Muhammad VII dari Granada bahasa Arab: محمد السابع lahir sekitar 1370, meninggal tanggal 13 Mei 1408, adalah penguasa Keemiratan
Granada di Andalusia, di Semenanjung Iberia. Ia anak
dari Yusuf II (berkuasa 1391-1392) dan cucu
dari Muhammad V (berkuasa 1354-1359 dan 1362-1391). Ia naik tahta menyusul kematian ayahnya. Tahun 1394, ia mematahkan invasi
dari Orde Alcantara. Perang ini hampir saja meluas, tetapi
Muhammad VII dan Henry III
dari Castile kemudian berhasil menyepakati perdamaian.
Ancaman Castile
Pada tahun 1404-1405,
Muhammad VII berhasil menyepakati perjanjian persahabatan dengan Martin I
dari Aragon dan mengadakan pembicaraan dengan Charles III
dari Navarre. Akibatnya upaya Henry III untuk menghasut dua kerajaan ini untuk ikut memusuhi
Granada gagal total. Tahun 1406, ia dan Henry III memperbaharui perjanjian gencatan senjatan, tetapi dengan kondisi serangan mendadak mungkin saja dilakukan oleh pasukan liar muslim yang tidak berada di bawah pengaruh
Muhammad VII di daerah Castilian. Henry III kemudian berniat mengobarkan perang kembali melawan Grananda, tetapi keburu meninggal pada tanggal 15 Desember 1406. Anak Henry yang baru berumur 1 tahun, John II
dari Castile menjadi raja dengan walinya Ferdinand I
dari Aragon dan ibunya Catherine
dari Lancaster. Ferdinand menyerbu wilayah barat
Granada pada September 1407 dan merebut Zahara de la Sierra, sementera
Muhammad VII melakukan serangan mendadak dan pengepungan di wilayah utara.
Pada bulan April 1408,
Muhammad VII dan Ferdinand akhirnya menyepakati tujuh bulan gencatan senjata. Namun pada tanggal 13 Mei,
Muhammad VII meninggal, dengan penerusnya Yusuf III
dari Granada. Ia meneruskan gencatan senjata hingga April 1410, sampai akhirnya permusuhan antara
Granada dan Castile berkobar kembali.
Latar belakang
Muhammad VII adalah anak
dari Yusuf II yang hanya berkuasa singkat. Yusuf II adalah penerus
dari Muhammad V
dari Granada. Ia sebenarnya memiliki saudara, Yusuf III
dari Granada, yang kemudian dipenjara atas tuduhan keterlibatan dalam konspirasi melawan kerajaan.
Sumber yang bisa menjelaskan kejadian-kejadian pada masa
Muhammad VII sangat langka, terutama
dari kalangan umat Islam. Namun pihak Kristen memiliki beberapa catatan interaksinya dengan Kerajaan Kristen di sekitar Semenanjung Iberia.
Masa kekuasaan
= Masa awal
=
Muhammad VII naik tahta setelah kematian ayahnya, Yusuf II pada tangga 3 Oktober 1392 (16 Zulkaidah 794 H). Saat pengangkatan, ia menunjuk
Muhammad al Hammami sebagai menteri utama. Ia juga membebaskan Ibnu Zamrak, penasihat
Muhammad V sekaligus penyair yang dipenjara oleh Yusuf II. Ibnu Zamrak kemudian diangkat menjadi royal katib, atau sekretaris. Namun pada tahun 1393 ia dibunuh dan digantikan Abu Bakar
Muhammad ibnu Asim. Segera setelah pelantikan, ia memperjuangkan perdamaian dengan Henry III
dari Castile, John I
dari Aragon.
= Perang Salib 1394
=
Tahun 1394, Martín Yáñez de la Barbuda (atau tercatat juga sebagai Martín Yáñez "de Barbudo" di beberapa buku), master
dari Ordo Alcántara dan vasal
dari Castile, mengorganisasi perang salib terhadap
Granada. Meskipun Henry III dan beberapa bangsawan Castilia berusaha sekuat tenaga menghentikan hasratnya, Martin tetap masuk ke
Granada dan ia mendapat dukungan masyarakat Cordoba yang membenci
Granada. Martin dan pasukannya memasuki teritori
Granada pada tanggal 26 April 1394 dan maju terus menuju ibukota.
