Tamna adalah sebuah kerajaan yang pernah ada di Pulau Jeju dari zaman kuno hingga dicaplok oleh Dinasti Joseon pada tahun 1404, setelah lama menjadi negara bagian atau wilayah administrasi otonom dari berbagai kerajaan yang berpusat di Semenanjung Korea dan Tiongkok. Kaum Go (Jeju) adalah nama keluarga tuan (Seongju, 성주, 星主), yang memerintah
Tamna Barat selama 400 tahun. Kaum Moon (Nampyeong) adalah nama keluarga Pangeran (Wangja, 왕자, 王子), yang memerintah
Tamna Timur selama 400 tahun.
Nama
Kerajaan
Tamna juga terkadang dikenal sebagai Tangna (탕나), Seomna (섬나), dan Tammora (탐모라). Semua nama ini berarti "negeri pulau".
Sejarah
= Kisah pendirian
=
Tidak ada catatan sejarah yang ditemukan tentang pendirian atau sejarah awal
Tamna. Salah satu legenda menceritakan bahwa tiga dewa pendiri negara, yaitu Go (고), Yang (양), dan Bu (부), muncul dari tiga lubang di tanah pada abad ke-24 SM. Lubang itu, dikenal sebagai Samseonghyeol (삼성혈), masih dipertahankan di Kota Jeju.
Menurut legenda, setelah Yang Eulna (양을나/楊乙那) datang ke Pulau Jeju, sebuah kotak terdampar di tepi pulau. Yang Ul-la mencari di dalam kotak dan menemukan tiga wanita, kuda, sapi, dan benih pertanian seperti beras, jagung, serealia, jawawut, biji-bijian lainnya, dan bambu. Dari permulaan ini, ketiga pria itu mendirikan kerajaan
Tamna. Dia dianggap sebagai leluhur legendaris Yang Tang, pendiri kaum Jeju Yang.
= Catatan sejarah dan arkeologi
=
Bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang
Tamna terlibat dalam perdagangan aktif dengan bangsa Korea, Tionghoa dan Yayoi, orang-orang Asia Tenggara, dengan dinasti Tamil Chola sejak abad ke-1 M. Rujukan sejarah pertama untuk kerajaan ini mungkin datang pada abad ke-3 Masehi, dalam sebuah kitab babad berbahasa Tionghoa zaman Tiga Negara berjudul Sanguozhi. Kitab tersebut melaporkan orang-orang aneh yang tinggal di sebuah pulau besar dekat Korea, yang disebut 州胡 (Juho dalam bahasa Korea atau tɕu-ga dalam bahasa Tionghoa Han Akhir) secara harfiah berarti "Pulau Biadab"). Penduduk
Tamna yang memiliki bahasa dan budaya yang khas juga berdagang dengan orang-orang Konfederasi Mahan dari Semenanjung Korea. Namun, identitas Juho dengan
Tamna telah dibantah oleh cendekiawan asal Korea Utara bernama Lee Ch'i-rin (이지린), yang mengklaim bahwa Juho adalah sebuah pulau kecil di Laut Kuning.
Tamna diucapkan Dānluó (Wade-Giles: Tan1-luo2) dalam bahasa Mandarin Baku.
Pada tahun 476, menurut Samguk Sagi,
Tamna mengadakan hubungan upeti dengan Baekje, yang menguasai Semenanjung Korea bagian barat daya karena
Tamna memberi ajudan militer dengan sejumlah uang, dan menikmati ikatan yang kuat dengan bangsa Wa dari Kepulauan Jepang. Dengan demikian itu adalah mitra alami untuk
Tamna. Saat Baekje melemah,
Tamna beralih mitra ke Silla. Pada beberapa waktu menjelang akhir Zaman Tiga Kerajaan,
Tamna secara resmi menaklukkan Silla. Silla kemudian menganugerahkan kepada ketiga pangeran
Tamna gelar yang akan mereka pegang selama sisa sejarah kerajaan: Seongju (성주, 星主), Wangja (왕자, 王子), dan Donae (도내, 都內). Beberapa sumber menunjukkan bahwa ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Munmu dari Silla pada akhir abad ke-7 Masehi.
Tamna secara singkat merebut kembali kemerdekaannya setelah jatuhnya Silla pada tahun 935. Namun, kerajaan ini kembali ditundukkan oleh Dinasti Goryeo pada tahun 938, dan secara resmi dicaplok pada tahun 1105. Namun, kerajaan mempertahankan otonomi lokal hingga tahun 1404, ketika Taejong dari Joseon menempatkan daerah ini di bawah kendali pusat yang kuat dan membawa kedaulatan
Tamna berakhir. Salah satu peristiwa menarik yang terjadi selama tahun-tahun terakhir entitas
Tamna ini adalah Pemberontakan Sambyeolcho, yang berakhir berdarah di Pulau Jeju pada tahun 1274.
Bahasa
Tamna dijelaskan dalam naskah-naskah Tiongkok pada Abad Pertengahan sebagai bahasa yang berbeda dari bahasa Mahan.
Alexander Vovin (2013) mencatat bahwa nama lama Pulau Jeju adalah tammura, yang dapat dianalisis kerabat dalam bahasa Jepang sebagai tani mura たにむら (谷村 berarti "permukiman lembah") atau tami mura たみむら (民村 berarti "permukiman rakyat").
Alexander Vovin (2014) awalnya menggolongkan bahasa ini sebagai dialek dari bahasa Jepang Kuno, bersama dengan Jepang Kuno Timur, Jepang Kuno Barat, dan Jepang Kuno Kyushu Belakangan, dia memasukkannya ke dalam kelompok Japonik Semenanjung karena alasan geografis. Bahasa ini menjadi substratum pada bahasa Jeju.
Sean Kim (2020) juga awalnya menggolongkan
Tamna sebagai bahasa Koreanik. Namun, dia berubah pikiran dan menggolongkan
Tamna sebagai dialek dari bahasa Jepang Kuno. Dia berpendapat bahwa bahasa itu muncul pada abad keenam, kemudian mati pada abad kelima belas (digantikan oleh bahasa Korea Pertengahan), ketika kerajaan
Tamna sepenuhnya dicaplok oleh Korea di bawah Dinasti Joseon.
Referensi
= Catatan kaki
=
= Daftar pustaka
=