubuh
= Ukuran tubuh antara jantan dan betina hampir serupa, namun demikian biasanya betina memiliki ukuran tubuh sedikit lebih besar daripada jantan. Ukuran tubuh betina: Panjang badan: 34–40 cm Rentang sayap: ±110 cm Berat badan: ±570 gram Ukuran tubuh jantan: Panjang badan: 32–38 cm Rentang sayap: ±107 cm Berat badan: ±470 gramFisiologi (Ciri Khusus)
= Kemampuan terbang
= Strategi perburuan dari Tyto alba sangat berbeda dengan jenis-jenis burung predator yang lain. Burung-burung predator lain, mengandalkan kecepatan dan kejutan untuk mendatangi dan menangkap mangsa. Dalam perburuan mangsa, Tyto alba sangat bergantung pada cara terbangnya yang tanpa suara dan pada pendengarannya yang sangat tajam. Suara yang timbul akibat pergerakan sayap, diredam oleh semacam lapisan yang tampak seperti beludru pada permukaan bulu-bulu sayapnya. Selain itu, tepi sayap Tyto alba memiliki jumbai-jumbai yang sangat halus yang juga berfungsi untuk meredam bunyi kepakan sayap. Cara terbang yang tanpa suara ini menyebabkan mangsa tidak mampu mendengar pergerakan Tyto alba dan juga membantu pendengaran Tyto alba sendiri.= Indra penglihatan
= Mata Tyto alba sangat peka sehingga dapat melihat pada kegelapan. Untuk mendeteksi lokasi mangsa, mata dan pendengaran Tyto alba bekerja bersama-sama dalam suatu harmoni yang serasi. Bola mata Tyto alba diketahui memiliki kedudukan tetap pada tempatnya, menghadap ke depan dan memberikan penglihatan yang bersifat binokuler dan stereoskopik. Kedudukan mata yang tetap memiliki kelemahan, terutama dalam hal mendeteksi lingkungan sekitar. Untuk menanggulangi hal ini, Tyto alba memiliki leher yang sangat fleksibel sehingga kepalanya dapat diputar 270 derajat dalam empat arah: ke arah kiri, kanan, atas dan bawah. Mata Tyto alba memiliki adaptasi yang baik untuk melihat pada intensitas cahaya yang sangat rendah. Hal ini ditandai dengan ukuran pupil yang sangat besar dan retina yang tersusun dari sel-sel yang sangat sensitif, yang memberikan efek penglihatan monokromatik. Kemampuan melihat dalam gelap ini dikatakan sekitar 3–4 kali kemampuan manusia. Bola mata Tyto alba dilengkapi dengan lapisan membran penutup yang dapat dibuka dan ditutup. Gerakan buka-tutup dari membran tersebut berfungsi untuk membersihkan bola mata dari debu dan kotoran yang menempel pada permukaan mata.= Indra pendengaran
= Tyto alba memiliki susunan letak lubang telinga yang cukup unik, karena tidak simetris di mana letak pada kepala antara satu dengan yang lainnya tidak sama tinggi dan dengan sudut yang berbeda pula. Lubang-lubang telinga tersebut diselubungi oleh suatu lapisan fleksibel yang tersusun dari bulu-bulu pendek seperti bulu-bulu yang menyelimuti lingkar mukanya. Lapisan tersebut berfungsi sebagai keping pemantul (reflektor) suara. Kelengkapan pendengaran seperti itu membuat Tyto alba memiliki pendengaran yang peka dan bersifat mengarah (direksional) terhadap sumber bunyi, sehingga Tyto alba mampu mendeteksi lokasi mangsa (dalam arah dan jarak) secara tepat walau dalam keadaan gelap gulita sekali pun. Pada Tyto alba columella di bagian tengah telinga, berfungsi mengirimkan getaran dari membrana tympani ke bagian telinga dalam, koklea ada meskipun tidak berbentuk spiral sempurna.= Perilaku makan
