Gereja Kristen Protestan Simalungun (disingkat GKPS) adalah sebuah
Gereja Kristen dari daerah
Simalungun yang dirintis oleh misionaris Rheinische Missionsgesellschaft (RMG). Sejak awal tahun 1900-an, RMG mendirikan pos-pos misionaris di
Simalungun sebagai bagian dari Huria
Kristen Batak
Protestan (HKBP) dengan menggunakan bahasa Batak Toba sebagai bahasa pengantar. Belakangan, muncul gerakan masyarakat Batak
Simalungun yang telah menjadi
Kristen untuk mempercepat laju penyebaran Injil di wilayah
Simalungun dengan menggunakan bahasa Batak
Simalungun sebagai bahasa pengantar. Gerakan ini berlanjut hingga semua jemaat HKBP di
Simalungun memandirikan dirinya sebagai satu distrik khusus HKBP
Simalungun dengan administrasi dan pemimpin sendiri yang terpisah dari HKBP. Puncaknya, sinode HKBP
Simalungun memisahkan diri secara total menjadi GKPS. Salah satu tokoh penting yang memimpin gerakan kemandirian ini adalah Pendeta Jaulung Wismar Saragih Sumbayak.
Pengabaran Injil di daerah
Simalungun berlangsung sedikit terlambat dibandingkan daerah-daerah tetangganya, seperti Tanah Karo (pada 1899) dan Tapanuli (pada 1861). RMG baru menjadikan
Simalungun sebagai daerah penginjilan, setelah Tanah Angkola, Tanah Mandailing, dan Tapanuli Utara.
Awalnya, RMG mengenal
Simalungun dari laporan ekspedisi pejabat-pejabat kolonial Belanda. Laporan-laporan tersebut rata-rata mengkhawatirkan resistensi suku Batak
Simalungun dan derasnya pengaruh Islam ke daerah
Simalungun Bawah (yakni di Asahan Hulu dan Tanah Jawa) yang sebenarnya dipicu oleh proses aneksasi Belanda terhadap wilayah dalam kerajaan-kerajaan
Simalungun sehingga menciptakan sentimen negatif dari orang
Simalungun terhadap orang Eropa.
Kontak pertama RMG dengan
Simalungun dilakukan melalui Henri Guillaume yang ditempatkan oleh RMG di Kuta Bukum, Karo (pada 1899). Selama masa tugasnya, ia sering berinteraksi dengan rakyat hingga penguasa tradisional
Simalungun, terutama dalam perjalanannya ke Tapanuli untuk menghadiri rapat-rapat tahunan missionaris. Atas pengalamannya itu, Guillaume mengusulkan kepada L.I. Nommensen agar
Simalungun di-Injil-i.
Usaha penginjilan konkret pertama pada orang
Simalungun justru dilakukan oleh Pardonganan Mission Batak (PMB), lembaga pengabaran Injil Batak Toba yang terdiri dari penginjil-penginjil Batak Toba. Pada 12 Februari 1900, Pendeta Samuel Panggabean dan Friederich Hutagalung diutus ke daerah-daerah sekitar Danau Toba yang belum di-Injil-i. Mereka tiba di Sipolha pada 14 Februari, namun dilarang untuk masuk oleh Tuan Sipolha Damanik. Keesokannya, mereka tiba di Siboro (wilayah Partuanan Purba) dan sempat berkhotbah di pasar yang ada di daerah itu. Pada hari Jumat, 16 Februari 1900, mereka berkeliling di sekitar Tiga Langgiung untuk mengabarkan Injil pada masyarakat yang sedang berbelanja di pekan (pasar mingguan). Selanjutnya, mereka pergi ke Pematang Purba untuk menemui Tuan Rahalim Purba Pakpak (Raja Purba), namun baru berhasil menemuinya keesokan harinya, 17 Februari, setelah menanti semalaman. Di sini, mereka menyampaikan maksud mereka untuk mengabarkan Injil dan membacakan nats Alkitab bagi Raja Purba. Walaupun belum mendapat tanggapan positif darinya, namun para penginjil tersebut menemui sikap bersahabat dari Raja Purba. Usaha selama 4 hari ini kurang berhasil terutama karena penggunaan bahasa Batak Toba sebagai pengantar yang kurang dipahami oleh masyarakat
Simalungun.
Setelah menerima permintaan dari Guillaume, RMG mengutus G.K. Simon bersama beberapa penginjil Batak Toba dari PMB untuk melakukan peninjauan ke
Simalungun. Karena melihat pengaruh Islam yang sudah masuk hingga Siantar, G.K. Simon meminta agar RMG secepat mungkin meng-Injil-i
Simalungun.
Laporan G.K. Simon dan Guillaume ditambah laporan dari pejabat-pejabat Belanda dibahas pada rapat missionar RMG di Laguboti, Tapanuli pada 21—25 Januari 1903 yang dihadiri 42 penginjil RMG, dengan keputusan:
Pemberitaan Injil di
Simalungun harus segera dilaksanakan.
