Museum Rudana adalah sebuah
Museum Seni yang berada di Ubud, Gianyar, Bali
dan digunakan untuk memamerkan
dan mempromosikan karya
Seni berupa lukisan
dan patung karya seniman Bali.
Museum ini memamerkan karya
Seni dari I Gusti Nyoman Lempad (almarhum), Nyoman Gunarsa, Made Wianta,seniman Indonesia di luar Bali seperti Affandi (almarhum), Basuki Abdullah (almarhum), Srihadi Soedarsono, Sunaryo Sutono, maupun seniman asing yang tinggal di Bali seperti Antonio Blanco (almarhum), Arie Smit.
Museum Rudana didirikan oleh Nyoman
Rudana, seorang kolektor lukisan yang juga pemilik
Galeri Seni Rudana Fine Art Gallery
dan Genta Fine Art Gallery.
Museum ini beralamat di Jl. Cok Rai Pudak No.44, Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali 80571.
Harga tiket masuk ke
Museum Rudana sebesar Rp. 20.000 untuk orang dewasa
dan Rp. 10.000 untuk anak-anak.
Sejarah Berdirinya Museum
Museum Rudana merupakan
Museum yang didirikan oleh Nyoman
Rudana dan Wayan Olastini sebagai wujud bakti kepada nusa bangsa
dan persembahan menyambut 50 tahun Indonesia merdeka. Pengelolaan
Museum dilakukan oleh Yayasan
Seni Rudana.
Museum ini diresmikan pada Selasa, 26 Desember 1995 oleh Presiden Soeharto. Berbagai karya
Seni lukis
dan Seni patung dipamerkan dalam
Museum ini, baik karya seniman Bali, seniman Indonesia di luar Bali maupun seniman asing. Penataan karya seninya selalu diupayakan agar mencerminkan nilai-nilai tata ruang, nilai estetis yang harmonis
dan selaras dengan konsep filosofi Bali.
Menurut sejarahnya,
Museum Rudana dimulai dengan awal yang sederhana. Hobi menikmati karya
Seni Bali mendorong semangat Nyoman
Rudana untuk mengumpulkan karya
Seni dari seniman lokal. Teman-temannya sering datang ke kediamannya yang menyimpan beberapa karya
Seni, ada yang datang untuk menikmati
dan ada juga yang bersikeras untuk membeli. Pemicu lain dari tekadnya untuk membuka
Galeri Seni pertamanya empat dekade yang lalu pada tahun 1974 adalah para seniman mulai berdatangan kepadanya untuk memintanya membantu menjual karya mereka. Pada akhirnya, naluri bisnisnya dalam mempromosikan
Seni, kemampuan manajerialnya dalam mengelola
Galeri dan ketelitiannya dalam memilih karya-karya para seniman membuat
Galeri ini menjadi terkenal di antara para turis pada tahun 70-an.
Nyoman
Rudana mulai sangat prihatin dengan pengiriman karya
Seni Bali yang langka ke luar negeri untuk menjadi milik pribadi atau untuk koleksi
Galeri dan Museum di Eropa. Kecintaan Nyoman
Rudana pada
Seni berakar kuat pada rasa hormatnya pada kepercayaan leluhurnya. Oleh karena itu, pada awalnya ia tersiksa oleh kontradiksi antara mempromosikan karya
Seni melalui galerinya
dan panggilannya untuk melestarikan warisan tak ternilai dari karya-karya
Seni yang luar biasa dari para maestro yang telah meninggal; hal ini berlangsung cukup lama.
Kebingungan
Rudana perlahan-lahan teratasi ketika ia mulai membangun koleksi karya
Seni langka
dan berkenalan dengan para seniman dari pulau-pulau lain. Jawa, Sumatra, Kalimantan, ia menggagas ide untuk mendirikan sebuah
Museum; setelah lebih dari dua dekade melakukan upaya tanpa henti untuk mengumpulkan
dan menyimpan karya-karya
Seni berharga yang ia anggap harus tetap berada di dalam negeri karena nilai historisnya, ia secara resmi membuka
Museum Rudana pada tahun 1995. Pembukaan
Museum ini juga bertepatan dengan peringatan 50 tahun kemerdekaan Indonesia.
