Djantoeng Hati adalah film Hindia Belanda tahun 1941 yang disutradarai Fred Young. Film ini dibintangi A Sarosa, Rr Anggraini, dan Ariati, dan merupakan sebuah peringatan tragedi terhadap modernitas.
Alur
Dua pelajar – perempuan tradisional Karina (Rr Anggraini) dan perempuan metropolitan Roesdjana (Ariati) – bersaing memperebutkan suami Karina, Sobari (Chatir Harro). Pada akhirnya, Karina menang.
Produksi
Djantoeng Hati ditulis dan disutradarai Njoo Cheong Seng. Film ini diproduseri Fred Young dan SI Liem dari Majestic Film. Ini adalah film pertama buatan perusahaan tersebut. Film ini dibintangi A Sarosa, Rr Anggraini, Soerip, dan Ariati; Istri Njoo, Fifi Young, yang sebelumnya membintangi semua film Njoo, tidak bisa ambil peran di sini karena sakit. Kebanyakan pemerannya adalah keturunan ningrat dan berusaha menarik penonton kelas menengah, sedangkan ceritanya sendiri berfokus pada pelajar untuk menarik penonton yang berpendidikan.
Film hitam putih ini direkam oleh The Teng Chun, sahabat Fred Young saat menuntut ilmu di Amerika Serikat. The juga mengizinkan Majestic memakai studio-studionya di Batavia (sekarang Jakarta). Saudara The, Teng Liong, menjadi pengarah suaranya. Film ini menampilkan tujuh lagu keroncong karya Kusbini yang kemudian dinyanyikan pemeran utama. Lagu keroncongnya pun digunakan untuk mengisi film Air Mata Iboe.
Rilis dan tanggapan
Djantoeng Hati dirilis pada tahun 1941. Film kedua Majestic, Air Mata Iboe, dirilis tahun 1941. Film tadi adalah film terakhir mereka sebelum invasi Jepang tahun berikutnya.
Djantoeng Hati bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya. Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.
Referensi
Catatan bawah
Daftar pustaka