Segera dikirim surat ke Direktur RMG Schreiber di Barmen untuk meminta persetujuan dan rekomendasi RMG dalam memperluas lapangan penginjilan ke
Simalungun.
Segera dilakukan langkah-langkah penginjilan ke
Simalungun.
Sebelum rapat ini, Nommensen juga telah mengirim permohonan tenaga penginjil baru ke pimpinan RMG di Jerman sehubungan rencananya memperluas daerah penginjilan ke Samosir, Dairi, dan
Simalungun. Namun secara strategi,
Simalungun dijadikan prioritas utama dari ketiga daerah tersebut karena sudah derasnya pengaruh Islam di daerah ini hingga ke Siantar.
Pada 16 Maret 1903, Dr. Schreiber dari RMG secara resmi mengirim telegram singkat yang merekomendasikan pengabaran Injil ke Timorlanden (sebutan bagi daerah
Simalungun). Setelah menerima telegram yang berisi "Tole den Timorlanden das Evangelium" (perintah menyebarkan Injil di Tanah Timur), maka pada 2 September 1903, sekelompok penginjil dari RMG yang dipimpin oleh Pendeta August Theis tiba di Pematang Raya untuk menyebarkan Injil.
Hingga saat ini, tanggal 2 September diperingati setiap tahunnya oleh umat GKPS sebagai Hari Olob Olob (bahasa
Simalungun: "suka cita") untuk mensyukuri masuknya "ambilan na madear" (bahasa
Simalungun: "kabar baik") di
Simalungun.
Pada 1 Januari 1904, dimulailah penginjilan
Simalungun yang bertempat tinggal di Pematang Raya dan Pdt. Guilllaume berada di Purba Saribu (1905) untuk melayani pemberitaan injil di
Simalungun Raya di bagian Barat. Sebagai hasil pertama dari pemberitaan Injil di
Simalungun baru pada tanggal 19 September 1909 diadakan baptisan pertama (pandidion na parlobei) di Pematang Raya oleh August Theis, kemudian di Parapat juga ada 38 orang yang menerima baptisan.
Sampai tahun 1910, sudah berdiri 17
Gereja di daerah
Simalungun yang menjadi cikal bakal GKPS saat ini, yaitu di:
Tigaras, 15 Agustus 1903
Tinjoan, 15 Agustus 1903
Pematang Raya, 2 September 1903
Raya Usang, 8 September 1903
Dolok Saribu, 14 September 1903
Bulu Raya, 16 Juni 1904
Purba Saribu, 10 Juni 1905
Haranggaol, 3 Maret 1906
Raya Tongah, 7 Juni 1906
Purba Dolok, 15 Agustus 1906
Pamatang Purba, 15 Agustus 1906
Purba Tongah,13 Februari 1906
Hinalang, 8 September 1908
Kariahan, 1908
Saribudolok, 6 September 1909
Tambun Raya, 20 Oktober 1909
Penyebaran Injil oleh para Misionaris RMG dilakukan menggunakan bahasa pengantar bahasa Batak Toba dengan anggapan bahwa
Simalungun merupakan bagian dari sub etnis Batak Toba. Hal ini menyebabkan perkembangan penyebaran injil di
Simalungun kurang pesat. Resistansi Masyarakat
Simalungun terhadap kaum barat dan kekurang-mengertian mereka terhadap bahasa Batak Toba mengurangi efektivitas kegiatan RMG. Seorang misionaris RMG, Bregenstroth, pada akhirnya menyadari bahwa orang
Simalungun bukanlah bagian dari Batak Toba.
Pekabaran Injil oleh Orang Simalungun
= Jubileum 25 Tahun Injil di Simalungun: Comite Na Ra Marpodah Simalungun
=
Pada 1 September 1928, di Pematang Raya diadakan pesta peringatan 25 tahun pemberitaan injil di
Simalungun. Momen ini dijadikan tonggak untuk meningkatkan pengabaran Injil di
Simalungun. Sebagai salah satu caranya adalah dengan melakukan pengabaran Injil menggunakan pengantar bahasa
Simalungun, bukan bahasa Batak Toba yang digunakan oleh para misionaris RMG. Beberapa guru dan sintua bersepakat untuk membentuk sebuah komite bernama Comite Na Ra Marpodah
Simalungun yang bekerja untuk membuat agenda
Gereja, buku nyanyian Haleluya, dan Alkitab dalam bahasa
Simalungun (yang diterbitkan pertamakali pada 16 Januari 1977) dilengkapi dengan sebuah buku renungan harian "Manna."
Rintisan pendirian lembaga ini diadakan pada tanggal 13 Oktober 1928 dalam suatu pertemuan di rumah Djaoedin Saragih di Pematang Raya yang dihadiri oleh 14 tokoh-tokoh
Kristen Simalungun. Dalam pertemuan inilah disepakati pendirian badan yang memiliki tujuan untuk melestarikan dan memberdayakan bahasa
Simalungun dengan nama di atas. 12 dari 14 tokoh yang menghadiri pertemuan tersebut adalah:
Djaulung Wismar Saragih Sumbayak, kandidat Pendeta dari Sipoholon, Redaktur.
