Teungku Peukan merupakan ulama dan pejuang Aceh melawan Belanda yang syahid di Blangpidie pada peristiwa 11 September 1926. Dia dilahirkan pada tahun 1886 di Sawang, Aceh Selatan dan lama menetap di Manggeng, Aceh Barat Daya
Ayah
Teungku Peukan bernama Keuchik Adam bin
Teungku Padang Ganting yang berasal dari daerah Alue Paku, Sawang, Aceh Selatan. Sedangkan ibunya bernama Siti Zulaikha. Nama
Teungku Peukan diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya.
Perjuangan
Perjuangan Teuku Ben Mahmud menginspirasi
Teungku Peukan dan pasukannya untuk menyerang tangsi (bivak) Belanda di Blangpidie.
Pada malam menjelang peperangan dengan kolonial Belanda,
Teungku Peukan dan pasukannya terlebih dahulu melakukan wirid dan zikir (serah diri) kepada Tuhan di Meunasah (mushalla) Ayah Gadeng, Manggeng. Setelah wirid tersebut selesai dilaksanakan,
Teungku Peukan memerintahkan pasukannya menuju markas Belanda regional Blangpidie (sekarang Asrama Kodim 0110 Aceh Barat Daya) di Blangpidie dengan menempuh berjalan kaki sejauh 20 km.
Pada penyerangan ini juga dihadiri oleh salah seorang putra dari
Teungku Peukan yang bernama
Teungku Muhammad Kasim yang dikenal dengan sebutan "
Teungku Tahala". Menjelang fajar memasuki malam Jumat pada tanggal 11 September 1926, pasukan
Teungku Peukan pun tiba dan beristirahat sejenak di bale (balai)
Teungku Muhammad Yunus Lhoong Geulumpang Payong, Blangpidie.
Pada saat itu
Teungku Peukan membagi 3 sektor penyerangan dan dibantu oleh Said Umar, Waki Ali, dan Zakaria Ahmad yang dikenal dengan nama Nyak Walad. Penyerangan dilakukan pada saat menjelang subuh, sehingga serdadu Belanda kaget dan kocar-kacir. Pada penyerangan itu banyak serdadu Belanda yang tewas.
Gugur
Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan,
Teungku Peukan mengumandangkan azan dan di saat itulah seorang tentara Belanda melepaskan 1 tembakan yang membuat
Teungku Peukan meninggal.
Teungku Peukan meninggal pada hari Jumat, 11 September 1926.
Dalam kejadian itu
Teungku Tahala putra dari
Teungku Peukan menjadi emosional dan menyerang serdadu Belanda. Saat itu pula di meninggal dalam pertempuran. Ada beberapa pejuang yang selamat dalam pertempuran itu, yaitu Pang Paneuk dan Sidi Rajab. Dalam peristiwa tersebut atas inisiatif
Teungku Yunus Lhong jenazah
Teungku Peukan dan 5 pejuang lainnya (termasuk putra
Teungku Peukan bernama Muhammad Kasimazs) dimakamkan di depan Masjid Jami' Baitul 'Adhim Blangpidie.
Referensi