Jatimulyo adalah sebuah desa di kecamatan Petanahan,
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Sejarah
Sejarah Dan Legenda Desa Jatimulyo Petanahan
Kebumen
"Menurut Legenda, Dahulu kala Ada sebuah Pohon Jati Yang Sangat Besar Di Wilayah ini. Sehingga ketika tepat siang hari, suasana pedukuhan menjadi gelap. Saking rimbunnya dedaunan, sinar matahari terhalang ke bawah."
Setelah di tebang menjadi masjid kauman
Kebumen, di atas tunggak luas penampangnya mampu menampung puluhan orang untuk kenduri.
Ratusan tahun sebelum menjadi sebuah desa bernama jatimulyo. Masing masing dukuh dalam desa memiliki pemerintahan desa dan lurah / kepala desanya sendiri sendiri. Lurah terakhir Desa Jatisari Adalah Raden Joyo Pawiro, Lurah Terakhir Pejaten Adalah Ki Wana Sentana, Lurah Terakhir Sembir adalah Ki Karta Sentika, Lurah Terakhir Depok Adalah Ki Sura Sentana/Dal, Lurah Terakhir Karangtawang, Karangtanjung dan Karajiwan adalah Ki Sentika.
Lima desa kecil kecil tersebut didirikan oleh leluhur desa masing masing. Menurut folklore, Pendiri Desa "Bubak Kawah" Jatisari Adalah Syekh Abdurrozak Senggamunggu, Pejaten adalah Mbah Nur, Dukuh Kidul Mbah Kyai Lena Abdul Majid.
Penamaan Desa Jatimulyo sendiri akibat dari kebijakan kolonial belanda. Pemerintah hindia belanda mencoba menyatukan beberapa desa kecil agar mudah dalam pengadministrasian penduduk. Kebijakan tersebut dikenal dengan nama "blengketan".
Desa Jatimulyo terbentuk dari blengketan Desa Jaten, Jatisari, Sembir Depok dan Karang Tanjung. Blengketan desa terjadi pada tahun 1924.
Asal-usul nama Desa Jatimulyo diambil dari 3 versi yaitu :
1. Versi Penggabungan Nama Jaten dan Jatisari.
Nama desa Jatimulyo itu berasal dari Kata Jaten dan Jatisari , atas dasar sebutan bagi nama dukuh yang banyak pohon jatinya.
2. Versi Pemberian Nama Oleh R. Ngabei Atmosastro.
Setelah Pemilihan Kepala desa penggabungan wilayah (Blengketan) pada waktu itu . Tokoh-tokoh Masyarakat berkumpul untuk menentukan nama desa diantaranya R. Ngabei Atmosastro (Mbah Puring) yang mengusulkan Nama desa Jatimulyo. Raden Ngabehi Atmosastro adalah seorang bangsawan yang merupakan mertua dari Raden Sayid Harjosudarmo. Rumah Beliau ada di pekarangan yang sekarang milik bapak Karta (Manten Lurah Sodikin)
Penamaan tersebut, Sebab konon dahulu kala diambil dari daerah yang banyak pohon jatinya. Dengan harapan masyarakat yang tinggal di dalamnya dapat hidup mulia dan sejahtera.
3. Versi Analitik berbagai sumber
Masyarakat Desa Jatimulyo sendiri mempunyai legenda yang ada sejak lama, legenda itu mereka dengar dari Kakek atau orang sebelum mereka, Mereka mendengar legenda atau kisah pohon jati yang amat besar yang pernah tumbuh di daerah desa Jatimulyo.
Dahulu di wilayah dukuh Pejaten terdapat pohon Jati yang amat besar dan pohon tersebut dikramatkan orang pada waktu itu, suatu ketika pohon Jati tersebut diminta oleh Kyai Imam Manadi Pendiri Masjid Kauman. Sezaman dengan Bupati
Kebumen yang berkuasa pada waktu itu, untuk membangun Masjid Kauman
Kebumen (sekiar tahun 1830).
Setelah di tebang diadakan kenduri / bancaan / Slametan, diatas penampang pohon / tunggak pohon jati tersebut , luas penampang tunggaknya diduduki sebagai tempat kenduri mampu menampung 40 orang.
