Bahasa Aceh adalah sebuah
Bahasa yang dituturkan oleh masyarakat
Aceh yang terdapat di wilayah pesisir, sebagian pedalaman dan sebagian kepulauan di
Aceh.
Bahasa Aceh termasuk dalam rumpun
Bahasa Chamik, cabang dari rumpun
Bahasa Melayu-Polinesia, cabang dari rumpun
Bahasa Austronesia.
Penggolongan
Bahasa Aceh termasuk dalam kelompok
Bahasa Chamic, cabang dari rumpun
Bahasa Melayu-Polinesia, cabang dari rumpun
Bahasa Austronesia.
Bahasa-
Bahasa yang memiliki kekerabatan terdekat dengan
Bahasa Aceh adalah
Bahasa Cham, Roglai, Jarai, Rade dan 6
Bahasa lainnya dalam rumpun
Bahasa Chamic.
Bahasa-
Bahasa lainnya yang juga berkerabat dengan
Bahasa Aceh adalah
Bahasa Melayu dan
Bahasa Minangkabau.
Persebaran
Bahasa Aceh tersebar terutama di wilayah pesisir
Aceh.
Bahasa ini dituturkan mulai dari Manyak Payed,
Aceh Tamiang di pesisir timur sampai ke Trumon,
Aceh Selatan di pesisir barat.
= Pesisir Timur Aceh
=
Kota Sabang
Banda
Aceh
Aceh Besar
Pidie
Pidie Jaya
Bireuen
Aceh Utara
Lhokseumawe
Aceh Timur (kecuali di 3 kecamatan, Serba Jadi, Peunaron and Simpang Jernih di mana
Bahasa Gayo dipakai)
Langsa
Aceh Tamiang, di kecamatan Manyak Payed
= Pesisir barat Aceh
=
Aceh Jaya
Aceh Barat
Nagan Raya
Aceh Barat Daya (kecuali di kecamatan Susoh di mana
Bahasa Jamee dituturkan)
Aceh Selatan (disebut juga
Bahasa Bakongan; bercampur dengan
Bahasa Kluet dan
Bahasa Jamee)
Sejarah
Pada tahun 1931 pemerintah Hindia Belanda di
Aceh menghendaki supaya
Bahasa Aceh dipergunakan sebagai
Bahasa pengantar di sekolah-sekolah rakyat, di samping
Bahasa Melayu yang sudah pernah digunakan sebelumnya. Namun para cendikiawan
Aceh yang di antaranya terdiri dari beberapa tokoh ulee balang tidak menyetujui maksud pemerintah Hindia Belanda tersebut. Para cendikiawan
Aceh menganggap usaha pemerintah itu akan mencegah berkembangnya
Bahasa Melayu di
Aceh. Dengan demikian akan menghambat rakyat
Aceh untuk mengerti
Bahasa tersebut yang amat diperlukan bagi pengembangan ekonomi mereka, dan dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Tetapi pemerintah Hindia Belanda di
Aceh tetap bersikeras untuk melaksanakan rencana itu. Maka pada tanggal 1 Juli 1932, pemerintah Hindia Belanda menetapkan secara resmi pemakaian
Bahasa Aceh sebagai
Bahasa pengantar di sekolah-sekolah rakyat sebagai pengganti
Bahasa Melayu kecuali di beberapa daerah yang tidak dihuni oleh etnis
Aceh.
