Kabupaten Sumba Timur adalah
Kabupaten di provinsi Nusa Tenggara
Timur, Indonesia.
Kabupaten Sumba Timur sendiri meliputi 55% wilayah yang ada di pulau
Sumba, yang terdiri dari 4
Kabupaten. Pusat pemerintahan atau ibukota
Kabupaten terletak di kecamatan Kota Waingapu. Pada akhir tahun 2023, jumlah penduduk
Sumba Timur sebanyak 265.879 jiwa.
Geografis
Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu
Kabupaten di provinsi Nusa Tenggara
Timur yang terletak pada koordinat 119°45'–120°52' Bujur
Timur (BT) dan 9°16'–10°20' Lintang Selatan (LS). Luas wilayah
Kabupaten Sumba Timur adalah 7.000,5 km² atau 700.050 Ha. Dari 98 pulau-pulau kecil di sekelilingnya, hanya 3 pulau sudah dihuni yaitu Pulau Salura, Pulau Menggudu, dan Pulau Kotak.
= Batas Wilayah
=
Kabupaten Sumba Timur menempati wilayah
Timur Pulau
Sumba dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Selain itu
Kabupaten Sumba Timur juga meliputi empat pulau kecil di selatan, yakni Pulau Salura, Pulau Mengkudu, Pulau Kotak dan Pulau Nusa.
= Topografi
=
Kondisi topografi
Sumba Timur secara umum datar (di daerah pesisir), landai sampai bergelombang (wilayah dataran rendah <100 meter) dan berbukit (pegunungan). Daerah dengan ketinggian di atas 1000 meter hanya sedikit di wilayah perbukitan dan gunung. Lahan pertanian terutama di dataran pantai utara yang memiliki cukup air di permukaan maupun sungai-sungai besar. Setidaknya terdapat 88 sungai dan mata air yang tidak kering di musim kemarau.
Rangkaian pegunungan dan bukit-bukit kapur curam yang menguasai wilayah bagian tengah dengan empat puncak: Mawunu, Kombapari, Watupatawang dan Wanggameti. Dataran rendah terdapat di sepanjang pesisir dengan bagian yang cukup luas di Tanjung Undu (pesisir paling barat). Amplitudo suhu yang tinggi mengakibatkan batu-batuan menjadi lapuk, tanah merekah dan terjadi seleksi alam terhadap tumbuhan dan hewan yang dapat hidup dalam kondisi demikian. Karena itu, jenis tumbuhan yang ada umumnya berupa tanaman keras seperti jati, kelapa dan aren, sementara hewan peliharaan umumnya adalah sapi, kerbau dan kuda yang telah menyesuaikan diri dengan keadaan alam
Sumba yang berpadang sabana luas.
Keadaan tanah di
Sumba Timur mengandung pasir, kapur dan batu karang karena ratusan ribu tahun yang lalu daerah ini berada di bawah permukaan laut. Setelah zaman es berlalu, daratan ini muncul di atas permukaan laut, sehingga sering dijumpai berbagai jenis hewan laut seperti kerang, ikan dan tanaman laut yang telah menjadi fosil di bukit-bukit karang. Rumput-rumput pun tumbuh di atas batu-batu karang.
= Iklim
=
Kabupaten Sumba Timur beriklim sabana tropis (Aw) dengan musim hujan yang relatif singkat dan musim kemarau yang panjang (≥7 bulan). Suhu rata-rata adalah 22,5 derajat sampai 31,7 derajat Celsius dan tingkat kelembapan nisbi sebesar ±73% per tahun. Musim penghujan biasanya terjadi di bulan Desember sampai akhir bulan Maret dengan rata-rata curah hujan ≥150 mm per bulan. Sementara itu, musim kemarau biasanya berlangsung sejak pertengahan bulan April sampai dasarian kedua bulan November dengan puncak musim kemarau yakni pada bulan Juli–September. Jumlah curah hujan yang cenderung sedikit dalam setahun yakni berkisar 700–1800 milimeter per tahun dengan jumlah hari hujan tahunan berkisar antara 60–130 hari hujan per tahun menyebabkan sebagian besar daerah
Kabupaten Sumba Timur termasuk dalam wilayah yang cukup kering.
