Kelinci Paskah adalah makhluk fiktif yang digambarkan sebagai seekor
Kelinci antropomorfis. Menurut legenda,
Kelinci Paskah membawa keranjang yang penuh berisi telur, permen, dan mainan yang bewarna-warni ke rumah anak-anak pada malam
Paskah.
Kelinci Paskah itu akan menaruh keranjang tersebut di suatu tempat atau menyembunyikannya di dalam rumah anak itu agar sang anak keesokan paginya mencarinya.
Kelinci Paskah memiliki kemiripan-kemiripan dengan Sinterklas yang membawa hadiah untuk anak-anak yang tidak nakal pada malam Natal. Sumber legenda tersebut bervariasi, tetapi
Kelinci tersebut sudah dikenal sejak 1600; beberapa sumber menyebutkan legenda tersebut berasal dari mitos kesuburan, sementara yang lain menghubungkannya dengan peranan
Kelinci di dalam ikonografi Kristen.
Asal muasal
Asal muasal
Kelinci Paskah sebagai simbol
Paskah dapat dilacak dari kawasan Alsace dan barat daya Jerman, tempat
Kelinci tersebut disebut untuk pertama kalinya pada tahun 1600-an.
Kelinci Paskah yang berbentuk makanan pertama kali dibuat di Jerman pada awal 1800-an dan terbuat dari bahan kue dan gula.
Kelinci Paskah kemudian diperkenalkan ke Amerika oleh para imigran Jerman yang mendarat di Pennsylvania Jerman pada tahun 1700-an. Kedatangan Osterhase — atau terwelu
Paskah dalam bahasa Jerman — pada malam
Paskah merupakan salah satu "kegembiraan anak-anak yang terbesar", hampir sama dengan kedatangan Christkindl — Sinterklas yang dikenal oleh orang-orang Austria dan Bavaria — pada malam Natal.
Menurut tradisi, anak-anak membuat sarang
Kelinci yang bewarna-warni di pojok tersembunyi di rumah mereka. Lalu jika anak-anak tersebut tidak nakal, Osterhase akan bertelur telur bewarna-warni di sarang tersebut. Saat tradisi tersebut mulai menyebar, sarang tersebut diproduksi menjadi keranjang
Paskah, dan menempatkan sarang di tempat tersembunyi berubah menjadi tradisi menyembunyikan keranjang/telur
Paskah ..
Karena
Kelinci dan terwelu melahirkan anak yang banyak pada permulaan musim semi, maka
Kelinci menjadi simbol kesuburan pada musim semi.dan pada waktu musim semi telur telur juga banyak bertebaran sehingga anak - anak senang mencari telur pada musim semi itu. yaitu
Paskah
Dalam bahasa Inggris terdapat perkataan "gila seperti terwelu Maret" (Mad as a March hare) untuk menyebut orang yang tindakannya liar dan tidak dapat ditebak bak "terwelu Maret". Peribahasa ini merujuk pada terwelu jantan yang berkelahi memperebutkan terwelu betina pada awal musim semi (sekitar bulan Maret). Karena sang betina awal-awalnya akan melawan sang jantan yang mencoba mengawininya, maka gerak-gerik mereka seperti layaknya tarian gila yang jauh dari kebiasaan mereka yang biasanya pendiam. "Kegilaan" tersebut termasuk: bertinju dengan terwelu lain (baik antar jantan maupun betina-jantan), melompat secara vertikal seakan-akan tanpa alasan apa-apa, dan secara umum menunjukkan tingkah laku yang abnormal. Karakter [[:wikisource:Alice's Adventures in Wonderland/Chapter 7|Terwelu MaretAlice%27s_Adventures_in_Wonderland/Chapter_7 dalam cerita "Alice's Adventure in Wonderland" juga diambil dari perkataan tersebut.
Kelinci dan terwelu merupakan binatang yang cepat berkembang biak. Betinanya dapat mengandung kandungan kedua sewaktu masih mengandung kandungan yang pertama. Fenomena ini disebut dengan istilah "superfetasi". Mereka dapat berkembang biak sejak muda dan betinanya dapat melahirkan beberapa kali dalam setahun, sehingga ada perkataan "beranak seperti
Kelinci". Tidak mengherankan
Kelinci dan terwelu menjadi simbol kesuburan.
Dalam tradisi gereja, umat Katolik tidak diperkenankan memakan telur selama puasa masa pra-
Paskah, sehingga telur menjadi salah satu menu utama hidangan
Paskah. Kaum Protestan Jerman yang tidak mau mengikuti tradisi berpuasa tersebut masih tetap memakan telur pada perayaan
Paskah.
Tradisi mewarnai telur telah berlangsung lama. Banyak orang Kristen Ortodoks yang mewarnai merah telur
Paskah mereka, yang melambangkan darah Kristus dan hidup baru yang terkait dengan musim semi. Warna telur hijau melambangkan tunas-tunas yang baru yang muncul pada permulaan musim semi.
Telur sejak dulu merupakan simbol kesuburan. Ide tentang
Kelinci yang bertelur diduga datang dari Amerika Serikat pada abad ke-18. Kaum imigran Jerman di Pennsylvania Jerman memakai istilah Terwelu
Paskah seperti yang digunakan nenek moyang mereka di Eropa, bukan
Kelinci Paskah. Legenda di kalangan mereka, antara lain yang diceritakan oleh Jakob Grimm pada tahun 1855, menceritakan tentang Osterhas yang bertelur di sarang bewarna-warni yang disediakan oleh anak-anak yang tidak nakal.
Legenda Jerman tentang
Kelinci atau terwelu yang bertelur diperkirakan berasal dari cerita rakyat tentang telur terwelu yang tampaknya merupakan kesalahkaprahan. Terwelu mengasuh anak-anak mereka di atas tanah, tidak di dalam lubang seperti
Kelinci. Terwelu menggunakan semacam sangkar yang mirip dengan sangkar burung Lawpings. Pada musim semi, penduduk melihat telur burung di sangkar burung yang dikira adalah telur terwelu.
Referensi dan pranala luar
(Indonesia) Renungan Harian MUSA:
Kelinci Paskah; via PGI.or.id Diarsipkan 2009-04-17 di Wayback Machine.