Muhammad VII mengirimkan utusan kepada Henry III, memprotes pelanggaran gencatan senjata ini. Henry III lalu mebalas bahwa ia tetap bertahan kepada janji perdamaian dan pasukan perang salib yang menuju ke
Granada ada di luar kekuasaannya.
Muhammad VII kemudian mengirimkan pasukan dan dengan mudah mengalahkan Martin. Sekitar 1.200 pasukan Castile tertangkap dan 1.500 melarikan diri ke Alcalá la Real, sementara
Muhammad VII hanya kehilangan 500 pasukan tak berkuda. Martin terbunuh dan untuk menunjukkan ketidaksenangannya, Henry III mengangkat anggota Ordo rivalnya, Calatrava untuk menjadi master baru bagi Ordo Alcántara.
Setelah upaya perang salib yang gagal ini, ketegangan antara
Granada dan Kerajaan-Kerajaan Kristen tetangganya meningkat, sehingga dikhawatirkan perang akan pecah. Henry III kemudian mengunjungi Valencia, dan meminta Martin I
dari Aragon memperkuat pertahanan untuk mengantisipasi serangan
dari Granada.
Muhammad VII memang mempersiapkan pasukan, tetapi lebih sebagai upaya antisipasi untuk mempertahankan perdamaian. Pada akhirnya, tak ada kerajaan yang berniat berperang, sehingga perang tak pernah terjadi.
= Berulangnya ketegangan
=
Meskipun secara umum
Muhammad VII dan Henry III masih ingin mempertahankan perdamaian, namun perseteruan di perbatasan terus terjadi, karena pasukan liar di kedua belah pihak. Pada bulan Bei 1397, sebuah group pendeta Fransican masuk ke
Granada dan mulai memurtadkan penduduk
Granada.
Muhammad VII melarang upaya seperti itu dan saat mereka melawan, dihukum cambuk. Karena tidak juga berhenti,
Muhammad VII akhirnya memerintahkan eksekusi mati dan tubuh mereka diseret di jalanan.
Sebagai tambahan
dari insiden pemurtadan di atas, penyerangan tiba-tiba dan serangan kecil lainnya bertambah sering terjadi. Kedua penguasa resmi menghadapi kenyataan bahwa serangan yang tak berizin sulit sekali dikendalikan. Dan tiap kali serangan terjadi, sulit sekali mengembalikan kedamaian tanpa harus kehilangan muka. Dalam sebuah serangan tiba-tiba, pasukan
dari Granada masuk sampai ke Kartagena di pantai Murcia. Bahkan pada tahun 1405, di front timur, serangan muslim melawan Vera dan Lorca berhasil dipukul mundur, tetapi penyerangnya terlanjur mencaplok Ayamonte, kastil Castilia di perbatasan barat
Granada. Henry III kemudian mengirim utusan, Guiterre Diaz, untuk memprotes
Granada.
= Manuver diplomatik
=
Sementara itu,
Granada, Aragon, Castile, dan Navarre terlibat dalam komunikasi diplomatik. Tahun 1904.
Granada dan Aragon menyelenggarakan pembicaraan di Barcelona. Pada waktu yang sama, Henry III mengajukan pertemuan dengan Logroño bersama Martín I
dari Aragon dan Charles III dan Navarre untuk membangun permusuhan bersama terhadap
Granada. Hanya saja Charles III
dari Navarre lebih memilih membantu
Granada. Kerajaannya yang kecil menjadi pertimbangan akan terlalu dominannya Castile. Navarre juga memiliki persahabatan turun-temurun dengan komunitas minoritas muslim di negaranya sendiri, sehingga turut mempengaruhi sikap diplomatis Navarre. Charles bahkan menulis "saudara kami" untuk
Muhammad VII, dan membocorkan pertemuan di Logroño dan menjanjikan akan menginformasikan isi
dari pertemuan tersebut. Dia juga mengirimkan tiga kapal penuh dengan gandum, dan 300 mesin perang untuk membantu
Granada menghadapi kemungkinan invasi. Komunikasi intens antara
Granada dan Navarre memang sedikit terhalang karena kondisi geografis.