Setelah Pemilihan Kepala desa penggabungan wilayah (Blengketan) pada waktu itu . Tokoh-tokoh Masyarakat berkumpul untuk menentukan nama desa. diambil dari Legenda tersebut, sepakat diberi nama desa Jatimulyo . Jati maksudnya Sejatine, Mulyo bermakna Mulia dengan pengharapan masyarakat yang tinggal di Desa ini benar-benar menjadi Orang-orang yang Mulia berahlakul karimah.
Hari Jadi Desa Jatimulyo diperingati tiap tanggal 09 Oktober, Pengambilan Hari di rujuk dari Pemilihan Kepala desa pertama pada tanggal 09 Oktober 1924 yang terpilih pada waktu itu yaitu R. HARDJO SOEDARMO alias SAJID ( 1924 s/d 1944 ).
Tulisan Dihimpun Dari Buku Sejarah Desa Jatimulyo Petanahan
Kebumen.
Penulis Sabit Banani, SH P
Pamangku Desa / Kepala Desa Jatimulyo Petanahan
Kebumen
esa Jatimulyo terbentuk dari blengketan desa Jaten, Jatisari, Sembir Depok dan Karang Tanjung. Blengketan desa terjadi pada tahun 1924.
Asal-usul nama Desa Jatimulyo diambil dari 3 versi yaitu :
Versi Penggabungan Nama Jaten dan Jatisari.
Nama desa Jatimulyo itu berasal dari Kata Jaten dan Jatisari , atas dasar sebutan bagi nama dukuh yang banyak pohon jatinya.
Versi Pemberian Nama Oleh R. Ngabei Atmosastro.
Setelah Pemilihan Kepala desa penggabungan wilayah (Blengketan) pada waktu itu . Tokoh-tokoh Masyarakat berkumpul untuk menentukan nama desa diantaranya R.Ngabei Atmosastro yang mengusulkan Nama desa Jatimulyo yang konon diambil dari daerah yang banyak pohon jatinya dengan harapan masyarakat yang tinggal di dalamnya dapat hidup mulia dan sejahtera.
Versi dari mulut kemulut.
Masyarakat Desa Jatimulyo sendiri mempunyai legenda yang ada sejak lama, legenda itu mereka dengar dari Kakek atau orang sebelum mereka, Mereka mendengar legenda atau kisah pohon jati yang amat besar yang pernah tumbuh di desa Jatimulyo.
Dahulu di wilayah dukuh Pejaten terdapat pohon Jati yang amat besar dan pohon tersebut dikramatkan orang pada waktu itu, suatu ketika pohon Jati tersebut diminta oleh R.ARUMBINANG Bupati
Kebumen yang berkuasa pada waktu itu, untuk membangun Masjid Kauman
Kebumen (sekiar tahun 1830). Setelah di tebang diadakan kenduri / bancaan / Slametan, diatas penampang pohon / tunggak pohon jati tersebut , luas penampang tunggaknya diduduki sebagai tempat kenduri mampu menampung 40 orang.
Setelah Pemilihan Kepala desa penggabungan wilayah (Blengketan) pada waktu itu . Tokoh-tokoh Masyarakat berkumpul untuk menentukan nama desa. diambil dari Legenda tersebut, sepakat diberi nama desa Jatimulyo . Jati maksudnya Sejatine, Mulyo bermakna Mulia dengan pengharapan masyarakat yang tinggal di Desa ini benar-benar menjadi Orang-orang yang Mulia berahlakul karimah.
Hari Jadi desa Jatimulyo diperingati tiap tanggal 09 Oktober , diambil dari Pemilihan Kepala desa pertama pada tanggal 09 Oktober 1924 yang terpilih pada waktu itu yaitu R.HARDJO SOEDARMO alias SAJID ( 1924 s/d 1944 ).
Tahun
Kejadian
Peristiwa Baik
Peristiwa Buruk
1924
Terbentuknya Nama Desa Jatimulyo dengan Kepala Desa Pertama R. HARJO SUDARMO Alias SAJID (1924/1944)
-
1943-1946
-Indonesia Merdeka
Terjadi kelaparan dan penyakit beri-beri
1946
Pemilihan Kepala Desa ke 2 secara Demokratis terpilih Bp. SUKA MIHARJA (1946-1966)
-
1947-1948
-
Penjajahan Belanda ke 2
1950-1951
-
Pemberontkan AOI
1954
Pembuatan Masjid Jatisari
-
1964-1965
-
Pemberontakan G30 S / PKI
1966
Pemilihan Kepala Desa ke 3 secara Demokratis terpilih Bp. MANGUN SARONO (1966-1989)
-
1976
Pembanguan Kantor Balai Desa secara Swadaya
-
1977
Pembuatan Gedung SDN 2 Jatimulyo di Tanah Kas Desa.