Jason Saragih, Guru Zending dari Raya Tongah, Voorziter Ihoetan.
Jacoboes Sinaga, Krani Tiga Raya dari Pematang Raya, Secretaris/Peeningmeester.
Djaoedin Saragih, Pangoeloebalei Raja dari Pematang Raya, Commissaris.
Djotti Saragih, Parbapaan dari Raya Usang, Commissaris.
Bendjamin Damanik, Sintoea dari Pematang Raya, Commissaris.
Augustin Sinaga, Guru Zending dari Dalig Raya, Commissaris.
Djainoes Saragih, Guru Zending dari Raya Usang, Commissaris.
Kenan Saragih, Guru Zending dari Jandi Mauli, Commissaris.
Lamsana Saragih, Guru Zending dari Huta Baru, Commissaris.
Kilderik Saragih, Guru Zending dari Pematang Raya, Commissaris.
Djonas Purba Girsang, Guru Zending dari Sondi Raya, Commissaris.
Secara resmi 3 tujuan dari lembaga ini yaitu:didasari pada Alkitab, I Pet 2:17
Mengasihi sesama manusia (mangkaholongi hasoman jolma).
Takut pada Tuhan (pengkabiari Naibata).
Menghormati Raja/Pemerintah (pasangapkon Raja).
Wismar Saragih menerangkan bahwa penggunaan kata "Comite" memiliki makna bahwa organisasi ini bersifat nirlaba. "Na Ra Marpodah" bermakna bahwa tiap pengurus/anggota memiliki rasa tanggungjawab dan kewajiban untuk mendukung kelangsungan comite dengan kontribusi dana, pengetahuan dan lain-lain secara sukarela demi kemajuan orang
Simalungun baik dalam kekristenan maupun pendidikan.
Anggaran Dasar lembaga ini disahkan oleh asisten Resident G.W. Meindersma pada tanggal 5 Februari 1929. Tanggal 2 September 1928 ditetapkan sebagai hari kelahiran comite.
Dukungan terhadap Comite ini antara lain terwujud dalam bentuk bantuan dana dari pemerintah swapraja
Simalungun melalui landschapskas Simaloengoen sebesar 300 gulden, dari rakyat, pengusaha dan pegawai pemerintah melalui taken-list, dari Raja-raja
Simalungun sebesar 400 gulden, dan dari penyelidik bahasa
Simalungun (taalambtenaar, ditugaskan oleh pemerintah Belanda atas permintaan raja-raja
Simalungun), P. Voorhoeve, sebesar 5 gulden tiap tahunnya.
Akhirnya pada tanggal 15 Desember 1929 ditahbiskanlah seorang Pendeta yang pertama dari suku
Simalungun yaitu Pdt. Djaulung Wismar Saragih, yang tetap memperkuat perjuangan Comite ini.
Perjuangan Comite untuk menggunakan bahasa
Simalungun sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah zending di seluruh daerah yang didiami suku
Simalungun mengalami banyak tantangan, terutama karena derasnya arus imigrasi masyarakay Batak Toba ke
Simalungun sehingga domisili suku
Simalungun semakin terbatas. Johannes Warneck menjelaskan pada suratnya ke Raja-raja
Simalungun bahwa tuntutan tersebut juga sulit dipenuhi karena terbatasnya jumlah pengajar yang mengerti bahasa
Simalungun dan rendahnya minat orang
Simalungun untuk masuk ke sekolah guru yang telah dibuka sejak 1931 di Kota Pematangsiantar. Tetapi gencarnya tuntutan Comite Na Ra Marpodah
Simalungun ini, disertai dengan usaha mereka dalam menerjemahkan dan menerbitkan buku-buku pelajaran berbahasa
Simalungun memaksa RMG untuk menyesuaikan pelayananannya dengan menggunakan bahasa
Simalungun.
= Kongsi Laita
=
Kesuksesan Comite Na Ra Marpodah
Simalungun dalam meningkatkan penyebaran Injil bagi orang
Simalungun dengan digunakannya penggunaan bahasa
Simalungun sebagai bahasa pengantar, turut menumbuhkan semangat seluruh orang
Kristen Simalungun di berbagai daerah untuk turut menyebarkan Injil, dan untuk itu diperlukan komunitas yang terorganisir.
