Tanjungpinang atau sering juga ditulis Tanjung Pinang adalah ibu
Kota dari provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.
Kota ini terletak di Pulau Bintan dan beberapa pulau kecil seperti Pulau Dompak dan Pulau Penyengat, dengan koordinat 0º5' LU dan 104º27' BT.
Kota Tanjungpinang dahulunya adalah pusat pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga. Sebelum dimekarkan menjadi
Kota otonom,
Tanjungpinang adalah ibu
Kota Kabupaten Kepulauan Riau (sekarang Kabupaten Bintan).
Kota ini juga awalnya adalah ibu
Kota Provinsi Riau (meliputi Riau daratan dan kepulauan) sebelum dipindahkan ke
Kota Pekanbaru.
Kota ini memiliki beberapa tempat pariwisata, seperti Pulau Penyengat yang hanya berjarak kurang lebih 2 mil dari Pelabuhan Sri Bintan Pura, Pantai Trikora dengan pasir putih, terletak kurang lebih 65 km dari
Kota, dan pantai buatan yaitu Tepi Laut di garis pantai pusat
Kota.
Pelabuhan Laut
Tanjungpinang di Sri Bintan Pura memiliki kapal-kapal jenis feri dan feri cepat (speedboat) untuk akses domestik ke pulau Batam dan pulau-pulau lain seperti Kepulauan Karimun dan Kundur, serta
Kota-
Kota lain di Riau. Pelabuhan ini juga merupakan akses internasional ke Malaysia dan Singapura.
Geografi
Kota Tanjungpinang berada di Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau dengan letak geografis berada pada 0°51' sampai dengan 0°59' Lintang Utara dan 104°23' sampai dengan 104°34' Bujur Timur. Wilayah
Kota Tanjungpinang memiliki luas wilayah sekitar 239, 5 kilometer persegi dan sebagiannya merupakan wilayah perairan laut. Sebagian wilayah
Tanjungpinang merupakan dataran rendah, kawasan rawa bakau, dan sebagian lain merupakan perbukitan, sehingga lahan
Kota sangat bervariasi dan berkontur.
= Batas wilayah
=
Wilayah
Kota Tanjungpinang berbatasan dengan beberapa wilayah administratif, yaitu:
= Iklim
=
Kota Tanjungpinang maupun Pulau Bintan keseluruhan beriklim tropis dengan temperatur 23 °C – 34 °C. Tekanan udaranya berkisar antara 1.010,2 mbs dan 1.013,7 mbs. Secara resmi, wilayah
Kota Tanjungpinang tidak memiliki musim kemarau dan musim penghujan. Dalam arti lain, wilayah ini tidak mempunyai perbedaan musim yang mencolok di daerah ini. Dengan demikian, hujan dapat turun sepanjang tahun. Namun setiap akhir sampai dengan awal tahun terjadi "Angin Utara" yang sangat berbahaya dengan gelombang yang sangat kuat.
Sejarah
Berdasarkan Sulalatus Salatin,
Tanjungpinang merupakan bagian dari Kerajaan Malaka. Setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugal, Sultan Mahmud Syah menjadikan kawasan ini sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Malaka. Kemudian menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Johor, sebelum diambil alih oleh Belanda setelah mereka menundukan perlawanan Raja Haji Fisabilillah tahun 1784 di Pulau Penyengat.
Pada masa Hindia Belanda,
Tanjungpinang merupakan pusat pemerintahan Karesidenan Riouw. Kemudian di awal kemerdekaan Indonesia, menjadi ibu
Kota Provinsi Riau. Pada tahun 1957,
Tanjungpinang menjadi ibu
Kota Provinsi Riau. Namun dua tahun kemudian ibu
Kota propinsi itu dipindahkan ke Pekanbaru. Setelah itu statusnya menjadi
Kota Administratif hingga tahun 2000. Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2001, pada tanggal 21 Juni 2001 statusnya ditingkatkan menjadi
Kota Tanjungpinang. Pusat pemerintahan yang semula berada di pusat
Kota Tanjungpinang, kemudian dipindahkan ke Senggarang (bagian utara
Kota). Hal ini bertujuan untuk pemerataan pembangunan serta mengurangi kepadatan penduduk yang selama ini berpusat di
Kota Lama (bagian barat
Kota). Pada tahun 2002,
Kota Tanjungpinang kembali menjadi ibu
Kota provinsi, yakni Provinsi Kepulauan Riau.
