Hang Tuah merupakan seorang tokoh rekaan atau fiksi pada suatu hikayat berlatar pada masa pemerintahan Kesultanan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansur Shah pada abad ke-15. Yang diperkirakan berasal dari Kepulauan Riau, Indonesia. Hal ini didasarkan pada redaksi kisah
Hang Tuah yang diceritakan dalam kitab Hikayat
Hang Tuah, sebuah karya sastra Melayu yang ditulis di Johor antara tahun 1688 - 1710. Dalam hikayat tersebut,
Hang Tuah digambarkan sebagai seorang laksamana yang berasal dari kalangan rendah dan lahir di sebuah gubug reyot — tidak spesifik disebutkan apa pekerjaan atau profesi kesehariannya. Namun dalam Kitan Salalatus Salatin dia dikatakan seorang nelayan miskin biasa sebelum namanya menjadi masyhur.
Kendati keberadaan dan kejelasannya diyakini hanya karya sastra klasik yang bersifat fiksi atau tidak nyata, tetlebih sering dijumpai beberapa kitab hikayat memceritakannya dengan saling bertubrukan seperti Salalatus Salatin dengan Kitab Hikayat
Hang Tuah — pun demikian
Hang Tuah cukup melekat di benak rakyat Indonesia sebagai karya sastra klasik fiktif berlatar sejarah dan kisahnya pun masyhur sampai Malaysia Dia lebih dikenal sebagai seorang laksamana, namun dalam beberapa redaksi penceritaan oleh penulis lainnya ditampilkan sisi seorang diplomat dan ahli silat yang cukup cenderung dominan.
Hang Tuah adalah salah satu tokoh fktif yang masyhur dalam dunia sastra Indonesia yang amat masif terkendala kontroversi dan perselisihan tentang hikayat faktualnya, hingga sulit disebut legenda atau pernah terjadi seperti Damarwulan dan kisah-kisah heroisme perintis kemerdekaan lainnya.
Sumpah
Hang Tuah tidak dapat ditemukan dari manuskrip-manuskrip mengenai
Hang Tuah itu sendiri, ini sepertinya muncul belakangan kemungkinan pada masa modern dalam novel-novel baru. Lihat MCP (Malay Concordance Project).
Kalimat Masyhur
" Tak akan Melayu hilang di bumi "— Sumpah
Hang Tuah dalam Sulalatus Salatin.
Ringkasan Hikayat
Penggambaran
Hang Tuah dari beberapa versi Sulalatus Salatin berbeda, ada yang menyebutkan bahwa ia dahulunya adalah seorang nelayan miskin.
Hang Tuah ialah seorang pahlawan legenda berbangsa Melayu pada masa pemerintahan Kesultanan Melaka pada abad ke-15 (Kesultanan Melayu Melaka) bermula pada abad ke-15.
Pada masa mudanya,
Hang Tuah beserta empat teman seperjuangannya,
Hang Jebat,
Hang Kasturi,
Hang Lekir, dan
Hang Lekiu membunuh sekelompok bandit-bandit dan dua orang yang berjaya menghancurkan desa dengan amarahnya. Bendahara (sederajat dengan Perdana Menteri dalam sistem pemerintahan sekarang) dari Melaka mengetahui kehebatan mereka dan mengambil mereka untuk berkerja di istana.
Semasa ia bekerja di istana,
Hang Tuah telah menemani Sultan Mansur Syah dalam berbagai tugas kenegaraan. Dalam kunjungan diplomatik ke Majapahit,
Hang Tuah berduel dengan seseorang petarung dari Jawa yang terkenal dengan sebutan Taming Sari. Dalam duel tersebut
Hang Tuah berhasil membunuh Taming Sari, dan keris peninggalan Taming Sari lalu dianugerahkan oleh Raja Suraprabhawa kepada
Hang Tuah.
Hang Tuah pernah dituduh berzina dengan pelayan Raja, dan di dalam keputusan yang cepat, Raja menghukum mati Laksamana yang tidak bersalah. Namun, hukuman mati tidak pernah dikeluarkan, karena
Hang Tuah dikirim ke sesebuah tempat yang jauh untuk bersembunyi oleh Bendahara.
Setelah mengetahui bahwa
Hang Tuah akan mati, teman seperjuangan
Hang Tuah,
Hang Jebat, dengan murka ia membalas dendam melawan raja, mengakibatkan semua rakyat menjadi kacau-balau. Raja menyesal menghukum mati
Hang Tuah, karena dialah satu-satunya yang dapat diandalkan untuk membunuh
Hang Jebat. Secara tiba-tiba, Bendahara memanggil kembali
Hang Tuah dari tempat persembunyiannya dan dibebaskan secara penuh dari hukuman raja. Setelah tujuh hari bertarung,
Hang Tuah merebut kembali keris Taming Sarinya dari
Hang Jebat, dan membunuhnya. Setelah teman seperjuangannya gugur,
Hang Tuah menghilang dan tidak pernah terlihat kembali.
Penggunaan Nama Hang Tuah
Hang Tuah, cukup menginspirasi masyarakat bersuku melayu untuk tetap mengabadikan namanya. Selain digunakan untuk nama jalan, namanya juga amat sering dikaitkan dengan sesuatu yang tidak hanya berhubungan dengan bahari naumu juga yang tidak memiliki unsur kebaharian sama sekali. Hal tersebut cukup mendasar karna bagaimanapun juga Indonesia adalah negara kepulauan dengan 17.000 lebih pulau bertebaran dari Sabang sampai Merauke yang berhak menyandang gelar Negara Maritim. Nama
Hang Tuah digunakan untuk beberapa institusi pendidikan seperti Taman Kanak-kanak
Hang Tuah, Universitas
Hang Tuah di Surabaya serta Sekolah Menengah Kejuruan Pelayaran
Hang Tuah di Kediri Jawa Timur. Selain itu salah satu kapal perang frigat Tentara Nasional Indonesia, juga menggunakan namanya yakni, KRI
Hang Tuah.
Lihat pula
Hikayat
Hang Tuah
Sumur
Hang Tuah
Catatan kaki