Tjokorda Ngurah Wim Sukawati, (1 Februari 1923 – 24 Februari 2013) adalah putra sulung Presiden Negara Indonesia Timur dari mantan Raja Ubud
Tjokorda Gde Raka Soekawati dan istrinya Gusti Agung Niang Putu. Gelarnya
Tjokorda Gde menunjukkan bahwa
Sukawati termasuk ksatria tertinggi (salah satu dari empat kasta bangsawan di Bali).
Riwayat Hidup
= Pendidikan
=
Secara tradisional putra sulung menjadi kepala keluarga kerajaan Puri Ubud, tetapi seperti ayahnya, ia mengambil peran lebih aktif dalam pemerintahan Indonesia.
Tjokorda Wim memulai pendidikannya di Bali dan juga bersekolah di SD di daerah Menteng, Jakarta.
Tjokorda Wim juga masuk sekolah dasar di Oosterbeek, Belanda, ketika ayahnya mengepalai misi budaya di Eropa (expo di Paris) pada tahun 1931. Misi budaya itu termasuk kelompok legong dari Peliatan dan kelompok pertanian dari Bali. Saat itu, ayahnya membawa kedua anaknya ke Eropa,
Tjokorda Wim,
Tjokorda Wim Anak Agung Vera dan Anak Agung Oka Willy.
Tjokorda Wim mengikuti Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malang dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta. Dia melanjutkan sekolah ke Sukabumi, Jawa Barat dan lulus dari akademi kepolisian, yang menjadi awal karirnya.
Dari tahun 1942 sampai 1947 ,
Tjokorda Wim adalah inspektur polisi di Gianyar, Bali sampai diangkat menjadi komisaris polisi di ibukota republik Indonesia Timur, Makassar. Setelah bertugas di Stockholm dan Paris
Tjokorda Wim menjadi Duta Besar Indonesia untuk Swiss dari tahun 1975 hingga 1979.
Kehidupan Pribadi
Di Makassar, ia bertemu dengan wanita Belanda, Nelly Luchsinger, yang menjadi pasangan hidupnya selama 64 tahun. Nelly bekerja sebagai guru di OSVO di Makassar mengajar memasak dan nutrisi. Bersama-sama mereka memiliki dua anak.
Kematian
Tjokorda Ngurah Wim Sukawati meninggal dunia dalam usia 90 tahun pada 24 Februari 2013, di rumah sakit di Jakarta karena penyakit yang berhubungan dengan usia tua. Dia dikremasi dengan upacara kremasi kerajaan Bali di Ubud dengan bade (menara kremasi) sembilan tingkat setinggi 22 meter, nagabanda (naga) sepanjang lima meter dan sarkofagus lembu (banteng hitam) setinggi lima meter. Itu adalah kremasi terbesar yang diadakan di Bali tahun itu dengan ribuan orang yang hadir.
Referensi