Pemerintahan
= Daftar Wali Kota
=
Pada tahun 2002 Dra. Hj. Suryatati A. Manan terpilih sebagai wali
Kota pertama melalui pemilihan oleh DPRD
Kota Tanjungpinang. Pada tahun 2007, ia terpilih kembali untuk menjadi Wali
Kota Tanjungpinang. Kemudian pada tahun 2013, ia digantikan oleh H. Lis Darmansyah, S.H. Kemudian Wali
Kota Tanjungpinang dijabat oleh H. Syahrul, S.Pd. Syahrul meninggal dunia dan digantikan oleh Hj. Rahma, S.IP.
Keterangan
= Dewan Perwakilan
=
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD
Kota Tanjungpinang dalam dua periode terakhir.
= Kecamatan
=
Kota Tanjungpinang memiliki 4 kecamatan dan 18 kelurahan (dari total 70 kecamatan, 141 kelurahan dan 275 desa di seluruh Kepulauan Riau). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 207.933 jiwa dengan luas wilayahnya 144,56 km² dan sebaran penduduk 1.438 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di
Kota Tanjungpinang, adalah sebagai berikut:
Demografi
Suku Melayu merupakan penduduk asli dan kelompok suku bangsa terbesar di
Tanjungpinang. Disamping itu terdapat pula Suku Bugis dan Tionghoa yang sudah ratusan tahun berbaur dengan Suku Melayu dan menjadi penduduk tetap semenjak zaman Kesultanan Johor-Riau dan Residentie Riouw. Suku Bugis awalnya menetap di Kampung Bugis dan Suku Tionghoa banyak menempati Jalan Merdeka. Setelah masa kemerdekaan, suku Minang mulai mendatangi
Tanjungpinang. Di mana orang Minang sebagian besar menempati pemukiman di sekitar pasar
Bahasa yang digunakan di
Tanjungpinang adalah Bahasa Melayu. Di samping itu, banyak pula yang menggunakan Bahasa Jawa, Bahasa Minangkabau dan Bahasa Batak. Masyarakat Tionghoa sebagian menggunakan Bahasa Tiochiu dan Bahasa Hokkien dalam berkomunikasi.
Transportasi
Transportasi di
Tanjungpinang sebagian besar masih mengandalkan transportasi laut. Di
Kota ini terdapat 24 pelabuhan domestik dan satu pelabuhan internasional yaitu Pelabuhan Sri Bintan Pura. Untuk terminal angkutan
Kota, hanya ada satu yaitu Terminal Sei Carang. Sedangkan untuk pengangkutan udara,
Kota ini dilayani oleh Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah yang memiliki kapasitas 1.000.000 penumpang / tahun. Pada tahun 2014, penumpang yang datang melalui bandara ini berjumlah 135.797 penumpang, sedangkan yang berangkat sebanyak 132.735 orang.
Kesehatan
= Rumah sakit
=
Ekonomi
Pada tahun 2001, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam membangun perekonomian
Kota Tanjungpinang yaitu sebesar 35,54% kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan 15,37%, sektor bangunan 13,29%, sektor jasa-jasa 12,51%, dan sektor pengangkutan dan komunikasi 10,82%. Sedangkan sektor lainnya meliputi sektor listrik, gas, dan air bersih, keuangan, pertanian, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12,47%.
Pariwisata
Pulau Penyengat merupakan salah satu kawasan wisata di
Kota Tanjungpinang. Pulau seluas 3,5 km² ini berada di sebelah barat
Kota Tanjungpinang dan dapat ditempuh 15 menit dengan transportasi laut. Pada pulau ini terdapat banyak peninggalan lama dengan wujud bangunan yang telah dijadikan situs cagar budaya. Selain itu juga dijumpai kelenteng atau vihara di kawasan Kampung Bugis dan Kampung Senggarang yang sekaligus menjadi kawasan wisata religi. Wisata lainnya juga dapat ditemukan di Pantai Impian, Tugu Pensil, Tepi Laut, Mall Ramayana
Tanjungpinang, Bestari Mall, Bintan Indah Mall,
Tanjungpinang City Center dan sebagainya.
Pariwisata di
Kota Tanjungpinang ditunjang oleh adanya 8 hotel berbintang, 32 hotel melati, 34 rumah makan dan pusat-pusat belanja yang terdiri dari 13 supermarket serta pertokoan yang tersebar di wilayah
Kota. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebagian besar berasal dari Singapura (71,39%) dan diikuti oleh Malaysia (13,71%). Wisatawan dari luar ASEAN terutama berasal dari Tiongkok (3,31%), India (2,21%) dan Inggris (1,08%).
Kota ini juga menawarkan sajian kuliner aneka hidangan laut Melayu dan masakan Tionghoa.
Galeri
Lihat Juga
Pulau Batam
Kota Batam
Batam Raya
Referensi
Pranala luar
(Indonesia) Situs web resmi