Meskipun
Bahasa Aceh telah ditetapkan sebagai
Bahasa pengantar sejak tanggal l Juli 1932, tetapi
Bahasa Melayu pada beberapa sekolah masih tetap digunakan. Menurut laporan umum pemerintah Hindia Belanda tentang pendidikan di
Aceh pada tahun 1933 dan tahun 1934, masih terdapat 88 buah sekolah rakyat yang berada di kota-kota besar di
Aceh yang menggunakan
Bahasa Melayu sebagai
Bahasa pengantar, dan yang lainnya (sebanyak 207 buah) telah menggunakan
Bahasa Aceh sebagai
Bahasa pengantar. Sekolah yang telah menggunakan
Bahasa Aceh sebagai
Bahasa pengantar yaitu Langsa 16 sekolah, Lhok Seumawe 60 sekolah, Sigli 42 sekolah, Kutaraja 42 sekolah, Meulaboh 30 sekolah dan Tapak Tuan 17 sekolah. Sedangkan sekolah-sekolah yang tetap menggunakan
Bahasa Melayu yaitu Langsa 38 sekolah, Lhok Seumawe 5 sekolah, Sigli 6 sekolah, Kutaraja 7 sekolah, Meulaboh 1 sekolah dan Tapak Tuan 34 sekolah.
Menurut J. Jongejans yang menjabat sebagai residen di
Aceh sejak 5 Maret 1936 hingga bulan September 1938, pada tahun 1939 dari 328 buah jumlah sekolah rakyat yang terdapat di seluruh
Aceh, 210 buah di antaranya telah menggunakan
Bahasa Aceh sebagai
Bahasa bantu/pengantar di sarnping
Bahasa Melayu.
Literatur
Sampai saat ini manuskrip berbahasa
Aceh tertua yang dapat ditemukan berasal dari tahun 1069 H (1658/1659 M) yaitu Hikayat Seuma'un.
Sebelum penjajahan Belanda (1873–1942), hampir semua literatur berbahasa
Aceh berbentuk puisi dalam bentuk hikayat atau nazam. Sedikit sekali yang berbentuk prosa dan salah satunya adalah Kitab Bakeu Meunan yang merupakan terjemahan kitab Qawaa'id al-Islaam.
Setelah kedatangan Belanda barulah muncul karya tulis berbahasa
Aceh dalam bentuk prosa yaitu pada tahun 1930-an, seperti Lhee Saboh Nang yang ditulis oleh Aboe Bakar dan De Vries. Setelah itu barulah bermunculan berbagai karya tulis berbentuk prosa namun demikian masih tetap didominasi oleh karya tulis berbentuk hikayat.
Media massa
Sampai saat ini belum ada surat kabar yang diterbitkan dalam
Bahasa Aceh. Pada tahun 2020 diluncurkan majalah berbahasa
Aceh untuk pertama kalinya, yaitu Majalah Neurôk. Penerbitan ini digagas oleh seorang budayawan
Aceh yaitu Ayah Panton.
Fonologi
Berikut adalah fonem-fonem
Bahasa Aceh.
Vokal biasanya berada di pasangan mulut/sengau, meskipun hanya ada tiga vokal sengau pertengahan dan ada vokal oral pertengahan yang jumlahnya dua kali lebih banyak. /ʌ/ tidak benar-benar di tengah, meskipun ditampilkan di sini karena alasan estetika. Demikian pula, /ɨ/ juga ditampilkan sebagai ([ɯ] yang lebih ke belakang.
Selain vokal monoftong di atas,
Bahasa Aceh juga memiliki 5 diftong oral, masing-masing dengan pasangan sengau:
/iə ɨə uə ɛə ɔə/
/ĩə ɨ̃ə ũə ɛ̃ə ɔ̃ə/
/s/ adalah alveodental laminal. /ʃ/ secara teknis berupa post-alveolar tetapi dikelompokkan dalam kolom langit-langit untuk alasan estetika.
Ejaan
Bahasa Aceh telah mengalami berulang kali perubahan ejaan, mulai penggunaan huruf Arab, huruf Latin ejaan lama, dan sekarang adalah Ejaan Yang Disempurnakan.
Berikut adalah pedoman ejaannya:
A a
E e dibaca seperti huruf /e/ dalam kata "dekat". Contoh: le (banyak).
EU eu tidak ada padanannya dalam
Bahasa Indonesia. Contoh: eu (lihat).
È è dibaca seperti huruf /e/ dalam kata "bebek". Contoh: pèng (uang), pèh (pukul/tumbuk), dll.
É é dibaca seperti huruf /e/ dalam kata "kue". Contoh: lé (oleh).