Seusai kebaktian minggu pada tanggal 15 November 1931, beberapa orang
Kristen-
Simalungun dari Sondi Raya sepakat untuk mengadakan rapat di rumah Gomar Saragih untuk membentuk suatu organisasi pekabaran Injil. Malam itu juga didirikanlah Kongsi Laita dengan susunan kepengurusan:
Ketua: Guru Williamar Sumbayak
Sekretaris/Bendahara: St. Parmenas Purba Tambak
Komisaris:
St. Jonas Purba
Melanthon Saragih
Mailam Purba
Selanjutnya pekan kelahiran Kongsi Laita ini diperingati sebagai "Minggu Bapa," di mana seluruh pelayanan di
Gereja pada hari Minggu itu ditangani oleh anggota Seksi Bapa.
Nama Kongsi Laita juga diabadikan sebagai nama salah satu GKPS di Sondi Raya.
= Parguru Saksi Kristus
=
Pada tahun 1938 diadakan Fonds Saksi Kristus atau yang sering dikenal orang
Simalungun sebagai Parguru Saksi Kristus. Gerakan ini bertujuan untuk memperkenalkan Injil dari rumah ke rumah, dan umumnya dijalankan oleh anggota jemaat dari kalangan pemuda.
Parguru Saksi Kristus sangat efektif dalam menghadapi larangan berkumpul yang diterbitkan pemerintahan penjajahan Jepang selama menduduki Indonesia.
Kemandirian GKPS
=
Pada tahun 1929 dibentuk badan pengurus sinode HKBP yang anggotanya berasal dari wakil tiap distrik HKBP yang mewakili etnis penghuni distrik tersebut. Namun karena hingga tahun 1933
Simalungun tidak memiliki wakil dalam badan ini, Sinode Distrik
Simalungun-Pesisir Timur mengajukan tuntutan agar suku
Simalungun memiliki wakil dalam badan pengurus sinode HKBP agar dapat lebih mengetahui dan mewakili daerah asalnya. Selanjutnya Djaoedin Saragih (Pangulubalei -pejabat kerajaan, kakak dari Dj. Wismar Saragih) juga mengirimkan surat pada Ephorus HKBP, Landgrebe, yang menekankan perlunya terpelihara identitas etnis dan budaya
Simalungun dalam lingkungan
Gereja. Tuntutan ini tidak dipenuhi dengan dipilihnya J. Hutapea dari HKBP Pematang Siantar sebagai wakil Distrik
Simalungun-Pesisir Timur.
Seiring semakin tingginya populasi
Kristen-
Simalungun di Pematang Siantar, Djaoedin Saragih juga menuntut agar diadakan kebaktian khusus berbahasa
Simalungun, yang dikabulkan RMG dengan diadakannya kebaktian tersendiri di gedung sekolah Jl. Toba No. 35, dilayani oleh Gr. Djahia Simandjuntak atau Pasman Panggabean yang memahami bahasa
Simalungun. Ibadah ini berlangsung hingga terhenti pada tahun 1941 karena kedatangan tentara penjajahan Jepang.
=
Seiring dengan meluasnya daerah tujuan imigrasi suku Batak Toba hingga ke Dairi dan Aceh, tata
Gereja HKBP tahun 1940 mengubah nama distrik
Simalungun-Pesisir Timur (
Simalungun-Oostkust) menjadi "Sumatra Timur, Aceh dan Dairi." Perubahan nama ini sebenarnya sudah diprotes oleh J. Wismar Saragih dalam suratnya tanggal 27 Oktober 1937 ke penginjil H. Volmer di Saribudolog, tetapi Tata
Gereja tersebut tetap disahkan.
Keberatan yang secara berkelanjutan diajukan oleh komunitas
Kristen-
Simalungun akhirnya membuahkan hasil ketika Sinode am HKBP yang diadakan pada tanggal 10-11 Juli 1940 di Pearaja membicarakan keberatan mereka dan memutuskan agar Kerkbestuur HKBP membicarakan hal tersebut dengan jemaat
Simalungun. Pembicaraan tersebut kemudian diadakan di Raya, Saribudolog dan Nagoridolog pada tanggal 26 September 1940 dan memutuskan agar komunitas
Simalungun diberi satu distrik tersendiri bernama Distrik
Simalungun dengan wakil orang
Simalungun di sinode HKBP.
Pada tanggal 22 Oktober 1940, Pdt. J.V. Mulywijk dari Kabanjahe dipilih menjadi Praeses pertama, yang kemudian digantikan oleh Pdt. Kerpianus Purba (Pendeta HKBP Nagoridolog) sampai tahun 1952.
=
Pada tanggal 5 Oktober 1952 anggota Sinode Distrik
Simalungun bersidang agar
Simalungun berdiri sendiri dan terpisah dari HKBP, serta mengangkat pengurus harian dan majelis
Gereja di HKBPS. Pemisahan ini dilakukan secara sepihak oleh HKBP distrik
Simalungun, dan baru diakui oleh wakil-wakil HKBP pada rapat bersama antara delegasi HKBP dan Pengurus Harian HKBP
Simalungun tentang pandjaeon (pemisahan) HKBP
Simalungun di Pematang Siantar, 21-22 Januari 1953 yang keputusannya ditandatangani pada tanggal 22 Januari 1953.