Granada ada di selatan, sementara Navarre ada di utara semenanjung Iberia, dengan Castile menjadi pemisah. Akibatnya suatu saat utusan Navarre yang melintasi Castile dengan menyamar sebagai pedagang akhirnya tertangkap, dan pertemuan di Logroño dibatalkan.
Sementara Martin I
dari Aragon, lebih berfokus kepada ancaman di Sisilia dan Sardinia, sehingga juga tak tertarik untuk membuka front baru melawan
Granada. Akibatnya, ia lebih memilih mengadakan perjanjian persahabatan dengan
Granada pada tanggal 4 Mei 1405. Perjanjian tersebut memungkinkan terjadinya perdagangan dan pertukaran tahanan antara dua kerajaan.
Muhammad VII juga setuju mengirimkan 400-500 ksatria ke Aragon dan membayar biaya hidup mereka sebesar 2.840 hingga 3.540 dobla per bulan. Sebagai balasannya, Aragon setuju mengirimkan 4-5 kapal galley yang dipersenjatai dengan 30 pasukan crossbow dan 220 pelaut di setiap kapalnya yang biayanya akan dibayarkan oleh
Granada sebesar 900 dobla per bulan.
= Pecahnya perang
=
Namun gencatan senjata ini sama sekali tidak dihormati oleh pasukan-pasukan liar yang tetap saja ada di kedua belah negara. Serangan besar dilancarkan di Jaén, termasuk juga serangan kilat terhadap Quesada dan Baeza. Pasukan pimpinan Pedro Manrique menghadapi serangan muslim di Pertempuran Collejares yang tak jelas hasilnya. Karena sedikit sekali catatan
dari dunia muslim, sangat sulit mengetahui motivasi serangan ini. Namun kepemimpinan yang lemah di antara kedua kerajaan
Henry III menyalahkan
Muhammad VII sebagai penyebab rusaknya perjanjian damai. Ia lalu mengundang Cortes to Toledo pada bulan Desember 1406 untuk menegosiasikan dukungan untuk perang. Namun kemudian Henry tiba-tiba sakit dan meninggal. Anaknya, John II, baru berusia satu tahun. Karena itu paman John, Ferdinand menjadi walinya bersama Catherine
dari Lancester. Cortes kemudian setuju memberikakn dukungan 45,000,000 maravedíes untuk kampanye perang ini.
Meskipun perang ini diwarnai saling caplok kota dan kastil, dan pada dasarnya Castile sebagai kerajaan yang lebih besar jelas lebih kuat, kenyataannya perang ini berakhir dengan perjanjian damai dan Castile maupun
Granada tetap eksis hingga kematian
Muhammad VII.
Kematian
Muhammad VII meninggal pada 13 Mei 1408 dan digantikan oleh kakaknya, Yusuf III yang sebelumnya dipenjara. Berdasarkan legenda, sebelum
Muhammad sempat memerintahkan hukuman mati terhadap Yusuf, ia masih sempat menantang algojonya untuk bermain catur untuk terakhir kali. Permainan catur ini begitu lamanya, sehingga
Muhammad VII akhirnya meninggal. Pendukung Yusuf III akhirnya menyerbu penjara dan menaruhnya kembali ke tahta.
Kesimpulan
Muhammad VII tidak terlalu memaksakan perdamaian seperti
Muhammad V. Sebaliknya, ia sering terlibat langsung memimpin serangan terhadap negara tetangganya, termasuk Castile. Namun kerajaan
Granada yang terlalu kecil dan tidak begitu menguasai senjata dengan peledak, membuat
Granada inferior dibandingkan Castile. Seain itu faktor Afrika Utara yang tidak terlalu akrab membuat
Granada kesulitan mendapat dukungan
dari sesama penguasa muslim. Akibatnya secara keseluruhan
Granada mengalami kemunduran penguasaan wilayah pada masa
Muhammad VII, terutama dengan lepasnya Zahara de la Sierra.
Referensi