Tidur pada hewan non manusia dapat didefinisikan sebagai keadaan fisiologis dan tingkah laku organisme yang ditandai dengan berkurangnya gerakan dan respon terhadap rangsangan dari lingkungan yang terjadi secara teratur setiap hari dan memiliki kemampuan reversibel. Kondisi yang reversibel menjadikan pembeda antara
Tidur dengan koma.
Tidur pada hewan dapat diamati dari beberapa spesies, meliputi mamalia, burung, ikan, serangga hingga
hewan dengan bentuk terkecil seperti nematoda. Siklus
Tidur pada hewan memiliki pola yang berbeda tergantung golongannya, untuk organisme diurnal (seperti manusia) memiliki pola
Tidur pada malam hari sedangkan organisme nokturnal (seperti pengerat) memiliki pola
Tidur pada siang hari. Namun
Tidur pada hewan kebanyakan berlaku untuk sebagian kecil spesies seperti mamalia dan burung.
Kinyongia tavetana, salah satu jenis bunglon kerdil Afrika, memiliki kondisi
Tidur yang hanya melibatkan perubahan
pada perilaku, tanpa adanya perubahan elektrofisiologis seperti gerakan mata, aktifitas otak seperti
pada mamalia. Sehingga dalam kondisi ini, definisi
Tidur pada hewan yang tidak memiliki sistem saraf hanya melibatkan perilaku. Para ilmuwan juga menggunakan istilah istirahat untuk mengaitkan
Tidur pada hewan invertebrata seperti reptil, amfibi dan ikan karena tidak adanya tanda-tanda elektrofisiologis yang muncul. Hingga saat ini, belum ada pembuktian yang pasti bahwa
Tidur berlaku untuk semua
hewan, namun hanya beberapa jenis
hewan.
pada serangga dan bahkan
pada hewan yang lebih sederhana seperti nematoda. Jam sirkadian internal mendorong
Tidur di malam hari untuk organisme diurnal (seperti manusia) dan di siang hari untuk organisme nokturnal (seperti
hewan pengerat). Pola
Tidur sangat bervariasi di antara spesies. Tampaknya menjadi persyaratan untuk semua mamalia dan sebagian besar
hewan lainnya.
Dampak berbahaya kekurangan
Tidur pada hewan belum jelas. Penelitian sebelumnya, menyatakan bahwa kekurangan
Tidur dapat berujung
pada kematian seperti
pada kasus tikus yang dilarang untuk
Tidur. Hal ini juga berlaku
pada lalat, kecoa yang menunjukkan gejala sindrom perifer seperti
pada tikus yang tetap terjaga. Namun, berbeda halnya
pada Merpati yang dapat tetap terjaga dalam waktu yang sangat lama. Dengan demikian, kematian yang terjadi akibat kurang
Tidur belum bisa dipastikan, karena kemungkinan adanya faktor lain seperti tekanan dan stress yang terlibat.
Referensi