Ë ë, tidak ditemui padanannya dalam
Bahasa Indonesia.
I i
Ö ö dibaca seperti huruf vokal dasar /ɔ/, tetapi diucapkan dengan mulut terbuka. Contoh: mantöng (masih), böh (buang),
Ô ô dibaca seperti huruf /o/ dalam kata "soto", "foto", "tato". Contoh: bôh (taruh), sôh (tinju), tôh (mengeluarkan).
O o dibaca seperti huruf /o/ dalam kata "tolong", "bom". Contoh: boh (buah), soh (kosong), toh (mana)
U u
Huruf vokal sengau:
'A 'a pengucapannya sengau seperti /a/ dalam kata “maaf”; contohnya: 'ap (suap), meu'ah (maaf)
'È 'è pengucapannya sengau seperti /e/ dalam kata “pamer”; contohnya: pa‘è (tokek), meu‘èn (main)
'I 'i pengucapannya sengau seperti /i/ dalam kata “angin”; contohnya: ca’ië (laba-laba), kh’iëng (busuk), dll
'U 'u pengucapannya sengau; contohnya: meu'uë (bajak),
'O 'o pengucapannya sengau; contohnya: ma’op (hantu/untuk menakuti anak-anak)
Sistem penulisan
Pada awalnya,
Bahasa Aceh menggunakan aksara Arab yang disebut dengan "jawoe" atau aksara Jawi dalam
Bahasa Melayu. Sejak kolonialisasi Belanda,
Bahasa Aceh menggunakan aksara Latin dengan penambahan huruf é, è, ë, ö, dan ô. Bunyi /ɨ/ dilambangkan oleh "eu" dan bunyi /ʌ/ diwakilkan oleh "ö". Huruf f, q, v, x, dan z hanya digunakan dalam kata serapan.
Sastra
Berikut adalah daftar beberapa karya sastra terkenal dalam
Bahasa Aceh:
Hikayat Prang Sabi
Hikayat Malem Diwa
Hikayat Sultan
Aceh Meureuhom (Sultan Iskandar Muda)
Hikayat Banun Setia
Hikayat Putroe Meulue
Hikayat Meurah Silu
Hikayat Putroe Lindong Buleuen
Hikayat Banta Amat Ngon Nahuda Seukeum
Hikayat Aulia Tujoh
Hikayat Prang
Aceh
Hikayat Pocut Muhammad
Hikayat Prang Cut Ali
Hikayat Putroe Ijo
Hikayat Peureudan Ali
Hikayat Nun Parisi
Hikayat Nabi Ibrahim
Hikayat Nabi Yusuf
Hikayat Nabi Musa
Hikayat Nubeuet Nabi
Hikayat Tajul Muluk
Hikayat Ranto Ngon Hikayat Teungku di Meukek
Hikayat Raja Bada
Haba Amat Rhang Manyang
Haba Putroe Neng
Haba Magasang dan Magaseueng
Contoh
Pé Haba? = Apa kabar?
Haba Get = Kabar baik
Lôn Pikê Gétanyôë Han Mérémpök Lê = Saya Pikir Kita Tidak Bertemu Lagi
Lôn Jêp Ië U Muda = Saya minum air kelapa muda.
Agam ngön inöng = pria dan wanita
Lôn = saya
Kah, Drôn, Gata = kamu, Engkau, Anda
Han = Tidak
Kana = Telah Ada
Pajôh = makan
Jih, Gobnyan = dia, Beliau
Cédah that gobnyan. = Cantik/Tampan sekali Beliau
Lôn méen bhan bak blang thô. = Saya bermain bola di sawah kering.
Galeri
Referensi
= Catatan kaki
=
= Daftar pustaka
=
Pranala luar
(Inggris)
Bahasa Aceh di Ethnologue
(Indonesia) Portal Belajar
Bahasa Aceh
(Indonesia) Belajar
Bahasa Aceh
Ucapan dan contoh perkataan dalam
Bahasa Aceh - kanal I Love Languages di Youtube