Arsinoë
IV (Greek: Ἀρσινόη, antara tahun 68 dan 65 SM – 41 SM) merupakan putri bungsu Ptolemaios XII Auletes dengan ratu dan wakil pemimpin
Mesir dari tahun 48 SM - 47 SM, membuatnya sebagai anggota terakhir Dinasti Ptolemaik
Mesir kuno.
Arsinoe IV adalah saudari tiri Kleopatra VII dan Ptolemaios XIII, memilik ayah yang sama dan berbeda ibu.
Sejarah
Ketika Ptolemaios XII meninggal pada tahun 51 SM, ia meninggalkan keturunan, Ptolemaios dan Kleopatra sebagai pemimpin bersama
Mesir, tetapi saudaranya segera menggulingkan Kleopatra dan memaksanya melarikan diri
dari Iskandariyah. Ketika Julius Caesar tiba di Iskandariyah pada tahun 48 SM dan berpihak denga faksi Kleopatra, Arsinoë melarikan diri
dari ibu kota dengan gurunya, kasim Ganymedes, dan bergabung dengan pasukan
Mesir yang dibawah pimpinan Achillas, mengepung Iskandariyah. Achillas kemudian mengambil gelar Firaun. Ketika Achillas dan Ganymedes berselisih, Arsinoë membuat Achillas dieksekusi dan Ganymedes ditempatkan sebagai pemimpin. Ganymedes awalnya menikmati beberapa keberhasilan terhadap Romawi, tetapi para pejabat
Mesir tidak begitu menyukainya. Dibawah dalih ingin berdamai, mereka bernegosiasi dengan Caesar untuk menukar Arsinoë untuk Ptolemaios XIII, yang akhirnya dibebaskan. Namun Ptolemaios melanjutkan perang sampai Romawi menerima bala bantuan dan ditimpa kekalahan yang menentukan atas
Mesir.
Arsinoe kemudian ditransportasikan ke Roma, dimana 46 SM ia dipaksa untuk muncul di dalam kemenangan Caesar. Meskipun kebiasaan mencekik tahanan terkemuka dikemenangan ketika perayaan sudah berakhir, Caesar terpaksa mengampuni
Arsinoe dan memberikan suaka di kuil Artemis, Ephesus.
Arsinoe tinggal dikuil selama beberapa tahun, sambil terus mengawasi saudarinya Kleopatra, yang dianggap
Arsinoe sebagai ancaman bagi kekuasaannya. Pada tahun 41 SM, atas dorongan Kleopatra, Markus Antonius memerintahkan pengeksekusian Arsinoë diatas tangga kuil, pelanggaran bera kuil dan tindakan skandal bagi Roma. Imam Megabyzus, yang menyambut Arsinoë dikedatangannya dikuil sebagai "Ratu", hanya diampuni ketika kedutaan
dari Ephesus mengajukan permohonan ke Kleopatra.
Makamnya di Ephesus
Pada tahun 1990 sebuah monumen bersegi delapan terletak dipusat Ephesus yang diusulkan oleh Hilke Thür, Akademi Ilmuan Austria sebagai makam Arsinoë. Seorang penulis
dari The Times menggambarkan identifikasi kerangka sebagai "sebuah kemenangan atas dugaan kepastian".
Meskipun tidak terdapat prasasti tetap dimakam tersebut, dapat bertanggal antara 50 sampai 20 SM. Pada tahun 1926 tubuh seorang wanita diperkirakan berusia 15–20 tahun ditemukan di dalam ruang pemakaman. Thür mengusulkan pengidentifikasian kerangka itu berdasarkan bentuk makam (segi delapan, seperti mercu suar Iskandariyah), penanggalan karbon
dari tulang (antara 200- 20 SM), jenis kelamin kerangka, dan usia wanita muda itu pada saat meninggal. It is also claimed that the tomb contains Egyptian motifs, such as "papyri-bundle" columns.
Lainnya tetap kurang yakin mengenai identifikasi, misalnya, menunjukkan bahwa ia akan menjadi antara 8 dan 14 pada saat Caesar tiba di Iskandariyah, terlalu muda bagi seseorang untuk memimpin pemberontakan melawan Roma. Tindakannya di dalam perang singkat yang diikuti telah menyarankannya lebih tua
dari itu. Sebagai akibat
dari asumsi sebelumnya bahwa ia berusia lebih tua, tanggal kelahirannya biasanya ditempatkan di antara 68 SM dan 62 SM. yang membuatnya tidak mungkin baginya untuk menjadi wanita yang dikubur disegi delapan. Tanggal kelahiran
Arsinoe tidak diketahui, bagaimanapun kemungkinan tetap bahwa ia sesungguhnya lebih muda
dari yang diperkirakan, dan bahwa ia mungkin saja seorang pemimpin boneka daripada peserta aktif di dalam perang.
Tengkoraknya hilang di Jerman pada Perang Dunia II. Namun, Hilke Thuer memeriksa catatan lama dan foto-foto tengkorak yang sekarang hilang, dan menyimpulkan bahwa hal itu menunjukkan tanda-tanda campuran Afrika dan keturunan
Mesir dicampur dengan fitur Yunani klasik – meskipun fakta bahwa Boas, Gravlee, Bernard dan Leonard dan lain-lain telah menunjukkan bahwa pengukuran tengkorak bukan indikator yang dapat diandalkan ras. Afrosentris telah mengklaim bahwa Kleopatra VII berkulit hitam, terlepas
dari fakta bahwa:
Kerangka ini tidak terbukti adalah milik
Arsinoe;
Bentuk tengkorak bukan indikator ras seseorang;
Arsinoe hanya bersaudara tiri dengan Kleopatra, yang berbeda ibu;
Nenek moyang Kleopatra sendiri berasal
dari Yunani-Makedonia.
Jika monumen tersebut adalah makam Arsinoë, ia adalah satu-satunya anggota Dinasti Ptolemaik yang mayatnya telah ditemukan. Forensik/analisis arkeologi tentang asal usul
dari kerangka dan makam itu sedang berlangsung.
Referensi dan sumber
References
Sources
Encyclopædia Britannica, 2003 edition
Pranala luar
www.livius.org:
Arsinoe IV Diarsipkan 2012-10-17 di Wayback Machine.
Biography by Christopher Bennett:
Arsinoe IV Diarsipkan 2017-06-13 di Wayback Machine.
Pockley.S: Video of a bust of Arsinoë
IV being copied Nov 2012
Arsinoe IV
Leluhur