Pihak-pihak yang hadir pada rapat itu adalah:
Pdt. J. Wismar Saragih (HKBP
Simalungun).
Pdt. A. Wilmar Saragih (HKBP
Simalungun).
Pdt. Kerpianus Purba (HKBP
Simalungun).
Ds. K. Sitompul (HKBP).
Pdt. K. Sirait (HKBP).
Pdt. J. Togatorop (HKBP).
Pdt. M. L. Siagian (HKBP).
Pdt. C. Simanjuntak (HKBP).
Untuk memudahkan urusan
Gereja ini pada 30 November 1952 HKBPS dibagi menjadi tiga Distrik dan Kantor pusat GKPS dipindahkan dari Pematang Raya sewaktu menjadi distrik Pematang Siantar setelah menjadi HKBPS. Kantor pusat bermula menumpang di salah satu rumah milik St Oesmar Sumbayak di Jl. Patuan Nagari Martoba, Pematang Siantar. Setelah mendapat sebidang tanah di Jl Mangga/Jl. Sudirman maka Kantor pusat HKBPS berdiri sendiri (20 September 1955).
=
Pada tanggal 1 September 1963 HKBP
Simalungun resmi berganti nama dengan GKPS. Surat resminya ditandatangani Pdt. G.H.M. Siahaan (wakil HKBP) dan Pdt. Jenus Purba Siboro (mewakili HKBPS) di HKBPS Jalan Sudirman Pematang-siantar.
Setahun setelah itu didirikan pusat pendidikan GKPS di Pematang Raya dan pembangunan Asrama Putra dan Putri dan tahun 1964 itu juga GKPS menjadi anggota Persekutuan
Gereja-
Gereja di Indonesia (PGI).
Kerjasama Internasional
Pada tanggal 15 Januari 1964 GKPS mendirikan pusat pelatihan pertanian di Pematang Siantar (PELPEM GKPS) dan satu tahun kemudian GKPS menjadi anggota wilayah PGI-Wilayah SUMUT serta menjalin kerja sama dengan
Gereja-
Gereja Lutheran lain, seperti Evangelical Lutheran Church in America (ELCA, sejak 1969) dan Lutheran Church of Australia (LCA, sejak September 1973). GKPS juga menjadi anggota beberapa organisasi
Gereja di tingkat dunia dan regional, seperti Dewan
Gereja-
Gereja se-Dunia (WCC, sejak Agustus 1973), Dewan
Gereja-
Gereja Asia (CCA, 31 Mei 1977) dan Federasi Lutheran se-Dunia (LWF, sejak 1968). Karena semakin berkembangnya jemaat GKPS didirikanlah Kantor pusat/kursus Zentrum GKPS dan mulai menjalin kerja sama dengan
Gereja Mulheim Jerman.
Mitra-mitra GKPS di luar negeri yaitu:
UEM (United Evangelical Mission, sejak Juni 1996)
Evangelische Kirche in Hessen un Nassau(EKHN)
Dekanat Bad Marienberg, Saxony
Evangelische Kirche in Rheinland (EKiR)
EZE (Evangelische Zentralstelle für Entwicklunghilfe)
Kirchenkreis Solingen
Evangelische Kirche in Westfalen (EKiW)
Kirchenkreis Hagen
Evangelische Entwicklungs Dients (EED)
Lutheran World Federation
World Council of Churches
Ecumenical Advocacy Alliance
Lutheran Church of Australia
Evangelical Lutheran Church in America
Evangelische Zentralstelle fur Entwicklunghilfe
Brot für die Welt
Christian Conference of Asia
Kirche Hachenburg, Rhineland-Palatinate
Gereja Müllheim (25 November 1980).
Kantor pusat
Berhubungan dengan lokasi Kantor Pusat GKPS yang ada di Jl. Sudirman, Pematang Siantar, sangat sempit dan suasana Kantor tersebut yang berketepatan dekat dengan jalan raya sehingga para pegawai sulit dalam berkonsentrasi pada pekerjaannya, maka mulai tanggal 4 September 1988 dimulai pengembangan Kantor Pusat GKPS Pematang Siantar.
Kantor pusat GKPS berpindah ke secara resmi ke Jl. Pdt. J. Wismar Saragih pada tanggal 2 Maret 1992.
Pimpinan dan Organisasi Pusat GKPS
= Pimpinan Pusat
=
Sesuai Peraturan Rumah Tangga GKPS, pimpinan pusat terdiri atas Ephorus dan Sekretaris Jendral. Pimpinan GKPS berada di tangan seorang Ephorus yang didampingi oleh seorang Sekretaris Jenderal.
Pada masa peralihan dari HKBP distrik
Simalungun menjadi HKBP
Simalungun (HKBPS), HKBPS tidak memiliki seorang Ephorus. Jabatan tertinggi saat itu adalah seorang Wakil Ephorus, yang didampingi oleh seorang Sekretaris Jendral.
