Cacingan yang ditularkan melalui tanah merupakan golongan nematoda usus
yang membutuhkan
tanah sebagai media pematangan telur dan media penularan. Sebagian besar populasi dunia terinfeksi satu atau lebih cacing
yang ditularkan melalui tanah ini. STH ditemukan di daerah dengan iklim hangat dan lembab di mana sanitasi dan kebersihannya buruk, termasuk di daerah beriklim sedang selama bulan-bulan hangat. STH ini dianggap penyakit tropis
yang terabaikan karena menimbulkan kecacatan dan penderitaan
yang luar biasa namun dapat dikendalikan atau dihilangkan. Spesies STH biasanya disebut sebagai kelompok karena mereka membutuhkan prosedur diagnostik
yang sama dan merespon obat
yang sama.
Spesies
Spesies cacing
yang termasuk golongan STH :
= Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)
=
Morfologi cacing dewasa dapat dilihat dari bentuk mulutnya. Pada cacing jantan panjangnya berkisar 15-31 cm dan ujung posteriornya melengkung sedangkan pada cacing betina panjanganya berkisar 20-35 cm dan ujung posteriornya lurus. Telur Ascaris lumbricoides dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
Telur tidak dibuahi (infertil: berbentuk lonjong, ukurannya 80-94 µm x 38-44 µm dan memiliki 2 lapisan; lapisan luar (albuminoid) dan berisi granula-granula
Telur dibuahi/fertilized : berbentuk bulat dan memiliki tebal 3 lapisan; lapisan luar (albuminoid)
yang bergranula berwarna cokelat oleh empedu, lapisan hialin dan lapisan vitelin berisi blastomer (sel telurnya)
Dekortikasi/decorticated (bentuknya seperti telur
yang dibuahi namun lapisan albuminoidnya hilang)
Infektif/embrioned (di dalamnya sudah ada embrio/larva) bentuk ini kalau tidak sengaja masuk ke dalam tubuh maka di dalam tubuh akan keluar larva dan berubah menjadi cacing)
Penyakit
yang ditimbulkan karena infeksi Ascaris lumbricoides disebut ascariasis. Parasit Ascaris hidup di usus halus namun larva Ascaris lumbricoides dapat bermigrasi ke paru-paru. Infeksi cacing ini pada manusia paling banyak ditemukan di dunia. Diperkirakan 807 juta-1,2 miliar orang di dunia menderita ascariasis. Kasus paling tinggi terjadi di daerah tropis dan subtropis, terutama di daerah dengan sanitasi buruk. Infeksi jarang terjadi di negara maju, tetapi kasus sporadis dapat terjadi di daerah pedesaan
yang miskin di negara-negara maju.
Cacing gelang
yang berasal dari babi disebut Ascaris suum. Manusia juga dapat terinfeksi oleh cacing gelang babi (Ascaris suum). Beberapa kasus penularan manusia diketahui berhubungan dengan peternakan babi. Pada anak-anak, ascariasis dapat menghambat pertumbuhan karena parasit dapat menghisap makanan dan menyebabkan kekurangan gizi. Migrasi cacing dewasa ke organ lain dapat menyumbat saluran empedu dan radang usus buntu.
yang spesifik dari ascaris lubricoides dapat menimbulkan pneumonia
yang disebabkan oleh larva dari Ascaris lumbricoides jika bermigrasi ke paru-paru
yang dikenal dengan Syndrom Loeffler atau ascaris pneumonia
yang dapat menimbulkan gejala batuk. Ascaris lumbricoides (cacing gelang manusia) dan Ascaris suum (cacing gelang babi) sulit dibedakan. Tidak diketahui berapa banyak orang di seluruh dunia
yang terinfeksi Ascaris suum.
= Cacing cambuk (Trichuris trichiura)
=
Cacing jantan dewasa memiliki panjang sekitar 30-45 mm, dengan ujung posterior
yang melingkar sedangkan pada cacing betina dewasa berukuran sekitar 35-50 mm dengan ujung posterior
yang lurus. Telur Trichuris trichiura berukuran 50-55 µm x 20-25 µm, berbentuk seperti tong, berdinding tebal dan memiliki sepasang “cnop” di setiap ujungnya
Telur Trichuris trichiura akan berubah menjadi infektif jika tertelan manusia, dalam tubuh manusia telur ini akan berubah menjadi cacing. Hal ini dapat terjadi ketika tangan atau jari
yang telah terkontaminasi kotoran dimasukkan ke dalam mulut atau dengan mengkonsumsi sayuran atau buah-buahan
yang belum dimasak, dicuci atau dikupas dengan hati-hati. Penyakit
yang ditimbulkan karena infeksi Trichuris trichiura disebut Trichuriasis. Sering ditemukan infeksi campuran dengan cacing gelang dan cacing tambang. Habitat Trichuris trichiura pada orang dewasa ditemukan di usus besar, sekum, dan apendiks. Cacing ini tidak dapat migrasi ke dalam jaringan. Diperkirakan 604-795 juta orang di dunia terinfeksi cacing cambuk. Kasus paling tinggi ditemukan di daerah tropis dan subtropis, terutama di daerah dengan sanitasi buruk
yang banyak ditemukan di Amerika Serikat bagian selatan
Infeksi cacing ini sering ditemukan tanpa gejala (asimtomatik). Infeksi cacing dalam jumlah banyak dapat menyebabkan erosi pada dinding usus dan menyebabkan perdarahan. Cacing menembus dinding usus
yang menyebabkan perforasi usus. Prolaps rektum (ketika rektum turun dan keluar dari anus) juga bisa terjadi. Anak-anak dengan infeksi berat dapat mengalami anemia dan proses pertumbuhan
yang lebih lambat.
= Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)
=
Necator americanus dewasa berbentuk silinder dan ujung anteriornya melengkung ke arah dorsal. Cacing jantan dewasa memiliki panjang sekitar 7-9 mm dan diameter 0.3 mm. Ujung posteriornya terdapat bursa copulatrix dan sepasang spiculae. Sedangkan cacing betina dewasa memiliki panjang sekitar 9-11 mm dan diameter 0.4 mm. Ujung posteriornya berbentuk runcing dan terdapat vulva.
Ancylostoma duodenale dewasa berbentuk silindris dan relatif gemuk. Tubuhnya melengkung seperti huruf ‘C’. Cacing jantan dewasa memiliki panjang sekitar 8-11 mm dan diameter 0.4-0.5 mm. Ujung posteriornya terdapat bursa copulatrix. Sedangkan pada cacing betina panjangnya sekitar 10-13 mm dan diameternya 0.6 mm. Ujung posteriornya tumpul. Telur cacing tambang berukuran sekitar 50-60 x 40-45 mikron berbentuk bulat lonjong dan berdinding tipis.
Diperkirakan 576-740 juta orang di dunia terinfeksi cacing tambang. Cacing tambang pernah tersebar luas di Amerika Serikat, khususnya di wilayah tenggara, tetapi perbaikan pelayanan kesehatan sangat berdampak sehingga mengurangi infeksi cacing tambang.
= Strongyloides stercoralis
=
Strongyloides stercoralis adalah cacing usus dengan karakteristik khusus. Parasit memerlukan metode diagnostik
yang berbeda dari spesies STH lainnya, dan untuk alasan ini sering tidak diidentifikasi sehingga beberapa referensi tidak Strongyloides stercoralis sebagai STH. Selain itu, parasit tidak sensitif terhadap albendazole atau mebendazole dan oleh karena itu tidak terpengaruh oleh kampanye pengobatan pencegahan skala besar
yang menargetkan cacing
yang ditularkan melalui tanah lainnya.
S. stercoralis dapat menyebabkan morbiditas dermatologis dan gastro-intestinal dan juga malnutrisi kronis pada anak-anak. Saat imunitas seseorang turun, parasit dapat menyebabkan sindrom hiperinfeksi/penyebaran
yang berakibat fatal jika tidak segera disembuhkan dengan benar dan sering kali berakibat fatal meskipun telah diobati.
Secara global lebih dari 600 juta orang diperkirakan terinfeksi S. stercoralis. Namun, karena parasit ini
ditularkan di daerah dengan sanitasi
yang buruk, distribusi geografisnya tumpang tindih dengan spesies STH lainnya. Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar terjadi di sub-Sahara Afrika, Amerika, Cina, dan Asia Timur.
Penularan
STH hidup di usus dan telurnya dikeluarkan
melalui tinja orang
yang terinfeksi. Jika orang
yang terinfeksi STH buang air besar di sembarang tempat seperti di dekat semak-semak, di kebun, atau di ladang atau jika kotoran orang
yang terinfeksi digunakan sebagai pupuk, telur cacing akan tersimpan di
tanah. Telur menjadi infektif saat matang di
tanah. Orang akan terinfeksi ketika telur tertelan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Hal ini dapat terjadi ketika tangan atau jari
yang telah terkontaminasi kotoran dimasukkan ke dalam mulut atau dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
yang belum dimasak, dicuci atau dikupas dengan hati-hati. Telur cacing tambang tidak infektif. Mereka menetas di
tanah, melepaskan larva (cacing
yang belum matang)
yang matang menjadi bentuk
yang dapat menembus kulit manusia. Biasanya infeksi cacing tambang
ditularkan ketika sedang berjalan tanpa alas kaki di
tanah yang terkontaminasi. Jenis cacing tambang (Anclostoma duodenale) juga dapat
ditularkan melalui larva
yang tertelan.Cacing dewasa hidup di usus manusia dan akan menghasilkan ribuan telur setiap hari. Di daerah
yang sanitasinya kurang memadai, telur-telur ini mencemari
tanah yang dapat terjadi dengan beberapa cara:
telur
yang menempel pada sayuran tertelan saat sayuran tidak dimasak, dicuci atau dikupas dengan hati-hati;
telur tertelan dari sumber air
yang terkontaminasi;
telur tertelan oleh anak-anak
yang bermain di
tanah yang terkontaminasi dan kemudian memasukkan tangan mereka ke dalam mulut tanpa mencucinya.
Tidak ada penularan langsung dari orang ke orang, atau infeksi dari feses segar, karena telur
yang dikeluarkan
melalui feses membutuhkan waktu sekitar 3 minggu untuk matang di dalam
tanah sebelum menjadi infektif.
Gejala
Orang
yang terinfeksi STH biasanya tidak menunjukkan gejala. Infeksi berat dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti masalah gastrointestinal (termasuk sakit perut dan diare), kekurangan darah (anemia) dan kekurangan protein, prolaps rektum, serta retardasi atau penurunan fungsi pertumbuhan fisik dan kognitif.
Infeksi
yang lebih berat dapat menyebabkan berbagai gejala seperti malnutrisi, malaise dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik. Infeksi dengan intensitas
yang sangat tinggi dapat menyebabkan obstruksi usus
yang harus ditangani dengan pembedahan.
Beberapa STH juga menyebabkan hilangnya nafsu makan. Secara khusus, T. trichiura dapat menyebabkan diare dan disentri. Infeksi STH dapat merusak status gizi orang dengan berbagai cara. Cacing memakan jaringan inang, termasuk darah,
yang menyebabkan hilangnya zat besi dan protein. Cacing tambang menyebabkan kehilangan darah
yang dapat mengakibatkan anemia. Cacing meningkatkan malabsorbsi nutrisi. Selain itu, cacing gelang mungkin berebut vitamin A dengan tubuh manusia di usus.
Diagnosis laboratorium
Diagnosis laboratorium yang dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi STH yaitu :
Identifikasi mikroskopis telur dalam feses => metode yang langsung (sediaan basah) bisa menggunakan pengecatan eosin atau lugol. Jika jumlah cacingnya sedikit, bisa dilakukan konsentrasi
Jika feses tidak langsung diperiksa => dapat disimpan dalam formalis atau fiksatif lain
Konsentasi menggunakan teknik sedimentasi formalis-etil asetat
Konsentrasi menggunakan teknik flotasi atau pengapungan
Identifikasi larva dalam dahak atau aspirasi lambung selama fase migrasi paru.
Untuk mengetahui intensitas infeksi (derajat infeksi) => dapat menggunakan metode Kato-Katz dan metode hitung telur Stoll
Identifikasi cacing dewasa => kadang-kadang ditemukan pada feses atau dapat keluar
melalui mulut atau hidung
Metode molekuler untuk mendeteksi DNA telur/cacing dalam feses. Lebih banyak digunakan dalam penelitian karena mahal
Pengobatan
Infeksi cacing
yang ditularkan melalui tanah dapat diobati dengan obat
yang diresepkan oleh dokter. Obat-obatan
yang direkomendasikan WHO yaitu albendazole (400 mg) dan mebendazole (500 mg). Obat ini efektif, murah dan mudah diberikan oleh tenaga non-medis (misalnya guru). Obat ini telah
melalui pengujian keamanan
yang menyeluruh dan telah digunakan pada jutaan orang dengan sedikit efek samping. Baik albendazole maupun mebendazole disumbangkan ke kementerian kesehatan nasional
melalui WHO di semua negara endemik untuk pengobatan anak usia sekolah.
Pencegahan
Kontaminasi STH dapat dicegah
melalui beberapa cara, yaitu :
Tidak BAB di
tanah
Menjaga kebersihan diri seperti cuci tangan dengan sabun sebelum makan, tidak kontak dengan
tanah
Penggunaan pupuk dari feses manusia harus diproses terlebih dahulu
Sistem pembuangan limbah harus diawasi sehingga tidak terjadi penularan
Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi feses dan tidak dihinggapi binatang seperti lalat karena dapat membawa telur cacing dari satu tempat ke tempat lain
Mengobati sumber penularan (penderita)
Pada orang dewasa pencegahan ditujukan pada kelompok
yang pekerjaannya berhubungan dengan
tanah seperti pembuat batu bata atau pembuat genteng, tukang kebun, atau pekerjaan
yang langsung berhubungan dengan
tanah.
Referensi
cdc.gov. (2020). Parasites - Soil-transmitted helminths. [Online]. Tersedia : https://www.cdc.gov/parasites/sth/index.html. [26 Juni 2021]
Ideham, B., & Dachlan, Y. P. (2019). Penuntun praktis parasitologi kedokteran. Airlangga University Press.
Ideham, B., & Pusarawati, S. (2020). Helmintologi kedokteran. Airlangga University Press.
who.int. (2020). Soil-transmitted helminth infections. [Online]. Tersedia : https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/soil-transmitted-helminth-infections. [26 Juni 2021]
Zahriati, F. (2017). FLOTASI MENGGUNAKAN LARUTAN NaCl JENUH DAN ZnSO4 JENUH DENGAN VARIASI VOLUME TABUNG (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Pranala luar
Centers for Disease Control and Prevention
WHO information page