Pemerintahan
= Kepala daerah
=
Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah
Kabupaten Sumba Timur. Bupati
Sumba Timur bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Nusa Tenggara
Timur.
Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di
Sumba Timur ialah Khristofel Praing, dengan wakil bupati David Melo Wadu. Mereka menang pada Pemilihan umum Bupati
Sumba Timur 2020. Khristofel merupakan bupati
Sumba Timur ke-11. Kristofel dan David dilantik oleh gubernur Nusa Tenggara Timut, Victor Laiskodat, pada 26 Februari 2021 di aula Eltari kantor gubernur Nusa Tenggara
Timur, untuk periode 2021-2024.
= Dewan Perwakilan
=
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD
Kabupaten Sumba Timur dalam dua periode terakhir.
= Kecamatan
=
Kabupaten Sumba Timur terdiri dari 22 kecamatan, 16 kelurahan, dan 140 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 237.119 jiwa dengan luas wilayah 7.000,50 km² dan sebaran penduduk 34 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di
Kabupaten Sumba Timur, adalah sebagai berikut:
Demografi
= Penduduk
=
Jumlah penduduk
Kabupaten Sumba Timur tahun 2002 adalah 190.214 jiwa atau dengan kepadatan rata-rata 27 jiwa/km². Kepadatan tertinggi di Kecamatan Waingapu, yaitu 1.049 jiwa/km², sedang kepadatan terendah ada di Kecamatan Haharu, yaitu 13 jiwa/km². Disamping orang
Sumba Timur asli juga terdapat orang Sabu, keturunan Tionghoa, Arab, Bugis, Jawa dan penduduk yang berasal dari daerah Nusa Tenggara
Timur lainnya. Bahasa daerah yang digunakan adalah Bahasa
Sumba Kambera. Tahun 2021, penduduk
Kabupaten Sumba Timur mencapai 250.788 jiwa dengan kepadatan 36 jiwa/km².
= Agama
=
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri
Kabupaten Sumba Timur tahun 2023 mencatat bahwa sebagian besar penduduk di
Kabupaten ini menganut agama Kristen sebanyak 87,37% di mana Protestan sebanyak 78,06% dan Katolik sebanyak 9,31%. Penghayat kepercayaan Marapu sebanyak 6,13%, kemudian penganut agama Islam sekitar 6,32% yang kebanyakan tinggal di ibukota
Kabupaten, kemudian Hindu sebanyak 0,16% dan Buddha 0,01%.
Sejumlah penduduk
Sumba Timur masih memegang tradisi leluhur dengan menganut aliran tradisional yakni Marapu, aliran kepercayaan di pulau
Sumba yang masih ada hingga saat ini. Pemerintah telah menjamin dan mengakui setiap aliran kepercayaan yang ada di Indonesia.
Meskipun keadaan tanahnya kurang subur, lebih dari separuh penduduk
Kabupaten Sumba Timur ini adalah petani. Selain itu ada juga yang bekerja sebagai peternak, pegawai, buruh, nelayan dan lain-lain. Walaupun sektor pertanian menempati tempat pertama dalam pendapatan regional, luas sawah yang bisa digarap baru 11 persen dari luas tanah
Kabupaten seluruhnya.
Penggarapan sawah ini dilakukan dengan cara tradisional yang disebut renca, yaitu pengerahan tenaga manusia dan kerbau dalam jumlah besar di atas tanah sawah yang akan ditanami. Kaki-kaki kerbau yang berjumlah puluhan ini digunakan sebagai pengganti bajak dan pekerjaan renca ini diawali dan diakhiri dengan upacara keagamaan (ritus). Kehidupan sehari-hari penduduknya pada dasarnya merupakan cerminan kehidupan agama tradisional mereka. Hal ini bisa dilihat saat mereka melaksanakan berbagai upacara adat berkenaan dengan daur hidup seperti upacara kelahiran (habola), perkawinan (lalei atau mangoma) dan kematian (pa taningu).