Selama periode 2015-2020, GKPS dipimpin oleh Ephorus Pdt. Rumanja Purba, M.Th. dan Sekjennya Pdt. Dr. Paul Ulrich Munthe.
Daftar Ephorus GKPS
Daftar Wakil Ephorus GKPS
Pdt. Djaulung Wismar SaragihMenjabat saat HKBPS dibentuk
Daftar Sekretaris Jenderal GKPS
= Organisasi
=
Di dalam pekerjaan sehari-hari, pimpinan Sinode GKPS dibantu oleh Departemen-departemen, yaitu:
Departemen Persekutuan
Departemen Kesaksian
Departemen Pelayanan
Selain itu ada pula Biro yang menangani urusan administrasi
Gereja, yaitu:
Biro Keuangan
Biro Usaha
Terdapat dua buah badan yang setingkat dengan Biro, yaitu:
Badan Penelitian dan Pengembangan
Satuan Pengawasan Internal
Distrik
Di bawah pimpinan Sinode terdapat para Praeses yang mengepalai tiap Distrik atau wilayah pelayanan GKPS.
Dalam sejarahnya saat HKBP Distrik
Simalungun berubah menjadi HKBP
Simalungun (cikal bakal GKPS), pelayanan
Gereja ini dibagi ke dalam 3 distrik, yaitu:
Huluan, berpusat di Saribudolog.
Tonga-tonga, berpusat di Pamatang Raya.
Kahean, berpusat di Tebing tinggi (kemudian dipindahkan ke Medan).
Selanjutnya GKPS membagi wilayah pelayanannya ke dalam 4 distrik (I sampai IV), namun sejalan dengan perkembangan pelayanan, sejak 10 Juni 2000 jumlahnya dikembangkan menjadi 7 distrik.
Setiap Distrik terdiri atas beberapa Resort, dan tiap Resort terdiri atas beberapa
Gereja.
Jumlah Resort keseluruhannya ada 106 buah, dengan 614 jemaat (
Gereja). Total keseluruhan anggota GKPS adalah sekitar 210.599 orang.(2007)
= Distrik I
=
Berkedudukan di Pematang Siantar, terdiri atas 17 resort, yang menaungi 80 jemaat.2018
Daftar Praeses Distrik I
Pdt. Roeslend Munthe, STh (2005-2010).
Pdt. Abdi Jekri P. Damanik, M.Si. (16 Juli 2010-2015).
Pdt. Parlin M.P. Damanik, S.Th., MA, MM (2015 - 2021)
Pdt. Josia Siboro, S.Th., MM (2021 - ...)
= Distrik II
=
Berkedudukan di Pematang Raya, terdiri atas 19 resort, yang menaungi 89 jemaat.2018
Daftar Praeses Distrik II
Pdt. Abdi Jekri Damanik, M.Si. (2005-2010).
Pdt. Marlan Damanik, S.Th. (16 Juli 2010-2015).
Pdt. Vivia Perpetua Purba (2016-2021)
Pdt. Erni Julianti Purba (2021-...)
= Distrik III
=
Berkedudukan di Saribudolok, terdiri atas 26 resort, yang menaungi 121 jemaat.2018
Daftar Praeses Distrik III
Pdt. Jameldin Sipayung, S.Th. (2005-2010).
Pdt. Jusni Herlina Saragih, M.Th. (16 Juli 2010-2015).
Pdt. Jonesman Saragih, S.Th. (2015-2021)
Pdt. Jansudiaman Sinaga, S.Th. (2021-...)
= Distrik IV
=
Berkedudukan di Medan, terdiri atas 8 resort, yang menaungi 37 jemaat.2018
Daftar Praeses Distrik IV
Pdt. Jatalim Sitopu, STh (2005- 11 Juli 2009)..
Pdt. Pendi Jasman Sinaga, STh (11 Juli 2010 - 2010).
Pdt. Hot Imanson Sinaga, S.Th. (16 Juli 2010-2015).
Pdt. Hot Imanson Sinaga, S.Th. (2015)
Pdt. Jadiman Purba Tamsar, S.Th. (2016-2021)
Pdt. Jan Risman Toni Saragih, S.Th. (2021)
Pdt. Jan Sarman Purba, S.Th. (2021-...)
= Distrik V
=
Berkedudukan di Tebing Tinggi, terdiri atas 20 resort, yang menaungi 98 jemaat.2018
Daftar Praeses Distrik V
Pdt. El Imanson Sumbayak, M.Th. (2005-2010).
Pdt. Almer Trivendi Purba, S.Th., M.Si. (16 Juli 2010-2015).
Pdt. Liharman Saragih, S.Th. (2015-2021)
Pdt. Renny H. Damanik, S.Th., M.Si. (2021-...)
= Distrik VI
=
Berkedudukan di Pekanbaru, terdiri atas 14 resort, yang menaungi 47 jemaat.2018
Daftar Praeses Distrik VI
Pdt. Hot Imanson Sinaga, S.Th. (2005-2010).