Visi humanisme
Museum Rudana, yaitu untuk kemaslahatan (manfaat) umat manusia, merupakan filosofi perjuangan Nyoman
Rudana dalam mengoleksi lukisan – lukisan yang kini dapat dinikmati di
Museum ini.
Obsesi pendirian
Museum ini diawali saat Nyoman
Rudana menyaksikan bahwa begitu banyak hasil karya
Seni kuno Indonesia diboyong ke luar negeri. Tergerak untuk melestarikan karya – karya
Seni terbaik anak bangsa inilah kemudian
Museum Rudana ini didirikan.
Bangunan seluas 500 meter persegi ini didirikan di atas lahan seluas 2.500 meter persegi di Kawasan
Seni Rudana di Peliatan, Ubud, Kabupaten Gianyar,Bali, satu kompleks dengan
Rudana Fine Art Gallery. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 22 Desember 1990.
Museum sendiri dalam runtutan etimologinya berasal dari kata bahasa Latin musee, atau musea, yang artinya ilmu pengetahuan, cahaya yang menerangi serta kekayaan kepada kehidupan. Sejalan dengan perkembangan bahasa, arti kata
Museum berubah menjadi kata benda yang lebih konkret, yaitu gedung penyimpanan benda – benda yang bernilai untuk menambah
dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Benda – benda yang ditampilkan di dalam
Museum tidak diperjual belikan, demikian juga dengan karya – karya
Seni yang ditampilkan di dalam
Museum Rudana. Selain itu, sejalan dengan visi Nyoman
Rudana sebagai pendiri untuk mendedikasikan
Museum Rudana untuk dinikmati khalayak berbagai kalangan,
Museum Rudana merupakan suatu institusi non profit.
Museum Rudana terdiri dari tiga lantai dengan memegang teguh arsitektur serta filosofi Bali. Ruangan
Museum dibangun berlantai 3 dimana disesuaikan dengan konsep Triangga, tiga bagian dari tubuh manusia, yaitu kepala, badan serta anggota gerak; Tri Mandalla, tiga pembagian halaman, jeroan, jaba tengah
dan jaba sisi, atau halaman dalam, tengah
dan luar; Tri Loka, konsep alam semesta yang terbagi atas bhur, bwah, swah atau alam bawah, menengah
dan atas. Keseluruhnya konsep ini, yang dihubungkan dengan pengembangan
Seni budaya di Bali merupakan gambaran proses regenerasi dari waktu ke waktu yang lekang oleh zaman. Konsep filosofis ini, jika dikaitkan dengan perkembangan
Seni rupa, mencerminkan regenerasi seniman itu sendiri, dari masa silam sampai masa kini, bagaikan rangkaian benang emas yang tak terputus. Tampak luar
Museum Rudana sendiri mencerminkan bendera merah putih, dilambangkan dengan dinding bata merah
dan batu paras putih.
Berlokasi strategis di tengah lintas Ubud, Gianyar danDenpasar,
Museum Rudana menjadi destinasi wisatawan pada masa sekarang ini, terlebih dengan semakin kondusifnya perkembangan dunia senirupa Indonesia.
Berlogo sama dengan
Rudana Fine Art Gallery, yaitu Rama, sang ksatria dalam cerita Ramayana yang sedang menarik anak panahnya, yang melambangkan cinta sejatinya kepada Sinta. Sinta dilambangkan sebagai umat manusia, anak- anak Ibu Pertiwi. Di sini Nyoman
Rudana secara simbolis mempersembahkan
Museum Rudana untuk Indonesia, dalam skala mikro serta masyarakat dunia dalam skala makro, sebagai sarana belajar bagi bangsa Indonesia dalam memahami
dan mengagumi karya bangsanya sendiri, termasuk karya- karya
Seni agung para seniman pada masa lampau. Sedangkan bagi penikmat
Seni manca negara,
Museum Rudana merupakan jembatan yang memberikan benang merah antara sejarah
Seni rupa Indonesia pada masa lampau dengan
Seni rupa modern. Selain itu kesamaan logo tsb dimaksudkan bahwa
Rudana Fine Art Gallery
dan Museum Rudana merupakan kesatuan yang tak terpisahkan.