= Tyto alba memiliki kebiasaan makan yang unik. Tergantung ukuran mangsa yang tertangkap, Tyto alba dapat menelan utuh mangsanya atau membaginya dalam ukuran yang lebih kecil sebelum ditelan. Daging dan bagian yang lunak dari tubuh mangsa akan dicerna, sementara bulu-bulu dan tulang belulang tidak dicerna dan kemudian secara berkala dimuntahkan kembali dalam bentuk pelet. Dibandingkan jenis lain, burung ini mempunyai laju metabolisme yang lebih tinggi, sehingga membutuhkan lebih banyak makanan. Diukur dari perbandingan berat, burung ini memangsa rodensia lebih banyak daripada binatang lain. Para petani menganggap burung ini lebih efektif secara ekonomi daripada penggunaan racun dalam mengatasi serangan binatang mengerat, sehingga mereka menyediakan tempat untuk burung ini bersarang supaya mau tinggal.Reproduksi
Beberapa peneliti menyatakan bahwa Tyto alba dapat bersifat poligami. Dijumpai seekor jantan dapat memiliki lebih dari satu pasangan, dengan jarak antar sarang kurang dari 100 meter. Selama percumbuan, jantan berputar sekitar pohon dekat sarang, sambil menyuarakan deritan dan koaran. Kebanyakan Tyto alba bersarang di lubang pohon sampai ketinggian 20 meter. Mereka juga dapat bersarang pada bangunan tua, gua, dan ceruk sumur. Burung hantu dapat berkembang biak sepanjang tahun, tergantung kecukupan suplai makanan. Jika kondisi lingkungan memungkinkan, sepasang Tyto alba dapat berbiak dua kali dalam setahun. Pada daerah temperata dan sub Artik, perkembangbiakan (perkawinan dan peletakan telur) terjadi pada musim semi. Populasi tikus yang tinggi di suatu daerah dapat memacu perkembangbiakan populasi Tyto alba secara dramatis. Dalam satu musim kawin individu betina Tyto alba dapat menghasilkan telur sebanyak 3–6 butir (terkadang dapat mencapai 12 butir) dalam interval 2 hari. Telur berwarna putih dan berbentuk bulat oval. Panjang telur 38–46 mm dengan lebar 30–35 mm. Telur dierami segera setelah telur pertama diletakkan dengan lama pengeraman 30–34 hari. Karena peletakan telur berlangsung dalam interval beberapa hari, maka penetasannya pun tidak bersamaan. Hal ini menyebabkan terjadinya gradasi ukuran tubuh anakan yang baru menetas. Anakan dengan ukuran tubuh terbesar biasanya memperoleh suplai makanan yang lebih banyak dari induknya. Akibatnya, jarang sekali ditemukan seluruh anakan yang menetas dalam satu sarang pada periode yang sama akan bertahan hidup, kecuali sumber makanan di sekitar sarang sangat banyak. Umumnya, anakan yang paling kecil (yang menetas terakhir) akan mati atau bahkan dibunuh oleh anakan yang lebih besar (lebih tua). Kelihatannya, hal ini merupakan strategi bertahan hidup yang ganjil, namun justru menjamin kelangsungan hidup suatu keluarga Tyto alba secara keseluruhan.= Tahap Perkembangbiakan Tyto alba
= Hari sebelum telur pertama menetas: 31: Peneluran pertama 30: Inkubasi pertama dimulai 19: Peneluran selesai 1: Anak pertama bersuara dari dalam telur 0: Telur pertama menetas 0–14: Sisa telur menetas semua Hari setelah penetasan telur pertama: 7: Anakan memuntahkan makanan yang tak tercerna, tapi belum berbentuk pelet 8: Mata mulai membuka 10: Anakan mulai mengeluarkan feses 11: Induk betina mulai jarang mengerami, mulai berburu makan untuk anak dan dirinya 14: Anakan dapat menelan utuh mangsa 15: Anakan mulai mengeksplorasi sekitar sarang 21: Saat anakan tertua berumur 3–4 minggu, induk betina berhenti mengerami, mengunjungi sarang hanya untuk memberi makan 35–42: Anakan mulai melatih sayapnya dan berjalan keluar dari sarang. Kadang anak tertua memangsa anakan muda. 49–56: Anakan tertua meninggalkan sarang. Induk tetap memberi makan anak di luar dan di dalam sarang, sampai semua mampu terbang 60: Anakan yang baru bisa terbang, mulai bermain dengan mangsa non-utama (serangga) 72: Anakan mulai menangkap mangsa dari ketinggian 78>: Mulai meninggalkan sarang dan teritori 10–18: Mulai mampu berkembang biakHabitat dan Penyebaran