Pdt. Jameldin Sipayung, S.Th, MA (16 Juli 2010-2015).
Pdt. Abdi Jekri Damanik, M.Si. (2015-2021)
Pdt. Karmen D.B. Sipayung (2021-...)
= Distrik VII
=
Berkedudukan di Jakarta, terdiri atas 14 resort, yang menaungi 47 jemaat termasuk daerah di pulau kalimantan seperti GKPS Pontianak, Sampit, Pangkalan Bun, Palangka Raya, Banjarmasin, Banjarbaru, Samarinda,.2018
Daftar Praeses Distrik VII
Pdt. Jacelsius Purba, STh (2005 - 27 Juni 2009).
Pdt. Enida Girsang (27 Juni 2009 - 2010).
Pdt. Arihta Girsang (16 Juli 2010 - 15 Juni 2012).
Pdt. Jhon Harapan Purba, S.Th, M.Min. (16 Juni 2012 - ... ).
Pdt. Jameldin Sipayung, S.Th., MA. (2015-2021)
Pdt. Jhon Ricky R. Purba, S.Th., M.Si. (2021-2023)
Pdt. Sariaman Purba. S.Th (PLT)
= Distrik VIII
=
Diresmikan pada Minggu, 23 Maret 2014, merupakan pemekaran Rayon Serdang (9 resort) dari Distrik IV. Berkedudukan di Galang, terdiri atas 9 resort, yang menaungi 55 jemaat.2018
Daftar Praeses Distrik VIII
Pdt. Istipanus Sipayung (2014 -2015)
Pdt. Syahril Sitopu, S.Th., MA. (2015-2021)
Pdt. J. Risman Toni Saragih (2021-...)
= Distrik IX
=
Diresmikan Pdt. M. Rumanja Purba pada Minggu, 29 Nopember 2015. Berkedudukan di Simarjarunjung / Sarimatondang, terdiri atas 10 Resort, yaitu GKPS Resort Sarimantondang, Sidamanik, Horisan Tambunraya, Dolok Pardamean, Sibuntuon, Bangun Tani, Dolok Saribu, Manik Saribu, Agusthais Tigaras, Syalom Sinaman Labah.
Daftar Praeses Distrik IX
Pdt. Josia Siboro, S.Th., MM. (2015-2021)
Pdt. Etty D. Saragih (2021-...)
= Distrik X
=
Diresmikan Pdt. M. Rumanja Purba pada Minggu, 18 Nopember 2018, merupakan pemekaran dari GKPS Distrik V (Tebing Tinggi). Berkedudukan di Sinasih, terdiri atas 10 Resort, yaitu: Resort Sinasih, Nagori dolok, Simanabun, Betania Silou Kahean, Raya Kahean 1, Raya Kahean 2, Raya Kahean 3, Raya Kahean 4, Raya Kahean 5, Bah Tonang.
Pdt. Jhon Rilman Sinaga, S.Th., MA (2021-...)
= Distrik XI
=
Diresmikan Pdt. M. Rumanja Purba pada Minggu, 24 Februari 2019. Merupakan pemekaran dari GKPS Distrik III (Saribudolok), yang terdiri atas 7 resort (Resort Sipituhuta I, Sipituhuta II, Tongging, Kabanjahe, Sidikalang, Sumbul dan Tanjung Beringin), menaungi 38 jemaat dengan anggota warga jemaat sekitar 2.800 jiwa.
Pdt. Jan Kris H. Sinaga (2021-...)
Pelayanan GKPS
Dalam menjalankan pelayanannya, GKPS mendirikan beberapa lembaga yang melayani masyarakat dalam berbagai bidang. Lembaga-lembaga tersebut yaitu:
= Yayasan GKPS
=
Yayasan Kesehatan GKPS (sebelumnya Badan Kesehatan GKPS)
Terdapat 2 rumah sakit yang dikelola oleh GKPS, yaitu:
R.S. GKPS Bethesda
Berlokasi di Jalan Sutomo, Saribudolok, yang didirikan pada tanggal 15 September 1953
R.S. GKPS Pematang Raya
Berlokasi di Jalan Pendeta J. Wismar Saragih, Pematang Raya
Yayasan Diakonia GKPS
Yayasan Kesejahteraan Pendeta Penginjil Pegawai Pensiun GKPS (YKP4 GKPS)
Yayasan Pendidikan GKPS (sebelumnya Badan Pendidikan GKPS)
GKPS pertama mendirikan pusat pendidikannya di Sondi Raya pada tanggal 6 September 1964. Kini Yayasan Pendidikan GKPS mengelola beberapa asrama dan sekolah GKPS, yang terdiri atas:
3 Taman Kanak-kanak
19 Sekolah Dasar
8 Sekolah Menengah Pertama
4 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA dan SMK)
2 Asrama GKPS.
= Badan Usaha GKPS
=
GKPS memiliki beberapa badan usaha yang dikelola oleh Pengurus Badan Usaha GKPS. Dalam pengelolaannya, pengurus diawasi oleh Pengawas Badan Usaha GKPS. Sebelumnya GKPS memiliki Pelayanan Pembangunan GKPS yang didirikan pertama kali pada 15 Januari 1965 dengan nama Pusat Latihan Pertanian GKPS. Pelpem selanjutnya mengelola berbagai perkebunan dan lahan pertanian dan memberikan bantuan mengenai cara bertani/berkebun bagi masyarakat.