1977
Pembanguan Saluran Sekunder saluran dari sempor
-
1979
Penyenderan Saluran Drainase Kali sentul
-
1987
Desa membeli Tanah Belakang Balai Desa 50 (unuk gd TK) +30 Ubin (untuk Gedung Lumbung)
1984
Juara 1 Lomba Desa tk Kabupaten
Kebumen, dan Juara 3 tk Karesidenan Kedu
1989
Pemilihan Kepala Desa ke 3 secara Demokratis terpilih Bp. KASIRUN (1989-1998)
-
1992
Terima Bantuan Bandes untuk Pembuatan Kantor Kepala Desa
-
1997
Desa membeli Tanah Belakang Balai Desa 50 dan 30 Ubin
1999
Pemilihan Kepala Desa ke 4 secara Demokratis terpilih Bp. SODIKIN (1999-2007)
-
2000
Terima Proyek P3DT sender saluran tercier sepanjang 1000 meter
-
2001: Renovasi Balai desa.
2006: Swadaya Pembuatan Masjid Pejaten, Renovasi Masjid Karang tawang. Dan terima P2MPD macadam 3 meter x 2.060 meter.
2007: Pemilihan Kepala Desa ke 5 secara Demokratis terpilih Bp. SAELAN (2007-2013) .
2010: Pembuatan Gedung TK swadaya murni Desa, macadam jln ke banjarwinangun. Jembatan sembir lor.
2011: Makadam jalan Desa , PKD, Pembangunan 2 jembatan Pejaten (asem ditebang) LumbungSekar maju
2012: Pembangunan Jembatan Karang Tawang, jitut blok Klepu, Rehab Gedung PKK, Jembatan Talang Sembir kidul, jembatan Talang Pejaten. Gapoktan terima bantuan Traktor
2013: Pemilihan Kepala Desa ke 6 secara Demokratis terpilih Bp. SODIKIN (2013-2019), Pembangunan Gapura Sembir dan Depan kantor Desa, Jitut di belakang PKD keselatan.
2014: Aspal jalan Desa di Rw 1 panjang 625 m, Rw 2 panjang 125 m dan Rw 3 panjang 300 m. Rabat beton jln lingkungan Rw 01,03 dan 04.
2015: Aspal jalan Desa di Rw 4 , lening drainase masjid Jatisari ke timur. Gapoktan terima bantuan Mesin Panen Padi(harvester) 3 bantuan traktor kuick, Poktan Sembir, Depok dan Jatisari; Kemarau panjang tidak hujan 7 bulan.
Geografi
Desa Jatimulyo merupakan salah satu dari 21 Desa di Wilayah Kecamatan Petanahan yang terletak 6 km kearah utara dari kota Kecamatan
Dengan batas batas sebagai berikut ;
Sebelah utara : Desa Adikarto Kec Adimulyo dan Menganti Kec. Sruweng
Sebelah selatan : Desa Kritk dan Podourip kec. Petanahan
Sebelah Barat : Desa Candiwulan Kec. Adimulyo.
Sebelah Timur : Desa Trikarso Kec. Sruweng dan Desa Banjarwinangun Kecamatan Petanahan.
Desa Jatimulyo mempunyai luas wilayah seluas 226.390 ha dengan rincian
159 ha sawah irigasi dan tanah kering 67,390 ha.
= Iklim
=
Iklim desa Jatimulyo , sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim Kemarau dan Penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Jatimulyo Kecamatan Petanahan yaitu PADI-PADI dan PALAWIJA (kacang hijau/kedelai).
Penggunaan Tanah Di desa Jatimulyo sebagian besar dipergunakan untuk tanah pertanian/sawah sedangkan sisanya berupa tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas lainya.
Kondisi Geografis.
Secara geografis Desa JATIMULYO, Kecamatan Petanahan, Kabupaten
Kebumen, dilihat dari beberapa aspek tinjauan meliputi :
Iklim :
Curah hujan : 0.5 Mm.
Jumlah bulan hujan : 6 Bulan .
Suhu rata-rata harian : 29 -31 0C.
Tinggi tempat : 5 mdl.
Bentang Wilayah : Datar/berbukit/lereng gunung.
Tipologi :
Desa kepulauan.