Karya Seni yang Ditampilkan
Berbagai karya
Seni lukis
dan Seni patung dipamerkan dalam
Museum ini, baik karya seniman Bali, seniman Indonesia di luar Bali maupun seniman asing. Penataan karya seninya selalu diupayakan agar mencerminkan nilai- nilai tata ruang, nilai estetis yang harmonis
dan selaras dengan konsep filosofi Bali. Karya
Seni lukis Bali klasik dipajang di lantai atas. Di sekelilingnya dipajang lukisan traditional Bali yang meliputi gaya Ubud, gaya Batuan, seperti misalnya karya- karya I Gusti Nyoman Lempad (almarhum), I Gusti Ketut Kobot, Ida Bagus Made, Wayan Bendi, Wayan Jujul
dan lain sebagainya.
Di lantai tengah
dan bawah dipajang karya
Seni lukis modern Indonesia seperti lukisan: Affandi (almarhum), Basuki Abdullah (almarhum), Soepono (almarhum), Dullah, Fadjar Sidik, Abas Alibasah, Srihadi Soedarsono, Roedyat, Kartika Affandi, Nyoman Gunarsa, Made Wianta, Made Budhiana, Wayan Darmika
dan lain – lain.
Museum ini juga menampilkan karya – karya pelukis asing yang bermukim di Bali, seperti Antonio Blanco (Spanyol), Yuri Gorbachev (Rusia), Jafar Islah(Kuwait), serta Iyama Tadayuki (Jepang).
Acara pembukaan
Museum Rudana dilakukan pada tanggal 11 Agustus 1995 sebagai bagian dari peringatan 50 Tahun Indonesia Merdeka. Presiden Soeharto meresmikannya dengan penandatanganan prasasti pada tanggal 26 Desember 1995. Sejak tahun 2004, sejalan dengan tugsnya sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)mewakili Propinsi Bali, Nyoman
Rudana menyerahkan tongkat estafet kepada putra sulungnya Putu Supadma
Rudana, MBA sebagai CEO dari
Museum Rudana, sedangkan
Rudana sendiri bereran sebagai Komisaris.
Museum Rudana merupakan puncak perwujudan impian Nyoman
Rudana dalam bidang
Seni, yang dipersembahkan untuk rakyat Indonesia, negara serta simbol persaudaraan antara manusia di manapun berada. Proses pencapaian diibaratkannya sebagai proses kehidupan manusia itu sendiri, dari bayi, anak, sampai tumbuh menjadi manusia dewasa.
Museum Rudana, dengan koleksi lebih dari 400 lukisan
dan patung, merupakan saksi sejarah perkembangan senirupa khususnya
Seni lukis di Indonesia.
Dalam perjalanannya,
Museum Rudana memposisikan diri sebagai high end
Museum, yang dikunjungi oleh para tamu VIP dari berbagai Negara, seperti Presiden Cina Jiang Zemin tahun 1995, Presiden Hungaria, Bulgaria, Pakistan, mantan Presiden Amerika Jimmy Carter, Delegasi Dewan Rakyat Cina tahun 2005
dan lain – lain. Selain itu
Museum Rudana rutin menggelar pameran baik yang dikaitkan dengan Hari Ulang Tahun nya di bulan Agustus yang selalu dikaitkan dengan HUT Kemerdekaan RI, maupun pameran – pameran lain dengan bekerjasama dengan seniman di Bali, luar Bali maupun seniman luar negeri.
Aktivitas Pameran
Sebagai upaya memperkenalkan
Seni budaya Indonesia di manca negara, khsususnya
Seni lukis Indonesia, melalui
Rudana Fine Art Gallery, Nyoman
Rudana untuk pertama kalinya menggelar pameran lukisan besar di Jerman Barat (Dusseldorf, Sigbourg) serta di Berlin Barat
dan Italia (Roma, Milano, Bergamo) pada bulan Agustus sampai Oktober 1981. Pada tahun 1991,
Rudana bergabung ke dalam road show The Great Indonesian Exhibition yang diselenggarakan oleh KIAS (Kesenian Indonesia – Amerika Serikat) secara marathon di enam Negara Bagian yang berbeda di Amerika Serikat.