Perekonomian
Perekonomian penduduk
Sumba Timur ini sebagian besar adalah pertanian, (termasuk peternakan), industri rumah tangga (terutama kerajinan tekstil/tenun) serta pariwisata.
= Kerajinan
=
Industri rumah tangga di
Sumba Timur didominasi kerajinan kain tenun ikat yang terdapat di hampir seluruh penjuru
Kabupaten. Kerajinan kain tenun ikat ini sudah terkenal sejak ratusan tahun. Ada dua kelompok pengrajin, yaitu yang menggantungkan seluruh penghasilannya pada pekerjaannya dan yang melakukannya hanya sebagai kerjaan sambilan. Seniman sambilan ini umumnya adalah mereka yang secara sosial masih memiliki fungsi adat seperti kaum bangsawan (maramba).
Walaupun merupakan hasil sambilan, tenun jenis ini bermutu tinggi karena sebenarnya tenunan tersebut bukanlah barang dagangan, hanya sebagai koleksi atau digunakan dalam upacara adat. Ada beberapa daerah yang terkenal dengan kain tenunnya, seperti Desa Kaliuda yang terletak di Kecamatan Pahungalodu, Rindi dan Watuhadang yang terletak di kecamatan Rindiumalulu, Rambangaru yang terletak di kecamatan Pandawai dan Kelurahan Prailulu. Tenunan dari daerah ini bermutu tinggi karena dibuat dengan menggunakan ramuan tradisional dan membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya.
Tidak jarang ada tenunan yang lama penyelesaiannya hingga tahunan, yang menyebabkan harga jualnya pun mencapai jutaan rupiah, terutama yang berasal dari Rindi, Kaliuda dan Kampung Pau. Kerajinan tenun ini juga mendukung kegiatan pariwisata di
Kabupaten ini.
= Pertanian tanaman
=
Pada sektor pertanian tanaman, padi, jagung dan ubi kayu menjadi andalan. Hasil pertanian lainnya adalah cengkih, kapuk, kemiri, kelapa, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, sorgum dan jambu mete. Hasil pertanian tersebut telah dikembangkan sejak tahun 1977.
= Peternakan
=
Sektor peternakan memiliki sejarah panjang dan cukup berbeda dari daerah lain di Indonesia, oleh sebab keadaan alam wilayah ini yang memiliki musim penghujan pendek dan padang rumput (sabana) luas.
Sumba Timur terkenal sebagai pusat penangkaran dan perdagangan kuda sejak abad ke-19. Kuda sandel yang merupakan hasil perbaikan (grading up) kuda lokal dengan kuda Arab telah menjadi maskot daerah dan figurnya dimasukkan dalam lambang daerah.
Pada awal abad ke-20 (1906-1907) pemerintah Hindia Belanda memasukkan empat ras sapi ke
Sumba, sapi jawa, sapi madura, sapi bali dan sapi ongole dari India. Hanya yang terakhir yang diketahui bisa beradaptasi dengan baik dan segera menjadi komoditas peternakan unggulan, menggeser kuda. Tujuh tahun sejak introduksi, pemerintah menetapkan
Sumba sebagai pusat penangkaran sapi ongole murni dan sejak itu biakannya dikenal sebagai ras SO (
Sumba Ongole) dan ini berlangsung hingga sekarang.
= Pariwisata
=
Pantai Kalala, Pantai Alfon Ndawa Lu, Tarimbang, Purukambera dan Walakiri sudah mendunia dan dikenal sebagai tempat berselancar yang indah. Sisa-sisa kebudayaan megalitik berupa kubur batu dan rumah-rumah adat asli yang sering menjadi tempat pelaksanaan upacara adat penguburan jenazah bangsawan menarik minat para wisatawan. Wisata alam dapat dilakukan di Taman Nasional Laiwangi Wanggameti.
Tempat wisata populer lainnya adalah Londa Lima, Watuparunu dan Purukambera. Selain itu,
Sumba Timur juga mempunyai objek wisata alam Air Terjun Laputi.
Referensi
Pustaka
Ensiklopedia Nasional Indonesia.
Pranala luar
Situs web resmi