Harjosari adalah sebuah kelurahan di kecamatan Bawen,
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.
Harjosari adalah sebuah nama Kelurahan di Kecamatan Bawen,
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Karena Harjosari merupakan sebuah Kelurahan maka kelurahan harjosari di pimpin oleh Lurah yang ditentukan dan dipilih Bupati. Lurah dapat digantkani sewaktu-waktu sesuai dengan surat tugas dari Bupati. Jumlah penduduk per tahun 2015 kurang lebih 9199 jiwa yang mayoritas bekerja sebagai buruh pabrik, petani, pedagang, dan pekerjaan lainnya. Secara geografis, desa ini terletak pada koordinat lintang 7°08'15" LS dan bujur 110°21'45" BT
Kelurahan Harjosari memiliki 9 (Sembilan) lingkungan:
1. Lingkungan Kerban
2. Lingkungan Pancoran
3. Lingkungan Glodogan
4. Lingkungan Kadipaten
5. Lingkungan Sekura
6. Lingkungan Gandekan
7. Lingkungan Harjosari
8. Lingkungan Merak Rejo
9. Lingkungan Bapang
Masing-masing lingkungan di pimpin oleh bapak RW yang mengepalai setiap RT yang ada,
1. Lingkungan Kerban di pimpin oleh Bp. Sumardi.
2. Lingkungan Pncoran di Pimpin oleh Bp. Sukardi.
3. Lingkungan Glodogan di pimpin oleh Bp. Darwanto
4. Lingkungan Kadipaten di pimpin oleh Bp. Agus Sutrisno.
5. Lingkungan Sekura di pimpin oleh Bp. Narto.
6. Lingkungan Gandekan di pimpin oleh Bp. Sutrisno.
7. Lingkungan Harjosari di pimpin oleh Bp. Andi.
8. Lingkungan Merak Rejo di pimpin oleh Bp.Slamet.
9. Lingkungan Bapang di pimpin oleh Bp. Sutrisno.
Secara geografis Kelurahan Harjosari adalah perbukitan dan masih banyak membentang sawah dan ladang dan untuk sebelah barat di batasi Gunung Kendalisodo yang masih dianggap kramat oleh masyarakat sekitar. Meskipun Kelurahan Harjosari di kelilingi oleh banyak pabrik namun suasananya masih cukup sejuk. Desa Harjosari, yang secara geografis terletak di Bawen,
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, membentang luas wilayah sekitar 0,95 km². Meskipun tergolong sebagai wilayah yang relatif kecil, Desa Harjosari memiliki peran yang signifikan dalam konteks Kabupaten
Semarang yang sedang mengalami pertumbuhan dan perubahan yang cepat. Terletak di bawah payung administratif Kecamatan Bawen, yang sendiri mengelola luas wilayah mencapai 4.567,00 Ha, Desa Harjosari menjadi titik fokus bagi banyak aspek kehidupan masyarakat di sekitarnya. Kecamatan Bawen, sebagai bagian integral dari Kabupaten
Semarang, mengalami perkembangan pesat yang mencakup perkembangan infrastruktur, ekonomi, dan sosial.
Perbatasan Kelurahan Harjosari
Mata pencaharian penduduk
Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani dan buruh pabrik, ada juga yang berprofesi sebagai PNS, Pengrajin industri rumah tangga, pedagang, peternak dan dokter swasta.
Adat istiadat
Banyak kegiatan adat yang masih dilakukan oleh masyarakat di sini, seperti Nyadran di makam leluhur(punden) yang dilakukan setiap setahun sekali dan diikuti oleh warga sekitar. Kenduri yang dilakukan ketika peristiwa penting, seperti malam tahun baru jawa dan dilaksanakan tempat yang lapang di sekitar Harjosari. Biasanya acara tersebut di pimpin oleh mbah sarekat atau orang yang di tuakan dan dihormati serta para tokoh masyarakat sekitar.
Untuk adat turun menurun masih berlaku baik, seperti gotong royong, kerja bakti. Untuk ritual kematian kiranya masih sama dengan tempat lain seperti tahlilan 7 hari setelah kematian dan 40 hari, setahun, dan nyewu yang diisi dengan tahlilan karena mayoritas penduduk islam.
Pendidikan
Dari segi pendidikan rata-rata hanya sampai pada jenjang pendidikan SMA/sederajat, diploma dan sarjana ada tapi hanya beberapa saja. Ada juga yang putus sekolah karena berbagai hal, misalnya kurangnya biaya dan tidak ada dukungan dari keluarga.
Agama
Mayoritas islam tapi ada beberapa yang beragama katolik, kristen, dan kepercayaan kepada Tuhan YME. Meskipun berbeda-beda kepercayaan masyarkat mengenai tuhan namun mereka tetap saling menghotmati dan menerima perbedaan pemahaman antara satu dengan yang lain. Serta saling membantu dalam kinerjanya demi memberi penjelasan mengenai pentingnya menjadi manusia yang beragama.
Sejarah singkat Kelurahan Harjosari
Kenyatan dalam perang antara belanda dan mataram di daerah sekitar, menjadikan kerajaan mataram lemah. Para prajurt mataram banyak yang gugur karena menjadi sasran peluru pasukan belanda. Yang masih selamat tidak berani untuk menampakkan diri, karena khawatir jika bertemu pasukan belanda dan para mata-mata belanda. Semua prajurit bersembunyi ditempat masing-masing. Meskipun persembunyian terlihat dekat namun ternyata jauh. Tempat itu terletak di antara gunung Kendalisada dan gunung Penggung yang masih berupa hutan lebat, para prajurit membangun dan membuka lahan untuk persawahan. Tempat itu semakin lama semakin ramai (reja). Setelah terlihat subur dan tertata mereka (Belanda) baru sadar jika itu merupakan prajurit mataram yang selamat.
Ada abdi kerajaan yang sangat setia dari mataram yang terpisah dengan tuannya, meskipun beliau seorang abdi namun dia juga termasuk prajurit, beliau juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga ketentraman kerajaan. Abdi tersebut bernama Kyai Gandhik, “Gandhik” sama artinya dengan abdi, beliau menjadi kyai semenjak memiliki tugas untuk mengajarkan agama kepada tuannya. Dan ketika terjadi peperangan, Kyai gandhik bertugas menjaga kuda-kuda perang yang dikendarai oleh tuanya, sehingga beliau disebut Kyai Srati.
Kyai Gandhik bersama-sama dengan prajurit lainnya tetap tinggal dan menetap sejauh 2 km dari timur gunung Kendalisada. Termpat itu letaknya di pinggir jalan sehingga lama-kelamaan menjadi ramai (reja) dan sari, maka tempat itu dinamakan HARJOSARI.