= Habitat
= Serak jawa (Tyto Alba) yang umum didapati di wilayah berpohon, sampai dengan ketinggian 1.600 mdpl. Di tepi hutan, perkebunan, pekarangan, hingga taman-taman di kota besar. Sering bertengger rendah di tajuk pohon atau perdu, berbunyi-bunyi dengan memilukan, atau bersahutan dengan pasangannya. Sewaktu-waktu terjun menyambar mangsanya di permukaan tanah atau vegetasi yang lebih rendah. Sering pula berburu bersama dengan anak-anaknya. Aktif pada malam hari. Namun, terkadang aktif pada senja hari dan dini hari, bahkan sesekali bisa dijumpai sedang terbang pada siang hari. Pada siang hari, Tyto alba biasanya berdiam diri pada lubang-lubang pohon, gua, sumur, bangunan-bangunan tua atau pada tajuk pepohonan yang berdaun lebat. Beberapa jenis, khususnya Tyto, mampu menempati tempat buatan manusia yang mirip dengan lubang pohon. Sarang gagak dan burung pemangsa lain yang sudah ditinggalkan, juga merupakan tempat pilihan. Hanya sedikit atau tidak ada usaha sama sekali untuk memperbagus konstruksi pembuat sarang sebelumnya. Celah batuan juga digunakan oleh beberapa jenis burung.= Distribusi populasi
= Tyto alba merupakan jenis burung yang tersebar hampir di seluruh bagian dunia (kosmopolitan). Populasi burung ini dapat ditemukan di seluruh benua (kecuali Antartika), termasuk di seluruh wilayah Australia dan Tasmania. Tyto alba juga dapat ditemukan di sebagian besar wilayah Inggris Raya dan sebagian besar Eropa daratan, sebagian besar wilayah Asia Selatan, Tenggara dan Barat, sebagian besar benua Afrika dan sebagian besar wilayah Amerika Utara. Di Amerika Selatan, Tyto alba dapat ditemukan di daerah padang rumput dan di kepulauan Oceania, seperti kepulauan Galapagos.Galeri
Referensi
Pustaka
Bruce, M. D. (1999). "Family Tytonidae (Barn-owls)". Dalam del Hoyo, J.; Elliott, A.; Sargatal, J. Handbook of Birds of the World, Volume 5: Barn-owls to Hummingbirds. Lynx Edicions. ISBN 84-87334-25-3. Ehrlich, Paul R.; Dobkin, David S.; Wheye, Darryl; Pimm, Stuart L. (1994). The Birdwatcher's Handbook: A Guide to the Natural History of the Birds of Britain and Europe. Oxford University Press. ISBN 0-19-858407-5. Shawyer, Colin (1994). The Barn Owl. Hamlyn. ISBN 0-600-57949-2. Svensson, Lars; Zetterström, Dan; Mullarney, Killian; Grant, Peter, J. (1999). Collins Bird Guide. Harper & Collins. ISBN 0-00-219728-6. Taylor, Iain (2004). Barn Owls: Predator-prey Relationships and Conservation. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-54587-7. Witherby, H. F. (1943). Handbook of British Birds, Volume 2: Warblers to Owls. H. F. and G. Witherby.Pranala luar
BrainMaps: Barn owl brain images Barn owl videos, photos and sounds — Internet Bird Collection Barn owl — USGS Patuxent Bird Identification InfoCenter Barn owl species account — Cornell Lab of Ornithology Ageing and sexing barn owls Diarsipkan 2014-12-02 di Wayback Machine. — Blasco-Zumeta, Javier; Heinze, Gerd-Michael Barn owl feathers Diarsipkan 2018-03-04 di Wayback Machine.serak
No More Posts Available.
No more pages to load.