Desa pantai/pesisir
Desa Sekitar hutan.
Desa terisolir.
Desa perbatasan dengan Kabupaten lain.
Orbitasi :
Berada di Ibu Kota Kecamatan.
Jarak ke Ibu Kota Kecamatan.
Lama tempuh ke Ibu Kota Kecamatan.
Kendaraan umum ke Ibu Kota Kecamatan.
Jarak ke Ibu Kota Kabupaten .
Lama tempuh ke Ibu Kota Kabupaten.
Kendaraan umum ke Ibu Kota Kabupaten
Batas Desa :
Sebelah Utara : Trikarso Kec. Sruweng
Sebelah Timur : Dorowati, Kec.Klirong
Sebelah Selatan : Sidomulyo Kec. Petanahan
Sebelah Barat : Kritig, Kec.Petanahan
Luas wilayah :
Luas wilayah Desa JATIMULYO adalah : 263 ha, terdiri dari berbagai jenis tanah yang meliputi :
Tanah Sawah,
Tanah kering,
Tanah Basah,
Gambaran Umum Demografis.
Dalam pelaksanaan pembangunan jumlah penduduk dapat sebagai penentu arah kebijakan kegiatan desa, mengingat bahwa aset desa ini, memiliki peran ganda sebagai subyek maupun objek kegiatan. Struktur Penduduk berdasarkan Kelompok Umur, Jenis Kelamain dan Penyebaran pada Wilayah sebagai berikut :
Sumber daya manusia
UMUR.
NO
KELOMPOK UMUR
JUMLAH/ORANG
1
2
3
1.
0-12 Bulan
41 Orang
2.
1 – 10 Tahun
334 Orang
3.
10 – 30 Tahun
844 Orang
4.
30 – 50 Tahun
721 Orang
5.
50 Tahun ke atas
657 Orang
JUMLAH :
Jumlah Jiwa 2.626 orang.
Jumlah Laki-laki 1.291 orang.
Jumlah Perempuan 1.335 orang.
Jumlah Kepala Keluarga 759 orang.
MUTASI PENDUDUK :
Datang 15 orang.
Pindah 12 orang.
Lahir 35 orang.
Meninggal 14 orang.
Perubahan jumlah penduduk dapat dilihat dari adanya proses perubahan sebagaimana tersebut pada angka 3, dan kondisi tersebut dikarenakan :
Datang, berasal dari Desa, Kecamatan, Kabupaten lain
Karena ikut keluarga
Pindah tempat tinggal ke Desa lain , Kabupaten lain
Karena Ikut Keluarga
Meninggal Dunia disebabkan karena :
Usia.
Penyakit
Kecelakaan
PENDIDIKAN:
Tingkat pendidikan masyarakat dari tahun ke tahun terus berkembang kejenjang lebih tinggi, dengan hasil Capaian dalam tahun 2019 yang lulus dari jenjang tingkatan pendidikan sebagai berikut :
Pendidikan Terakhir :
Tamat SD/sederajat = 1142 orang.
SLTP = 441 orang.
SLTA = 313 orang
D 3 = 26 orang
S I = 17 orang
S II = 5 orang
Ekonomi
Dalam sejarah umat manusia, Menganyam adalah salah satu seni tradisi tertua di dunia. Konon kegiatan itu ditiru manusia daricara burung menjalin rantin-ranting menjadi bentuk yang kuat.
Jenis seni anyaman pada masa Neolitik/Zaman Batu kebanyakan adalah menghasilkan tali, rumah dan keperluan kehidupan. Tentu dimasa sekarang Beda zaman, beda keterampilan yang dikembangkan
PETANAHAN, Kebumen24.com - Sebagian masyarakat mungkin sudah banyak yang mengenal, jika Dukuh Karajiwan Rt 04 rw 05 Desa Jatimulyo Kecamatan Petanahan, merupakan sentra kerajinan anyaman bambu yang sudah bertahun-tahun. Bahkan, hingga kini hampir 70 persen warga setempat masih bekerja sebagai penganyam bambu. Kendati demikian, hasil dari usaha ini dinilai belum mampu menopang secara penuh untuk mencukupI kebutuhan sehari hari para perajinya.
Seperti di rumah Hadi Suyono (50), yang merupakan salah seorang perajin bambu di Dukuh setempat. Di rumahnya ini, beraneka macam hasil anyaman bambu ia dibikin. Mulai dari kukusan, tampah, kipas, hinga besek atau tempat nasi.
