Bahasa Siraya adalah sebuah
Bahasa atau kelompok dialek dari rumpun Austronesia yang pernah dipertuturkan di bagian barat daya pulau Taiwan hingga akhir abad ke-19 atau awal abad-20.
Bahasa ini merupakan satu dari dua
Bahasa penduduk asli Taiwan (selain
Bahasa Favorlang) yang digunakan oleh misionaris Belanda dalam menyebarkan agama Kristen selama pendudukan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) di wilayah Taiwan bagian barat dari tahun 1624 hingga tahun 1661.
Usaha menghidupkan kembali penggunaan
Bahasa Siraya telah dilakukan setidaknya sejak awal milenium kedua dalam berbagai bentuk.
Klasifikasi dan persebaran
Menurut Robert Blust, ahli linguistik sejarah Austronesia,
Bahasa Siraya merupakan bagian dari rumpun
Bahasa Formosa Timur yang juga mencakup, antara lain,
Bahasa Amis dan Kavalan.
Bahasa Siraya memiliki keragaman dialek yang signifikan. Berdasarkan daftar kosakata yang dikumpulkan pada akhir abad ke-19, beberapa linguis membagi
Bahasa Siraya ke dalam tiga ragam, yaitu (1) ragam
Siraya itu sendiri, (2) ragam Taivuan, dan (3) ragam Makatau. Ragam-ragam ini memiliki perbedaan yang cukup besar dan mungkin dapat diklasifikasikan sebagai tiga
Bahasa yang berbeda alih-alih dialek dari satu
Bahasa yang sama. Walaupun begitu, linguis K. Alexander Adelaar berpendapat bahwa pembagian berdasarkan daftar kosakata ini belum tentu berarti bahwa dulunya ada tiga kelompok dialek
Siraya dengan batas-batas yang jelas. Kemungkinannya, ketiga ragam ini merupakan bagian dari kesinambungan dialek yang lebih besar.
Ragam
Siraya kemungkinan dulunya dipertuturkan di wilayah pesisir Tainan, sementara ragam Taivuan dipertuturkan di daerah pedalaman Tainan hingga ke utara wilayah ragam
Siraya, dan ragam Makatau dipertuturkan di wilayah yang kini menjadi bagian dari Kaohsiung dan Pingtung. Wilayah persebaran ragam-ragam
Bahasa Siraya mungkin saja senantiasa berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan demografis dan politis.
Sumber sejarah
Adelaar membagi sumber-sumber primer yang menggunakan
Bahasa Siraya ke dalam tiga kategori:
Naskah susunan Belanda dari abad ke-17. Termasuk dalam kategori ini adalah terjemahan
Bahasa Siraya untuk Injil Matius dan Katekismus Heidelberg yang disusun oleh misionaris Daniel Gravius. Selain itu, ada pula Manuskrip Utrecht yang berisikan daftar kosakata Belanda-
Siraya sepanjang 35 halaman yang disertai lampiran berupa kutipan empat percakapan antar-murid sekolah dalam
Bahasa Siraya.
Kumpulan berkas kontrak lahan atau yang lebih dikenal sebagai "Naskah Sinkang", yang berasal dari antara tahun 1663 dan 1818. Berjumlah total 170 buah, berkas-berkas ini dibuat oleh masyarakat
Siraya setempat yang masih menggunakan sistem penulisan rintisan Belanda meski mereka telah meninggalkan Taiwan pada tahun 1664.
Daftar kosakata rangkuman orang-orang Jepang dari akhir abad ke-19. Saat Jepang mengambil alih wilayah Taiwan pada tahun 1895, hanya sedikit di antara masyarakat
Siraya yang masih mampu mengingat
Bahasa dan budaya mereka. Meski begitu, beberapa orang Jepang (baik yang linguis maupun yang bukan) masih dapat mengoleksi daftar kosakata dari berbagai ragam
Bahasa Siraya. Kumpulan daftar kosakata ini menunjukkan variasi dialektis yang lebih beragam daripada yang digunakan pada teks-teks abad ke-17.
Analisis linguistik terhadap sumber-sumber primer ini juga telah dilakukan oleh beberapa ahli
Bahasa sejak akhir abad ke-20.
Fonologi
Karena
Bahasa Siraya merupakan
Bahasa yang sudah punah, sistem fonologinya hanya dapat dikira-kira dari sumber tertulis yang ada. Berdasarkan analisisnya terhadap teks
Bahasa Siraya dari abad ke-17, Adelaar mengajukan sistem fonologi sebagai berikut:
Selain 18 fonem hipotetis di atas, terdapat tiga grafem konsonan yang masih belum jelas status fonemis atau nilai fonetisnya, yaitu ⟨c⟩, ⟨nḡ⟩, dan ⟨z⟩.
Rujukan
= Keterangan
=
= Catatan kaki
=
= Daftar pustaka
=
Adelaar, Alexander (2011).
Siraya: Retrieving the Phonology, Grammar and Lexicon of a Dormant Formosan Language. Trends in Linguistics: Documentation [TiLDOC]. 30. Berlin: De Gruyter Mouton. ISBN 9783110252958.
Adelaar, Alexander (1997). "Grammar Notes on
Siraya, an Extinct Formosan Language". Oceanic Linguistics. 36 (2): 362–397. doi:10.2307/3622990.
Blust, Robert (2013). The Austronesian languages. Asia-Pacific Linguistics. 8. Canberra: Asia-Pacific Linguistics, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University. ISBN 9781922185075.
Li, Paul Jen-kuei (2009). "Linguistic differences among
Siraya, Makatao and Taivuan". Dalam Alexander Adelaar; Andrew K. Pawley. Austronesian historical linguistics and culture history: A festschrift for Robert Blust. 601. Canberra: Pacific Linguistics. hlm. 399–409. ISBN 9780858836013.
Sagart, Laurent (2013). "
Siraya: Retrieving the phonology, grammar and lexicon of a dormant Formosan language by Alexander Adelaar (review)". Oceanic Linguistics. 52 (2): 540–549. doi:10.1353/ol.2013.0020.