Zona Eksklusi
Chornobyl berhasil diduduki oleh Angkatan Bersenjata Rusia sejak hari pertama invasi tanggal 24 Februari dalam peristiwa Invasi Rusia ke Ukraina 2022. Pasukan Rusia memasuki wilayah Ukraina dari negara Belarusia yang bersebelahan dengan Ukraina dan berhasil merebut seluruh wilayah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Chornobyl pada akhir hari. Pada 7 Maret, dilaporkan bahwa terdapat sekitar 300 orang (100 pekerja dan 200 penjaga keamanan) yang terjebak tidak dapat keluar dari area pembangkit listrik tersebut sejak diduduki pasukan Rusia. Pada 31 Maret, dilaporkan juga bahwa sebagian besar pasukan Rusia yang menduduki area pembangkit listrik, telah ditarik untuk fokus pada operasi-operasi di Ukraina Timur karena operasi di Kyiv telah ditinggalkan.
Latar belakang
Bencana Chernobyl yang terjadi pada 1986, telah melepaskan sejumlah besar materi radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Chornobyl ke lingkungan di sekitarnya. Wilayah dalam radius 30 kilometer dari reaktor yang meledak, dievakuasi dan ditutup oleh otoritas Soviet. Kawasan ini kemudian diresmikan dan disebut sebagai Zona Eksklusi
Chornobyl, yang batas-batas wilayahnya berubah dari waktu ke waktu. Wilayah ini kemudian menjadi bagian dari Ukraina dalam peristiwa pembubaran Uni Soviet, kemudian dikelola oleh Layanan Darurat Negara Ukraina.
Chornobyl berjarak sekitar 130 kilometer di bagian utara Kyiv. Melalui jalan regional P02 yang menghubungkan
Chornobyl dan Kyiv. Jalan ini berada dalam kondisi relatif baik, sehingga membuat koridor strategis langsung ke Kyiv yang dapat dieksploitasi oleh pasukan Rusia untuk merebut ibu kota. Zona ekslusi tepat berada di perbatasan negara Belarusia yang merupakan sekutu Rusia, yang mengizinkan pengembangan militer di wilayahnya. Pada 16 Februari 2022, citra satelit menunjukkan pasukan Rusia membangun jembatan ponton di atas sungai, di sisi zona eksklusi Belarusia, Cagar Radioekologi Negara Bagian Polesie.
Pada 24 Februari 2022, pergantian shift yang dijadwalkan untuk para pekerja di pembangkit listrik, dibatalkan. Kemudian mereka diinformasikan bahwa Rusia telah melancarkan invasi penuh ke Ukraina dan pembangkit tersebut berada dalam kondisi dengan tingkat kewaspadaan tinggi. Pada saat itu, terdapat sekitar 300 orang yang berada dalam area zona eksklusi, termasuk staf nuklir, staf medis, petugas pemadam kebakaran, 169 tentara Garda Nasional Ukraina dan empat orang turis.
Beberapa jam kemudian, pasukan Rusia yang ditempatkan di Belarus berhasil memasuki ke zona eksklusi melalui desa Vilcha. Pukul 14.00, mereka sudah mencapai kantor administrasi utama pembangkit listrik. Kemudian pada jam-jam berikutnya, komandan Garda Nasional dan staf administrasi merundingkan penyerahan diri dengan pasukan Rusia, lalu pemerintah Ukraina secara terbuka mengumumkan bahwa pasukan Rusia telah melancarkan serangan ke Zona Eksklusi
Chornobyl.
Pada akhir hari, pemerintah Ukraina mengumumkan bahwa pasukan Rusia telah merebut
Chornobyl dan Pripyat. Menyusul perebutan zona eksklusi oleh Rusia tersebut, pemerintah Amerika kemudian mengumumkan, "laporan-laporan yang dapat dipercaya bahwa tentara Rusia saat ini menyandera staf fasilitas
Chornobyl".
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan "tidak ada korban atau kerusakan pada kawasan industri". Kemudian Rusia melaporkan bahwa mereka "bekerja dengan Ukraina untuk mengamankan" situs tersebut.
Staff yang telah bekerja ketika pembangkit listrik diduduki, tidak dapat keluar selama
Pendudukan Rusia dan terus menjaga operasional pembangkit listrik tersebut. Pasukan Rusia meminta staff agar dapat diwawancarai oleh saluran TV milik Kementerian Pertahanan, Zvezda. Namun beberapa permintaan tersebut ditolak. Pasukan Rusia mendirikan sejumlah pos keamanan di seluruh kawasan dan mengawasi seluruh staf dengan penjagaan ketat.
Pada 9 Maret 2022, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan bahwa, terdapat kerusakan pada catu daya PLTN
Chornobyl sehingga kehilangan pasokan listrik. Ketersediaan bahan bakar bagi sistem cadangan generator diesel, hanya cukup untuk mendukung operasi pendinginan selama 48 jam, sehingga terdapat bahaya kebocoran radiasi. Hal ini tidak dapat dipastikan Risikonya, tetapi operasi militer Rusia telah menyebabkan terjadinya risiko nuklir ketika mereka mengakibatkan kebakaran dalam proses pengambilalihan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, mengklaim bahwa Garda Nasional Rusia menjalankan "operasi bersama" dengan pekerja lokal dan melepaskan tentara Ukraina dalam mempertahankan operasi di PLTN
Chornobyl.
IAEA merilis pernyataan yang menyatakan keprihatinannya tentang situasi tersebut, tetapi menganggap bahwa terputusnya aliran listrik tidak menimbulkan risiko kritis langsung terhadap operasi, mengingat volume air yang banyak, memungkinkan pendinginan yang cukup tanpa aliran listrik. Namun demikian, IAEA mengakui bahwa kekurangan pasokan listrik cenderung memperburuk keamanan tingkat radiasi, khususnya melalui peningkatan beban kerja dan tekanan pada 210 personel yang bekerja tanpa adanya pergantian shift di lokasi tersebut. IAEA juga menyatakan keprihatinannya tentang gangguan telekomunikasi dan kapasitas personel untuk dapat membuat keputusan tanpa tekanan yang tidak semestinya. Kemudian pada 10 Maret 2022, dilaporkan semua kontak terputus.
Pada 18 Maret, pasukan Rusia menyerang Slavutich, kota yang dibangun untuk menampung para pekerja di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Chornobyl setelah bencana. Pertempuran ini berlangsung selama sembilan hari, dengan kemenangan berada dipihak Rusia. Kemudian pada 20 Maret, pasukan Rusia mengizinkan beberapa staf pembangkit listrik untuk pulang dan kembali ke rumah, dalam rangka pertukaran dengan staf sukarelawan yang berada di luar pembangkit, ketika mereka ditangkap untuk menggantikan posisi mereka.
Potensi paparan radiasi
Reuters melaporkan bahwa pasukan Rusia menggunakan Hutan Merah sebagai rute konvoi mereka, sehingga menimbulkan awan debu radioaktif. Para pekerja lokal mengutarakan bahwa tentara Rusia yang bergerak dalam konvoi tersebut, tidak menggunakan pakaian pelindung dan berpotensi membahayakan diri mereka sendiri. Pada tanggal 31 Maret 2022, seorang anggota dewan dari Badan Negara Ukraina untuk Manajemen Zona Eksklusi, membuat pernyataan di halaman Facebook dan mengklaim bahwa pasukan Rusia dikeluarkan secara teratur dari zona eksklusi di sekitar
Chornobyl dan dibawa ke Republican Scientific and Practical Center for Radiation Medicine and Human Ecology di Gomel, Belarusia. Desas-desus ini menimbulkan spekulasi lebih lanjut di kalangan pers bahwa para tentara menderita sindrom radiasi akut. Seorang tentara Rusia dilaporkan tewas akibat radiasi. Kemudian pada 6 April, gambar dan video parit, lubang perlindungan dan struktur-struktur pertahanan lainnya di Hutan Merah, muncul di internet dan berita-berita.
Para pekerja dan ilmuwan lokal mengatakan pasukan Rusia menjarah bahan radioaktif dari laboratorium.
Penarikan pasukan Rusia
Pada 29 Maret, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin, mengumumkan penarikan pasukan Rusia dari wilayah Kyiv, lalu pada 1 April, Badan Negara untuk Pengelolaan Zona Eksklusi mengumumkan bahwa pasukan Rusia telah ditarik mundur sepenuhnya dari PLTN
Chornobyl.
Menyusul penarikan mundur pasukan Rusia, staf di pembangkit listrik kembali mengibarkan bendera Ukraina ke atas pembangkit. Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi, mengumumkan bahwa IAEA akan mengirimkan misi dukungan ke kawasan pembangkit "sesegera mungkin". Kemudian setelahnya, pasukan Ukraina kembali memasuki kawasan Zona Eksklusi pada 3 April.
Menyusul kembalinya kendali Ukraina atas kawasan pembangkit, dicatat kerusakan signifikan pada bagian-bagian kantor fasilitas nuklir tersebut, termasuk grafiti dan jendela-jendela yang pecah. The Washington Post selanjutnya memperkirakan bahwa peralatan senilai sekitar 135 juta dolar AS telah dihancurkan, yakni komputer, kendaraan dan dosimeter radiasi.
Reaksi
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, menyebut bahwa perebutan Zona Ekslusi tersebut oleh Rusia, sebagai tindakan "deklarasi perang terhadap seluruh Eropa".
Mengutip pernyataan Mykhailo Podolyak, penasihat kepala Kantor Presiden Ukraina, bahwa hal tersebut adalah "serangan yang sama sekali tidak berguna" dan "tidak diketahui bagaimana kondisi bekas PLTN
Chornobyl, kubah pengaman dan fasilitas penyimpanan limbah nuklir". Badan Energi Atom Internasional menyatakan bahwa "tidak ada korban jiwa atau kehancuran di situs pembangkit" tetapi "sangat penting bahwa operasi fasilitas nuklir yang aman dan terjamin di zona tersebut tidak boleh terpengaruh atau terganggu dengan cara apa pun".
Analisis
Dalam gambaran yang lebih luas dari serangan Kyiv, penaklukan
Chornobyl dapat dianggap sebagai jalan masuk bagi pasukan Rusia yang bergerak maju menuju Kyiv. Ben Hodges, mantan panglima Angkatan Darat Amerika Serikat Eropa (United States Army Europe), menyatakan bahwa Zona Eksklusi tersebut adalah "penting karena lokasi keberadaannya... Jika pasukan Rusia menyerang Kyiv dari utara,
Chornobyl ada di sana." Mantan Deputi Asisten Menteri Pertahanan Amerika untuk Rusia, Ukraina dan Eurasia Evelyn Farkas, mengatakan bahwa pasukan Rusia "ingin mengepung ibu kota" dan mereka "pasti tidak ingin material nuklir beterbangan" jika terjadi kekacauan di Ukraina.
Zona eksklusi penting untuk membatasi dampak dari bencana nuklir
Chornobyl tahun 1986. Dengan demikian, penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Anton Herashchenko, mengatakan bahwa "jika serangan artileri dari penyerang menghantam fasilitas penyimpanan limbah nuklir, debu radioaktif dapat menutupi wilayah Ukraina, Belarusia dan negara-negara Uni Eropa". Menurut BBC News, stasiun pemantauan di daerah tersebut melaporkan peningkatan tingkat radiasi 20 kali lipat, hingga 65 μSv/j. Sebagai perbandingan, jika rata-rata orang terpapar 0,41 dari radiasi alam. Maka pada tingkat 65 μSv/j akan memerlukan lebih dari satu bulan paparan secara kontinu, untuk memenuhi batas paparan tahunan konservatif untuk pekerja radiasi AS. Hal ini tidak memperhitungkan partikel radioaktif yang terhirup atau tertelan, yang akan meningkatkan tingkat paparan radioaktif. Claire Corkhill dari Universitas Sheffield menyatakan bahwa peningkatan tersebut, terlokalisasi dan sebagian disebabkan oleh "peningkatan pergerakan orang dan kendaraan, di dalam dan sekitar zona
Chornobyl, akan menimbulkan debu radioaktif yang ada di permukaan tanah".
Referensi