Setelah
Museum Rudana berdiri, maka Nyoman
Rudana membawa bendera
Museum Rudana mengadakan pameran lukisan di Kuwaittanggal 14 – 24 Februari 1997: Indonesian Arts of Bali Exhibition di Kuwait National Council for Culture, Art and Letters, Kuwait City, menampilkan koleksi lukisan
Museum Rudana. Setahun berikutnya, 14 Nopember – 11 Desember 1998 kembali
Museum Rudana berpameran di Kuwait mengusung tema Seven Indonesian Figurative Artists Exhibition dengan menampilkan pelukis Widayat,Sudarso, Mohammed, Erica Hestu Wahyuni, I Wayan Darmika, I Wayan Bendi,Abas Alibasah. Pameran diselenggarakan di Kuwait City, dalam rangkaian acara The Annual Qurain Festival.
Hal ini menunjukkan bahwa
Seni melampaui batas – batas negara serta agama, dimana seorang
Rudana yang beragama Hindu, diterima dengan baik oleh Emir Kuwait
dan karya – karya lukis yang berobjek manusia
dan alam yang dipamerkannya akhirnya menjadi trend setter dalam dunia
Seni lukis di Kuwait, mengingat kala itu, hanya lukisan kaligrafilah yang mendominasi dunia
Seni lukis di kawasan Timur Tengah.
Selanjutnya pada tahun 2000,
Museum Rudana dan Rudana Fine Art Gallery berpameran di Roma, Italia,
dan beberapa bulan kemudian, Nyoman
Rudana kembali diundang ke Italia oleh pemerintah Italia untuk menerima penghargaan L’albero dell’umanita Award atau penghargaan Pohon Perdamaian.
Museum Rudana melakukan perhelatan pameran besar pada tahun 2007 dalam rangka ulang tahunnya yang ke -12, yang diselenggarakan tanggal 16 Agustus – 1 Januari 2008 Pameran bertajuk Modern Indonesian Masters ini menampilkan karya lukis dari delapan orang maestro
Seni lukis modern Indonesia serta para Masters in waiting (calon maestro), yaitu: Srihadi Soedarsono, Nyoman Gunarsa, Made Wianta, Sunaryo Sutono, Nyoman Erawan, Made Budiana, Made Djirna, Wayan Darmika. Di samping pameran lukisan, diselenggarakan pula pameran fotografi tanggal 16 – 31 Agustus 2007, bertajuk ‘KEDAMAIAN’ . Ini merupakan sebuah proyek
Seni fotografi yang melibatkan tiga seniman di tiga benua, yaitu Mohammad Bundhowi (Indonesia), Anna Niblic Heggie (Australia), Sandra Phillips (Kanada).
KSATRIA Seni AWARD - Penghargaan Bagi Seniman Indonesia
Nyoman
Rudana menciptakan Ksatria
Seni Award pada tahun 1999 sebagai wujud darma baktinya kepada para seniman Indonesia yang sudah memberi dukungan penuh kepadanya sehingga mampu mewujudkan cita – citanya dalam mendirikan
Museum Rudana dan membesarkan
Rudana Fine Art Gallery serta Genta Fine Art Gallery. Ide dasar penghargaan ini berasal dari cerita Ramayana,dengan menarik benang merah dari logo
Rudana Fine Art Gallery
dan Museum Rudana. Nyoman
Rudana memilih anak panah Rama, sang ksatria, sebagai logo dari penghargaan
Seni ini. Anak panah ini melambangkan cinta Rama kepada Sinta istrinya, dimana Sinta merupakan gambaran dari Ibu Pertiwi. Ksatria
Seni Award diberikan empat tahun sekali kepada individu,serta institusi yang dianggap berjasa dalam mengembangkan
Seni rupa di Indonesia. Selain itu kedamaian serta kemakmuran, berdasarkan toleransi
dan harmonisasi antara manusia dengan Tuhannya, dengan sesamanya serta dengan alam sekitarnya, atau Tat Wam Asi, serta pembebasan dari hal – hal keduniawian atau Moksa Tam Jagat Dhitam, juga tercermin dalam desain penghargaan ini.