Adapun dalam satu batang bambunya, bisa dibuat menjadi 6 buah tampah. Sementara untuk pemasaran ia lakukan sendiri dengan cara berkeliling mengunakan sepeda motor setiap harinya. Kendati demekian, usahanya ini, dirasakan belum bisa menopang secara penuh untuk kebutuhannya sehari hari.
“kurang lebih sudah ada sekitar 25 tahun saya geluti usaha ini, tapi ya hasilnya hanya baru sekedar cukup buat tambahan. Itupun kalo pas keling berjualan baru saya dapat hasil,”ucap Hadi Suyono.
Suyono menambahkan, untuk harga penjualan seperti besek atau wadah nasi itu sendiri hanya berkisar Rp 1000 perbeseknya. Sedangkan untuk kipas Rp 2500 dan untuk jenis tampah dijual 25 ribu rupiah.
“ Harga segitu sebenarnya belum sebanding dengan modal bambu dan waktu prose pembuatanya, tapi mau gimana lagi, soalnya kalo jual mahal mahal takut nggk laku mas,”imbuhnya.
Hal senada juga di utarakan oleh kasmini (45), yang juga merupakan salah seorang perajin yang sudah menggeluti selama 20 tahun. Kasmini mengatakan untuk bambu sendiri ia olah menjadi kerajian kipas, meski proses pembuatanya sedikit membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, usaha ini dirasakan hanya sekedar mampu menopang sedikit kebutuhan rumah tangganya.
“ Untuk proses pembuatan membutuhkan waktu kurang lebih satu Minggu mas, dari masih berbentuk bambu hingga siap dianyam. Kalo untuk hasil ya..,hanya sekedar baru cukup mas buat tambah tambah,” katanya kepada wartawan.
Sementara itu, Kepala desa Jatimulyo Sabit Banani menuturkan, industri anyaman bambu di Desanya merupakan industri kerajinan yang sudah berlangsung turun-temurun. Namun, bagi pelaku industri, anyaman bambu ini belum menjadi mata pencaharian utama.
“Kerajinan anyaman bambu ini sebenarnya produk unggulan desa Jatimulyo. Namun, karna margin atau keuntungan nya yang masih sangat sedikit, sehingga belum bisa menjadi sumber pengahasilan utama masyarakat,” ungkapnya Kamis 5 Desember 2019 Kemarin, disela sela kegiatanya saat meninjau tempat para perajin.
Dijelaskan kepala Desa, hingga Saat ini, pengrajin bambu di desa Jatimulyo berjumlah sekitar 100 kepala keluarga yang tersebar di setiap pedukuhan. Namun, masih banyak para pemuda desa yang masih enggan untuk menggikutinya.
“ Saya yakin, kalo ada campur tangan para pemuda, hasi kerajinan mereka bisa jauh lebih maju, baik secara hasil penjulan maupun pengembangan jenis produknya. kita rencanakan pada tahun 2020, kita adakan pelatihan pembuatan kerajinan bambu kepada mereka, agar kerajinan bambu lebih bervariatif,” imbuh kepala Desa Sabit Banani, SH
Untuk itu, lanjut kepala desa, pihaknya kedepan akan memberikan perhatian khusus untuk para pengrajin, dengan cara membentuk sebuah wadah atau kelompok, agar lebih memudahkan mereka dalam hal pemasaran maupun berinovasi.
"kalo sudah terbentuk nantikan penjualan bisa dengan cara online, bisa melalui medsos ataupun website desa,”tandasnya. (k24/I/A)
Sektor peternakan dengan beberapa jenis populasi ternak semisal Sapi, Kerbau, Ayam, Bebek, Kambing dan lain-lainnya, menjadi komoditas unggulan desa, dan kondisi lingkungan sangat mendukung prospek kedepan desa maupun pemiliknya. Sesuai dengan kondisi desa yang merupakan daerah agraris maka struktur ekonominya lebih dominan kepada Sektor Pertanian , disamping sektor – sektor lainnya baik berupa jasa industri, perkebunan, peternakan, pertukangan dan lain-lainnya. Tingkat Pertumbuhan sektor lainya diluar sektor unggulan /dominan , sangat memungkinkan berkembang apabila adanya pemerhatian yang lebih dari pemerintah dengan membuka jalur pemasaran serta pembinaan dan bantuan permodalan.
PERTANIAN
Pranala luar