Abdul Karim
Oei atau
Oei Tjeng Hien (6 Juni 1905 – 14 Oktober 1988) adalah perintis ajaran Islam dari etnis Tionghoa-Indonesia. Dia mendirikan organisasi warga etnis Tionghoa Islam yang disebut Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan juga menjadi salah satu tokoh Muhammadiyah. Ia juga merupakan salah satu tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bersama dengan Soekarno dan Buya Hamka. Dalam dunia politik, Abdul Karim
Oei juga dikenal sebagai anggota DPR (1956-1959) yang mewakili kaum Tionghoa, ketua partai Masyumi Bengkulu (1946-1960), dan lain sebagainya.
Biografi singkat
Abdul Karim
Oei dilahirkan di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada 6 Juni 1905 dengan nama asli
Oei Tjeng Hien. Sejak usia 2 bulan, dia menjadi piatu dan dibesarkan oleh kakak iparnya. Pendidikan yang pernah ditempuh Abdul Karim
Oei adalah Sekolah Dasar Zaman Belanda dan kursus pedagang. Pada tahun 1926, Karim
Oei mulai menjadi pemeluk agama Islam yang saat itu sangat jarang dilakukan oleh warga Tionghoa. Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka) lalu memberinya nama Islam "Abdul Karim".
Pada tahun 1967-1974, dia aktif menjabat sebagai Pimpinan Harian Masjid Istiqlal Jakarta, anggota Dewan Penyantun BAKOM PKAB, dan anggota Pengurus MUI Pusat.
Meninggal dunia
Abdul Karim
Oei meninggal dunia pada 14 Oktober 1988 di usia 83 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, berdekatan dengan Maemunah Mukhtar, istrinya yang wafat pada tahun 1984. Dalam rangka mengenang Haji Karim
Oei, beberapa tokoh organisasi kemasyarakatan, yaitu NU, Muhammadiyah, KAHMI, Al-Washliyah, ICMI, dan beberapa tokoh muslim Tionghoa mendirikan sebuah Yayasan Haji Karim
Oei, sebagai pusat informasi Islam khususnya bagi kalangan etnis Tionghoa pada tahun 1991. Yayasan tersebut mendirikan dan mengelola Masjid Lautze yang terletak di daerah Pecinan Jakarta. Ia dianugerahi secara anumerta Bintang Mahaputera Utama sesuai Keppres No.056/TK/TH. 2005 tanggal 9 Agustus 2005.
Dalam budaya populer
Dalam film Buya Hamka (2023),
Oei Tjeng Hien diperankan oleh Verdi Solaiman.
Lihat pula
Masjid Lautze
Referensi