Kunjungan
Duta Utsmaniyah ke
Prancis terjadi pada 1534, dengan tujuan untuk mempersiapkan dan mengoordinasikan serangan
Prancis-
Utsmaniyah pada tahun berikutnya, 1535. Kunjungan ini dilakukan setelah kunjungan
Duta Utsmaniyah ke
Prancis pada 1533 dan penaklukan Tunis oleh Hayreddin Barbarossa pada 16 Agustus 1534, yang menandai penguatan posisi
Utsmaniyah di Mediterania Barat.
Kedatangan Duta besar
Delegasi
Utsmaniyah datang dari Konstantinopel lewat Tunis ke pelabuhan
Prancis di Marseille pada Oktober 1534. Delegasi ini meliputi juga dua orang
Duta besar
Prancis ke Kesultanan
Utsmaniyah yang berangkat dari Konstantinopel bersama mereka: Antonio Rincon dan Cantelmo.
Penulis kontemporer
Prancis dan saksi mata Valbelle berkomentar:
"Mereka berkeliling ke seluruh kota seolah-olah mereka berada di Konstantinopel. Baru sekali ini melihat orang-orang Turki seperti ini, sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya."
Delegasi tersebut tidak tersusun atas bajak laut, tetapi yanisari, mengenakan seragam dengan surban yang rapi. Mereka bepergian melalui jalur darat dengan Antonio Rincon, dan menemui François I di istananya di Châtellerault.
Pada waktu itu, François I sedang menghadapi Affaire des Placards, yaitu isu bahwa orang-orang Protestan menerbitkan pamflet yang mengkritik Misa dengan tujuan menghentikan upaya rekonsiliasi Katolik–Protestan. François I dikritik pedas karena telah membiarkan kaum Protestan, dan terpaksa harus mengejar mereka. Para
Duta Utsmaniyah mengiringi François I ke Paris, dan menyaksikan penghukuman mati orang-orang yang bertanggung jawab dalam peristiwa tersebut dengan cara dibakar, pada 21 Januari 1535 di depan Katedral Notre Dame de Paris.
Sebuah rencana bersama dibuat untuk tahun 1535, mengkombinasikan pemberontakan faksi pro-
Prancis di Italia; sebuah serangan
Utsmaniyah ke Apulia dan Calabria; serangan oleh Barbarossa dari Tunis ke Sisilia, Napoli dan Toskana; dan serangan oleh Inggris, Skotlandia dan Denmark ke Negara-negara Bawah, dengan bantuan pangeran Jerman yang beraliansi dengan
Prancis William dari Fürstenberg dan Christopher dari Württemberg.
Kepergian dan dampak
Para
Duta tersebut meninggalkan Paris pada 13 Februari 1535 bersama
Duta besar
Prancis yang baru, Jean de La Forêt, ditemani oleh Charles de Marillac dan seorang cendekiawan, Guillaume de Postel. Jean de La Forêt nantinya berhasil menegosiasikan dibuatnya suatu surat kepatuhan Kesultanan
Utsmaniyah yang memberikan keuntungan dan superioritas bagi
Prancis dalam hubungannya dengan Kesultanan
Utsmaniyah. De la Forêt juga mendapat instruksi rahasia yang menjelaskan bagaimana dia mengoordinasikan upaya militer antara
Prancis dan Kesultanan
Utsmaniyah.
"Jean de La Forêt, yang dikirim oleh Raja untuk bertemu dengan Tuan Agung [Suleiman yang Agung], pertama-tama harus pergi dari Marseille ke Tunis, di Berber, untuk bertemu dengan Haradin, raja Aljir, yang akan membawanya ke Tuan Agung. Untuk mencapai tujuan ini, musim panas berikutnya, Dia [Raja
Prancis] akan mengirim tentara yang telah dipersiapkannya untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Adipati Savoy secara tidak adil, dan dari situ, akan menyerang Genova. Raja François I memohon agar Haradin, yang memiliki angkatan laut yang kuat dan juga lokasi yang sesuai [Tunisia], untuk menyerang Pulau Korsika dan daratan, lokasi, kota, kapal, dan barang kekuasaan Genova lainnya, dan tidak berhenti sampai mereka menerima dan mengakui Raja
Prancis. Sang Raja, selain kekuatan darat yang telah disebutkan, akan membantu juga dengan kekuatan laut, yang terdiri paling tidak 50 kapal, di antaranya 30 galai, dan yang sisanya caracca dan kapal-kapal lainnya, yang ditemani oleh salah satu caracca terbesar dan tercantik yang pernah ada di laut. Armada ini akan menyertai dan mengawal angkatan bersenjata Haradin, yang juga akan dipasok oleh makanan dan amunisi dari Raja, yang, melalui tindakan tersebut, akan mencapai tujuannya, yang akan membuatnya sangat berterima kasih
kepada Haradin.[...]
kepada Tuan Agung, Monsieur de La Forêt harus meminta sejuta emas, dan agar angkatan bersenjatanya pertama-tama memasuki Sisilia dan Sardinia dan menetapkan raja yang akan diusulkan La Forêt, yaitu orang yang dapat dipercaya dan mengenal pulau-pulau tersebut yang akan ia pertahankan untuk mengabdi
kepada, dan di bawah naungan dan dukungan Raja [
Prancis]. Selain itu, ia akan menghargai berkat ini, dan akan membayar upeti dan pensiun
kepada Tuan Agung untuk menghargainya atas dukungan finansial yang ia sediakan
kepada Raja, dan juga dukungan armadanya yang akan dibantu sepenuhnya oleh Raja [
Prancis]."
Para
Duta tiba di Marseille pada 3 April 1535 dan berangkat lagi pada 11 April 1535 di kapal galai
Utsmaniyah yang sudah menunggu di sana. De la Forest berangkat bersama-sama mereka menggunakan galai
Prancis, La Dauphine. Pertama-tama mereka tiba di Tunis, dan di sana Barbarossa mempersenjatakan galai istimewa untuk mengangkut De la Forest ke Konstantinopel.
Karl V berhasil merusak rencana François I dengan meluncurkan serangan besar terhadap
Utsmaniyah dengan menaklukkan Tunis pada Juni 1535, segera setelah keberangkatan para
Duta besar. Secara bersamaan, Paus Paulus III mengeluarkan sebuah larangan bagi kaum Kristen untuk bertempur antarsesama selama Karl V berperang dengan
Utsmaniyah, dan dengan demikian menghalangi François I untuk melakukan serangannya. Pada saat yang sama, Suleiman sendiri sedang menghadapi masalah dalam Perang
Utsmaniyah-Safawiyah (1532–1555) yang mencegahnya berpartisipasi dalam peperangan di Eropa sepanjang 1535.
Lihat juga
Persekutuan
Prancis-
Utsmaniyah
Duta Utsmaniyah kepada Prancis (1533)
Referensi
Bibliografi
Garnier, Edith, L'Alliance Impie Editions du Felin, 2008, Paris ISBN 978-2-86645-678-8 Wawancara Diarsipkan 2009-08-18 di Wayback Machine.