Penghargaan ini diberikan pertama kali pada 26 Desember 1999 antara lain kepada para almarhum / almarhumah Soekarno, Presiden pertama RI, ibu Hj.Siti Hartinah Soeharto, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, mantan gubernur Bali tahun 1978-1988 yang berjasa dalampelestarian budaya Bali,
dan I Gusti Ketut Kobot, pelukis legendaris tradisional Bali. Sedangkan penghargaan kedua diberikan pada tanggal 8 Agustus 2004, kepada Srihadi Soedarsono, Nyoman Gunarsa, Made Wianta serta pelukis Malaysia yang bermukim di Bali, Mrs. Kumari Nahappan atas sumbangsihnya terhadap dunia
Seni lukis
dan Seni rupa Indonesia.
Kerja sama
Museum Rudana telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak melalui pelibatan masyarakat
dan seniman ke dalam aktivitas
Museum, serta menjalin hubungan baik dengan sesama
Museum khususnya di Bali.
Museum Rudana telah menjadi anggota HIMUSBA (Himpunan
Museum Bali). Nyoman
Rudana merupakan salah satu penggagasnya
dan saat ini menjabat sebagai anggota Dewan Penasehat HIMUSBA sedangkan Putu Supadma
Rudana, MBA menjadi Ketua III.
Dalam visinya untuk selalu menjadi yang terdepan dalam kancah senirupa Indonesia serta menjadikan dirinya sejajar dengan
Museum-
Museum besar di dunia,
Museum Rudana terus menerus menjalin network dengan berbagai institusi
Museum internasional, terlebih melihat posisi Bali, sebagai salah satu sentra pariwisata di Asia tenggara, berpotensi menjadi satu titik jaringan
Museum di dunia.
Sumber
^ a b c Arifa, Siti (18 Desember 2023). "
Museum Rudana, Surganya Penikmat
Seni Lukis Di Bali". validnews.id. Diakses tanggal 2024-05-17.
^ a b c "
Museum Rudana &
Rudana Fine Art Gallery, Tempat Patung
dan Lukisan Seniman Bali". kumparan. Diakses tanggal 2024-05-15.
^ a b "
Museum Rudana". asosiasimuseumindonesia.org. Diakses tanggal 2024-05-19.
^ "
Museum Rudana - Sistem Registrasi Nasional
Museum". Sistem Registrasi Nasional
Museum Kemdikbud (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-16.
^ a b c "
Museum Rudana - Fine Art Gallery,
Museum of Painting located at Ubud Bali". www.museumrudana.org. Diakses tanggal 2024-05-16.
^ Afrillia, Dian. "
Museum Rudana, Tempat Menikmati Karya
Seni dengan Pemandangan Alam di Ubud". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 2024-05-15.
^ "
Museum Rudana &
Rudana Fine Art Gallery".
Museum.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-19.
^ "Dharma
Museum" (PDF). Musea: Buletin
Seni dan Budaya. 1: 11. 2007.
Pranala luar
(Indonesia) Situs web
Museum Rudana
Museum Rudana Bali on Online-news 7 Feb07 Diarsipkan 2011-07-07 di Wayback Machine.
Museum Rudana on Bali Discovery.com
Ubud News, 28 Agustus 2004
Rudana Celebrates with Nahappan
Bali Discovery Tours 8 Oct 2007 Modern Indonesian Masters: 8 Senior Indonesian Artists Celebrate the 12th Anniversary of Ubud's
Museum Rudana in a Joint Exhibition. 17 Maestro
Seni Berpameran di
Museum Rudana
Bali and Beyond August 2007 (advertorial ) -
Museum Rudana Presents "Modern Indonesian Masters" Diarsipkan 2009-03-07 di Wayback Machine.
Bali Pos 30 April 2008 Ide Brilian Putu Supadma
Rudana MBA - Mengangkat Tari Joged ke Pentas Dunia Diarsipkan 2008-05-03 di Wayback Machine.
Tutsugi.com 28 April 2008, Pariwisata-Budaya Bersinergi di
Museum Rudana Diarsipkan 2008-06-02 di Wayback Machine.
Wisatanet.com 5 January 2008 -Menbudpar Kunjungi
Museum Rudana di Peliatan Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine.