Perjanjian Gencatan Senjata Korea adalah
Gencatan Senjata yang mengakhiri Perang
Korea.
Perjanjian ini ditandatangani oleh Letnan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat William Harrison, Jr. mewakili Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jenderal
Korea Utara Nam Il mewakili Tentara Rakyat
Korea, dan Tentara Sukarelawan Rakyat Tiongkok.
Perjanjian Gencatan Senjata ditandatangani pada tanggal 27 Juli 1953, dan dirancang untuk "memastikan penghentian menyeluruh permusuhan dan segala tindakan pasukan bersenjata di
Korea sampai sebuah penyelesaian damai akhir tercapai. Belum ada "penyelesaian damai akhir" yang telah dicapai.
Gencatan Senjata yang ditandatangani tersebut membentuk Zona Demiliterisasi
Korea (sebuah perbatasan baru antara kedua negara secara de facto ), pemberlakuan
Gencatan Senjata, dan pemulangan akhir tawanan perang. Zona Demiliterisasi berada tidak jauh dari paralel 38, yang memisahkan
Korea Utara dan Selatan sebelum perang.
Latar belakang
Pada pertengahan Desember 1950, Amerika Serikat membahas persyaratan bagi sebuah
Perjanjian untuk mengakhiri Perang
Korea.
Perjanjian yang diinginkan akan mengakhiri pertempuran, memberikan jaminan terhadap permulaan kembali, dan melindungi keamanan masa depan pasukan PBB. Amerika Serikat memutuskan perlunya sebuah komisi
Gencatan Senjata militer dari keanggotaan campuran yang akan mengawasi semua
Perjanjian. Kedua belah pihak perlu untuk menyetujui "pemberhentian masuknya ke
Korea semua tambahan kekuatan unit atau personel udara, darat, atau laut...dan untuk mencegah peningkatan tingkat peralatan dan material perang yang ada di
Korea." Amerika Serikat juga menginginkan untuk membuat sebuah zona demiliterisasi yang akan memiliki lebar sekitar 20 mil.
Perjanjian tersebut akan mengatasi masalah tawanan perang yang Amerika Serikat yakini harus dilakukan pertukaran atas dasar "satu-untuk-satu".
Sementara pembicaraan untuk kemungkinan
Perjanjian Gencatan Senjata bergulir, pada akhir Mei dan awal Juni 1951, Presiden Republik
Korea (
Korea Selatan), Syngman Rhee menentang perundingan damai. Dia percaya Republik
Korea harus terus memperbesar jumlah tentaranya untuk melakukan mars sepanjang jalan menuju Sungai Yalu dan mempersatukan negara secara tuntas. PBB tidak mendukung posisi Rhee. Meski tanpa dukungan PBB, Rhee dan pemerintah
Korea Selatan melancarkan upaya besar-besaran untuk memobilisasi masyarakat untuk menolak setiap penghentian pertempuran dekat Sungai Yalu. Pejabat Republik
Korea lainnya mendukung ambisi Rhee dan Majelis Nasional Republik
Korea dengan suara bulat mengeluarkan resolusi mendukung pertempuran lanjutan untuk sebuah "negara merdeka dan bersatu". Namun, pada akhir Juni, Majelis memutuskan untuk mendukung perundingan
Gencatan Senjata, meskipun Presiden Rhee tetap menentangnya.
Seperti halnya Syngman Rhee, pemimpin
Korea Utara Kim Il-sung juga mencari unifikasi menyeluruh. Pihak
Korea Utara lambat untuk mendukung perundingan
Gencatan Senjata dan baru pada tanggal 27 Juni 1951 – tujuh belas hari setelah perundingan
Gencatan Senjata dimulai – melakukan perubahan slogannya dari "mendorong musuh ke laut" menjadi "mendorong musuh ke paralel 38."
Korea Utara ditekan untuk mendukung perundingan
Gencatan Senjata oleh sekutunya, Tiongkok dan Uni Soviet, dimana dengan dukungan mereka memungkinkan
Korea Utara untuk terus bertempur.
Referensi
Bibliografi
Agov, Avram (2013). "North
Korea's Alliances and the Unfinished Korean War" (PDF). The Journal of Korean Studies. Lanham: Rowman & Littlefield: 225–262. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2016-11-22.
Catchpole, Brian (2000), The Korean War, London: Constance & Roninson, ISBN 1-84119-413-1
Mount, Graeme S; Laferriere, André (April 1, 2004), The Diplomacy of War: The Case of
Korea, Black Rose Books, ISBN 978-1-55164239-0 .
Stokesbury, James L (August 1988), A Short History of the Korean War (edisi ke-1st), William Morrow & Co, ISBN 978-0-68806377-1 .
Stueck, William Whitney (1995), The Korean War: An International History, Princeton: Princeton University Press, ISBN 0-69103767-1 .
Watry, David M. Diplomacy at the Brink: Eisenhower, Churchill, and Eden in the Cold War. Baton Rouge: Louisiana State University Press, 2014.