Badan usaha yang dikelola GKPS yaitu:
Wisma Tuluy Medan
Wisma Tuluy Pematangsiantar
Balei Bolon GKPS
Juma Bolag GKPS - Pematangsiantar
Juma Bolag GKPS - Bagan Batu
= Unit-unit GKPS
=
Panti Asuhan Bumi Keselamatan Margarita
Adalah sebuah panti asuhan bagi anak-anak Yatim/Piatu dan telantar yang secara resmi mulai beroperasi sejak tanggal 24 Juli 2005. Berlokasi di daerah Marihat, Pematang Siantar dan didirikan atas donasi dana dari seorang Bapak atas wasiat dari istrinya (Ibu Margarita) yang namanya kemudian diabadikan sebagai nama Panti Asuhan tersebut.
Panti Karya Remaja GKPS
Women Crisis Center (WCC) Sopou Damei GKPS
Pusat Pengembangan Liturgi dan Musik
Gereja (PPLMG) GKPS
Komisi Intei HIV-AIDS & Narkotika GKPS
Tim Hukum GKPS
Logo GKPS
= Penetapan Logo GKPS
=
Logo GKPS ditetapkan oleh Synode Bolon GKPS yang ke 32 di Parapat pada tanggal 4-8 Juli 1994.
= Makna logo GKPS
=
Logo adalah huruf atau lambang yang mengandung atau makna, sebagai lambang.
Logo GKPS adalah melambangkan makna pewujudan GKPS sebagai bagian yang utuh dan tak terpisahkan dari
Gereja yang Esa, Kudus, Am/Katolik dan Rasuli di seluruh dunia, yang terpanggil dan disuruh untuk bersekutu, bersaksi dan melayani.
= Huruf dan lambang logo GKPS
=
Dalam Logo GKPS ada tiga hal yang ditampakkan
Salib: Melambangkan pengakuan GKPS bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat Dunia dan Kepala
Gereja, Kebenaran dan Hidup, yang menghimpun dan menumbuhkan
Gereja sesuai dengan Firman Tuhan.
Daun Sirih: Dua lembar daun sirih menghadap ke Salib melambangkan persekutuan yang sama-sama menyembah kepada Yesus Kristus. Daun sirih juga melambangkan tradisi masyarakat
Simalungun dalam persekutuan dan kebersamaan yang saling melayani / menghormati dalam kedamaian demi kesejahteraan.
Tulisan/huruf:
Gereja Kristen Protestan Simalungun - GKPS - yang melingkar Salib dan Sirih, melambangkan kehadiran Injil di
Simalungun mengantar
Simalungun dari kegelapan kepada Terang Allah dan menemukan dalam
Gereja di Indonesia, yakni
Gereja Kristen Protestan Simalungun.
Logo GKPS menggunakan 3 (tiga) warna yaitu:
Warna Putih: Adalah warna dasar. Warna melambangkan kesucian.
Warna Biru: Adalah warna untuk Salib dan tulisan
Gereja Kristen Protestan Simalungun - GKPS -. Warna biru melambangkan kesetiaan.
Warna Hijau: Adalah warna untuk Daun Sirih, merupakan warna asli daun sirih. Warna - hijau melambangkan perdamaian
Pranala luar
(Indonesia) Situs resmi GKPS Diarsipkan 2023-06-19 di Wayback Machine.
(Inggris) GKPS Tegal Alur Diarsipkan 2016-03-03 di Wayback Machine., Resort Tanggerang, Distrik VII
(Indonesia) Situs resmi GKPS Cililitan Diarsipkan 2009-05-27 di Wayback Machine., Distrik VII (dikunjungi pada 10 Maret 2009)
(Indonesia) Group GKPS di Facebook.com Diarsipkan 2023-08-02 di Wayback Machine. (dikunjungi pada 10 Maret 2009)
(Indonesia) Group Pemuda-pemudi GKPS di Facebook.com Diarsipkan 2023-08-02 di Wayback Machine. (dikunjungi pada 10 Maret 2009)
(Indonesia) GKPS Jemaat Cikoko Diarsipkan 2023-02-01 di Wayback Machine., Distrik VII (dikunjungi pada 14 Maret 2013)
(Indonesia) Kanal Resmi GKPS di Youtube Diarsipkan 2022-09-26 di Wayback Machine. (dikunjungi pada 3 Januari 2020)
Lihat pula
Kongsi Laita
Referensi