Vivo Energy Indonesia adalah sebuah perusahaan
Indonesia yang bergerak di bidang hilirisasi minyak dan gas bumi. Mayoritas saham perusahaan ini dipegang oleh Vitol Asia Ple Ltd. yang merupakan afiliasi dari Vitol, perusahaan perdagangan minyak dan gas bumi asal Belanda dan Swiss.
Sejak 2017, perusahaan ini mengoperasikan stasiun pengisian bahan bakar umum dengan merek
Vivo dan telah mengoperasikan puluhan SPBU di sekitar Jabodetabek dan Bandung. Perusahaan ini menjual tiga jenis bensin dengan merek "Revvo", yakni Revvo 90, Revvo 92, dan Revvo 95, sesuai dengan bilangan oktan bensin yang dijual.
Sejarah
Vivo Energy Indonesia sebelumnya beroperasi dengan nama PT Nusantara
Energy Plant
Indonesia (NEPI). Perusahaan ini terlibat pada penyediaan infrastruktur pendukung perdagangan minyak dan gas bumi di
Indonesia. NEPI beroperasi melalui investasi Nusantara
Energy Resources di bawah payung grup Vitol.
Pada awal 2017, NEPI memulai rencana bisnis downstream melalui penjualan bahan bakar minyak di SPBU. NEPI awalnya akan menggunakan nama SPBU Nusantara, namun atas pertimbangan induk usahanya, nama
Vivo kemudian digunakan untuk operasional SPBU ini. Pada September 2017,
Vivo mulai menguji coba penjualan bahan bakar di SPBU yang dibangun di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur. Namun, Kementerian ESDM meminta
Vivo untuk menghentikan penjualan BBM hingga selesainya urusan administrasi yang belum dipenuhi
Vivo, termasuk penyesuaian nama perusahaan sesuai nama merek SPBU.
Operasional
Vivo sebagai SPBU penyalur BBM dimulai pada Oktober 2017, dengan peresmian dilakukan langsung oleh Menteri ESDM saat itu, Ignasius Jonan.
Vivo juga berkewajiban untuk membangun infrastruktur pendukung distribusi BBM, termasuk pembangunan kilang minyak.
Vivo Energy juga membidik pangsa pasar lainnya untuk konsumen, seperti peluncuran tabung gas LPG pada November 2017.
Kontroversi
= Paradise Papers
=
Induk
Vivo Energy Indonesia yang saat itu masih bernama NEPI, Nusantara
Energy Resources, diketahui termasuk ke dalam salah satu perusahaan yang disebut dalam dokumen Paradise Papers pada 2017. Disebutkan bahwa perusahaan ini diregistrasikan di Bermuda pada tahun 2001 dan tutup tahun 2004 sebelum kembali beroperasi di Singapura hingga saat ini. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang disebut dalam dokumen ini pernah menjadi direktur dan wakil ketua NER. Pihak Prabowo membantah keterlibatannya dalam dokumen ini.
= Penjualan BBM
=
Sejak beroperasi pada 2017,
Vivo menjual bensin dengan selisih harga yang tidak jauh beda dengan perusahaan lain, bahkan Pertamina sekalipun. Hingga Oktober 2022, selain bensin dengan RON 90, 92, dan 95,
Vivo pernah menjual bensin dengan RON 89 bermerek Revvo 89 dengan selisih harga dengan bensin bermerek Pertalite dan Premium tidak terlampau tinggi. Kenaikan harga BBM Pertamina pada 1 September 2022 sempat membuat stok Revvo 89 habis, mengingat saat itu
Vivo menjual bensin jenis ini lebih murah dari harga baru Pertalite.
Pada pertengahan bulan yang sama,
Vivo dua kali menaikkan harga Revvo 89 sehingga harga per liternya lebih tinggi dari harga jual Pertalite. Keputusan ini sempat dikritik ekonom Institute for Development of Economics and Finance, mengingat permintaan Kementerian ESDM kepada
Vivo untuk menaikkan harga Revvo 89 telah melanggar regulasi tentang persaingan usaha. Di sisi lain, Kementerian ESDM menyebut bahwa harga bensin murah
Vivo ditetapkan untuk menghabiskan stok bensin RON 89 mereka.
Penjualan Revvo 89 dihentikan per 1 Januari 2023 sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 245.K/MG.01/MEM.M/2022 pada Oktober 2022 yang mengatur bensin yang dijual harus memiliki kadar oktan minimal 90. Dengan demikian,
Vivo harus menjual Revvo 90 sebagai bensin dengan RON terendah yang dijual.
Referensi