Begu ganjang (terj. har. "roh panjang") dalam kepercayaan masyarakat Batak adalah salah satu jenis roh jahat. Dalam masyarakat Batak,
Begu ganjang digambarkan sebagai roh yang paling ganas karena bertugas untuk mencelakakan orang lain dan menyisakan bekas biru di kerongkongan korbannya. Masyarakat Batak Karo juga menyebut
Begu ganjang sebagai "
Begu jinujung", yaitu roh yang harus diberikan sajian darah ayam merah oleh pemiliknya.
Dalam Budaya Batak
Begu ganjang adalah sejenis makhluk gaib yang awalnya berasal dari makhluk hidup atau lokasi tertentu. Manusia yang hidup, memiliki dua jenis zat yakni fisik, jasad atau yang disebut pamatang dan roh atau yang disebut tondi. Ketika manusia mati maka arwahnya di percayai berubah menjadi
Begu.
Begu ini akan pergi menuju suatu tempat yang disebut parbeguan, yakni suatu tempat gaib di mana berkumpul
Begu-
Begu orang yang sudah mati sebelumnya. Roh akan terpisah dari jasad.
Jika laki-laki yang mati, tondinya akan tetap berada disekitar jasadnya sampai 11 hari, jika perempuan 9 hari tondinya masih tetap berada disekitar jasad. Hal ini juga memperkuat ungkapan batak yang menyebutkan bahwa lebih kuat jiwa Laki-laki daripada Perempuan," ungkap ketua Program Studi Antropologi, Fisip Universitas Sumatera Utara, (USU).
Hal itu juga yang menjadi alasan bagi sebagian masyarakat Batak untuk menjaga kuburan orang yang baru dikuburkan.
Begu-
Begu ini juga hidup sebagaimana manusia layaknya, mereka juga memiliki strata.
Begu dari orang yang meninggal semasa hidupnya baik, keturunannya tetap menghormatinya. Begunya bisa berubah menjadi Sumangot dan selanjutnya jadi Sahala.
Referensi