Wat Pavaranivesh Vihara Rajavaravihara (bahasa Thai: วัดบวรนิเวศวิหารราชวรวิหาร; RTGS:
Wat Bowon Niwet Wihan Ratchaworawihan, IPA: [wát bɔwɔːn níʔwêːt wíʔhǎːn râːttɕʰawɔːráʔwíʔhǎːn]) adalah tempat ibadah utama Agama Buddha (
Wat) di Distrik Phra Nakhon, Bangkok, Thailand.
Wihara ini adalah pusat dari ordo Dhammayuttika Nikāya dalam aliran Buddhisme Theravada Thai, dan merupakan aula pemujaan Phra Phuttha Chinnasi (พระพุทธชินสีห์), sebuah patung Buddha yang berasal dari sekitar tahun 1357.
Bowonniwet telah menjadi wihara utama di bawah dukungan para penguasa dinasti Chakri. Ini adalah tempat di mana banyak pangeran dan raja mempelajari dan menjalankan kependetaan mereka, termasuk Raja Bhumibol dan anaknya, raja saat ini Vajiralongkorn.
Arsitektur
Stupa emas (chedi) di tempat pemujaan pada
Wat ini menyimpan relik dan abu dari para ningrat Thailand. Terdapat dua wihara yang tertutup untuk umum. Ruang pentahbisan (bot) berbentuk T menyimpan patung Buddha yang megah dari masa Sukhothai, yand dicetak pada 1257 M untuk merayakan kemerdekaan dari Khmer.
Mural-mural pada dinding interior bot secara tradisi sederhana dan terbatas dalam hal materi dan gayanya. Mereka dicat sehingga terlihat bagai tiga dimensi. Biarawan seniman Khrua In Khong memperkenalkan gaya Barat dalam mural-mural tersebut, yang menggambarkan mata pelajaran Agama Buddha.
Perlindungan kerajaan dan sejarah
Pada tahun 1836, Pangeran Bhikkhu Mongkut (nama penahbisan: Vajirañāṇo) tiba di wihara ini dan menjadi yang kepala wihara pertama, pendiri aliran Dhammayuttika Nikāya. Ia tinggal di wihara ini selama 27 tahun, sebelum naik tahta Siam sebagai Raja Rama IV.
Cicitnya, Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX), ditahbiskan sebagai biksu di
Wat Phra Kaew, dan tinggal di
Bowonniwet selama 15 hari pada tahun 1956. Mentor Bhumibol, Somdet Phra Yanasangworn, akhirnya menjadi kepala wihara ini, dan kemudian Pendeta Tertinggi Thailand (Sangharaja). Pada tahun 1978, putra Raja Bhumibol putra, Raja Vajiralongkorn (Rama X; nama pentahbisan: Vajiralankaraṇo), juga ditahbiskan dan menghabiskan 15 hari di
Bowonniwet. Beberapa anak-anaknya dari istri kedua, Yuvadhida Polpraserth, kemudian melakukan hal yang sama.
Pada bulan Oktober tahun 1976, diktator yang diasingkan dan mantan Perdana Menteri, Marsekal Thanom Kittikachorn, kembali ke Thailand sebagai biksu pemula dan masuk ke
Bowonniwet. Hal ini memicu demonstrasi besar-besaran dan penumpasan berdarah yang dikenal sebagai Pembantaian Thammasat University atau "Peristiwa 6 Oktober".
Media
Lihat pula
Dinasti Chakri
Wat (Tempat Ibadah Buddhis)
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar