Imamat 18 adalah bagian dari Kitab
Imamat dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Termasuk dalam kumpulan kitab Taurat yang ditulis oleh Musa.
Teks
Naskah sumber utama: Masoretik, Taurat Samaria, Septuaginta dan Naskah Laut Mati.
Pasal ini dibagi atas 30 ayat.
Berisi peraturan mengenai kudusnya perkawinan, khususnya larangan hubungan kelamin di antara anggota-anggota keluarga tertentu (hubungan sedarah), hubungan sesama jenis dan hubungan dengan binatang.
Istilah yang dipakai dalam pasal ini untuk menyiratkan hubungan kelamin adalah "menyingkapkan aurat", meskipun juga dipakai kata "menghampiri" (ayat 19) atau "bersetubuh" (ayat 20) atau "tidur dengan" (ayat 22) serta "berkelamin" (ayat 23).
Struktur
Imamat 18:1–5: Larangan mengikuti kebiasaan orang Mesir.
Imamat 18:6–
18: Larangan berhubungan kelamin dengan kerabat terdekat (hubungan sedarah).
Imamat 18:19: Larangan berhubungan kelamin dengan seorang perempuan pada waktu cemar kainnya (menstruasi).
Imamat 18:20: Larangan bersetubuh dengan isteri sesama.
Imamat 18:21: Larangan mempersembahkan anak kepada Molokh.
Imamat 18:22: Larangan laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan.
Imamat 18:23: Larangan berkelamin dengan binatang.
Imamat 18:24–30: Peringatan untuk tidak menajiskan diri.
Ayat 5
"Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN."
Dikutip dalam: Roma 10:5.
Lihat pula: Ulangan 4:1; 6:24; Nehemia 9:29; Amsal 19:16; Yesaya 55:3; Yehezkiel 20:11,13,21; Roma 7:10.
Ayat 6-18
= Hubungan sedarah
=
Dalam hukum Taurat terutama dalam Kitab
Imamat di pasal ini (ayat 6-
18) dan pasal 20 dicatat larangan untuk berhubungan kelamin dengan kerabat terdekat, terutama dari pihak laki-laki, meskipun hubungan kelamin berlawanan jenis tentunya menyangkut larangan untuk pihak perempuan. Selain itu ada pula sejumlah larangan yang secara khusus ditujukan kepada perempuan dan secara tidak langsung, misalnya larangan hubungan kelamin sesama jenis yang dituliskan untuk laki-laki dianggap berlaku juga untuk perempuan. Yang dilarang adalah:
istri ayah (ibu) (ayat 7)
seorang istri ayah (ibu tiri) (ayat 8)
saudara perempuan, anak ayah atau anak ibu, baik yang lahir di rumah ayah maupun yang lahir di luar (ayat 9)
anak perempuan dari anak laki-laki atau anak perempuan (ayat 10)
anak perempuan dari seorang istri ayah, yang lahir pada ayah sendiri (saudari tiri) (ayat 11)
saudara perempuan ayah (ayat 12)
saudara perempuan ibu (ayat 13)
istri saudara laki-laki ayah (ayat 14)
menantu perempuan (ayat 15)
istri saudara laki-laki (ipar perempuan) (ayat 16)
seorang perempuan dan anaknya perempuan (ayat 17)
seorang perempuan sebagai madu kakaknya, selama kakaknya itu masih hidup (ayat
18)
Menurut tradisi Yahudi, tidak adanya larangan secara khusus mengenai hubungan kelamin dengan anak sendiri menyiratkan sesuatu yang sudah jelas-jelas dilarang, meskipun juga ditekankan di akhir pasal mengenai "tidak menajiskan diri". Larangan untuk berhubungan kelamin dengan ibu dan anak perempuannya jelas melarang hubungan seorang laki-laki dengan anak perempuannya, baik anak kandung maupun anak tiri.
Dalam sejumlah catatan di dalam Taurat, hubungan sedarah terjadi misalnya antara anak-anak Adam dan Hawa menikah sesama saudara; Abraham menikah dengan Sara, saudari tirinya; Yakub menikah dengan Rahel, adik dari istri pertamanya, Lea. Hal itu tidak dianggap salah karena hukum mengenai hubungan sedarah baru diberikan kemudian pada zaman Musa.
Satu jenis perkawinan yang tidak bertentangan dengan hukum-hukum ini, dan malah diwajibkan menurut Kitab Ulangan adalah yibbum, yaitu seorang laki-laki mengawini istri saudara laki-lakinya yang mati tanpa meninggalkan anak laki-laki.
Ulangan 25:5–6 mencatat "Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang daripada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar. Maka anak sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati itu, supaya nama itu jangan terhapus dari antara orang Israel."
Ayat 22
= Hubungan sesama jenis
=
Imamat 18:22 mencatat: "Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian."
Ayat ini menjadi dasar larangan bagi laki-laki untuk berhubungan kelamin sesama jenis.
Ayat 23
= Hubungan dengan binatang
=
Imamat 18:23 mencatat: "Janganlah engkau berkelamin dengan binatang apapun, sehingga engkau menjadi najis dengan binatang itu. Seorang perempuan janganlah berdiri di depan seekor binatang untuk berkelamin, karena itu suatu perbuatan keji."
Ayat ini menjadi dasar larangan untuk berhubungan kelamin dengan binatang.
Tradisi Yahudi
Seluruh pasal merupakan bahan bacaan Taurat Mingguan (parsyah) Akharei Mot (אַחֲרֵי מוֹת) yang dimulai dari pasal 16 ayat 1 sampai pasal
18 ayat 30.
Lihat pula
Yibbum
Bagian Alkitab yang berkaitan: Ulangan 25, Roma 10
Referensi
Bacaan lanjutan
Alter, Robert, The five books of Moses: a translation with commentary, 2004
Boyarin, Daniel, “Are there any Jews in ‘The History of Sexuality’?”, Journal of the History of Sexuality, Vol 5 no 3 (1995)
Brooten, Bernadette, Love Between Women: Early Christian Responses to Female Homoeroticism, 1996
Cohen, Martin, "The Biblical Prohibition of Homosexual Intercourse," Journal of Homosexuality, Vol 19(4) (1990)
Daube, David, "The Old Testament Prohibitions of Homosexuality." Zeitschrift der Savigny-Stiftung fur Rechtsgeschichte Romantische Abteilung 103 (1986)
Gagnon, Robert, The Bible and Homosexual Practice: Texts and Hermeneutics, 2001
Greenberg, David, The Construction of Homosexuality,1988
Kahn, Yoel, "Judaism and Homosexuality: The Traditionalist/ Progressive Debate," Homosexuality and Religion, ed Richard Hasbany 1984
Milgrom, Jacob, Leviticus 17–22, 2000
Olyan, Saul, "And with a Male You Shall Not Lie the Lying Down of a Woman”: On the Meaning and Significance of Leviticus
18:22 and 20:13", Journal of the History of Sexuality, Vol 5, no 2, (1994)
Thurston, Thomas, "Leviticus
18:22 and the Prohibition of Homosexual Acts," in Homophobia and the Judeo-Christian Tradition, ed. by Michael L. Stemmeler & J. Michael Clark, 1990
Walsh, Jerome, “Leviticus
18:22 and 20:13: Who Is Doing What To Whom?” Journal of Biblical Literature, Vol 120, No 2, (2001) Also available here Diarsipkan 2007-01-04 di Wayback Machine..
Wenham, Gordon, The Book of Leviticus, 1979
Wold, Donald, Out of Order: Homosexuality in the Bible and the Ancient Near East, 1998
Pranala luar
(Indonesia) Teks
Imamat 18 dari Alkitab SABDA
(Indonesia) Audio
Imamat 18
(Indonesia) Referensi silang
Imamat 18
(Indonesia) Komentari bahasa Indonesia untuk
Imamat 18
(Inggris) Komentari bahasa Inggris untuk
Imamat 18