Kementerian Kesehatan,
Tenaga Kerja,
dan Sosial (厚生労働省code: ja is deprecated , Kōsei-rōdō-shō) adalah
Kementerian tingkat kabinet dari pemerintah
Jepang.
Kementerian ini umumnya dikenal sebagai Kōrō-shō (厚労省code: ja is deprecated ) di
Jepang.
Kementerian ini menyediakan layanan kesehatan,
Tenaga kerja
dan kesejahteraan.
Kementerian ini dibentuk dengan menggabungkan
Kementerian Kesehatan
dan Kesejahteraan atau Kōsei-shō (厚生省code: ja is deprecated )
dan Kementerian Tenaga Kerja atau Rōdō-shō (労働省code: ja is deprecated ).
Menteri Kesehatan,
Tenaga Kerja,
dan Sosial adalah anggota Kabinet
dan dipilih oleh Perdana Menteri, biasanya dari anggota Diet.
Organisasi
Kementerian ini terdiri atas bagian-bagian berikut per 2019:
Sekretariat Menteri (termasuk Departemen Statistik
dan Informasi)
Biro Kebijakan Kesehatan
Biro Layanan Kesehatan
Biro Farmasi
dan Keamanan Pangan (termasuk Departemen Keamanan Pangan)
Biro Standar
Tenaga Kerja (termasuk Departemen Keselamatan Industri
dan Kesehatan, Departemen Kompensasi Pekerja,
dan Departemen Kehidupan Pekerja)
Biro Keamanan Ketenagakerjaan (termasuk Departemen Upaya Penempatan Kerja untuk Lansia
dan Penyandang Disabilitas)
Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia
Biro Kesetaraan Kerja, Anak-anak
dan Keluarga
Biro Bantuan Kesejahteraan
Sosial dan Korban Perang (termasuk Departemen Kesehatan
dan Kesejahteraan untuk Penyandang Disabilitas)
Biro Kesehatan
dan Kesejahteraan untuk Lansia
Biro Asuransi Kesehatan
Biro Pensiun
Direktur Jenderal untuk Perencanaan
dan Evaluasi Kebijakan
Lembaga penelitian terafiliasi (6 lembaga penelitian, 218 rumah sakit nasional, 13 stasiun karantina,
dan 3 Fasilitas Kesejahteraan
Sosial)
Dewan (Dewan Perlindungan
Sosial, Dewan Ilmu Kesehatan, Dewan Kebijakan
Tenaga Kerja, Dewan Etika Medis, Dewan Urusan Kefarmasian
dan Sanitasi Pangan, Komite Evaluasi untuk Lembaga Administrasi Independen, Dewan Upah Minimum Pusat, Komite Banding Asuransi
Tenaga Kerja, Dewan Medis Asuransi
Sosial Pusat, Komite Pemeriksaan untuk Asuransi
Sosial, Komite Pemeriksaan untuk Sertifikasi Penyakit
dan Disabilitas, Komite Pemeriksaan untuk Bantuan Pemulihan)
Biro Regional (8 Biro Kesehatan
dan Kesejahteraan Daerah
dan 47 Biro
Tenaga Kerja Prefektur)
Biro Eksternal (Layanan Pensiun
Jepang, Komisi Hubungan
Tenaga Kerja Pusat)
Investigasi
= Perusahaan bus wisata jalan raya
=
Setelah kecelakaan bus yang fatal pada 29 April 2012, ketika sebuah bus yang menuju Disneyland Tokyo terjatuh di Prefektur Gunma menewaskan tujuh orang
dan melukai 39 orang lainnya,
Kementerian tersebut meluncurkan penyelidikan terhadap perusahaan bus jalan raya. Investigasi dilakukan pada total 339 perusahaan. Ditemukan bahwa 95,6% (324 perusahaan) melanggar Undang-Undang Standar
Tenaga Kerja
dan Undang-undang Keselamatan Industri
dan Kesehatan. 219 perusahaan (64,6%) melanggar hukum dengan membuat pengemudi mereka bekerja di belakang kemudi lebih dari waktu maksimum yang ditetapkan yaitu delapan jam sehari
dan 40 jam seminggu, atau lebih lama dari waktu yang disepakati dengan serikat buruh. Investigasi tersebut juga menemukan 37 perusahaan, (10,9%), tidak memberikan "setidaknya satu hari libur dalam seminggu", yang diwajibkan undang-undang kepada pemberi kerja untuk pengemudi mereka. Selain itu, ditemukan bahwa 260 perusahaan (76,6%) tidak mematuhi standar yang bersangkutan dengan jam kerja pengemudi bus, yang melarang mereka bekerja lebih dari 16 jam sehari dengan menggabungkan waktu kantor
dan mengemudi.
Kementerian tersebut mengatakan pihaknya mengambil "tindakan korektif" dengan mereka yang melanggar hukum.
Kritik
Pegawai
Kementerian dan kritikus vokal Moriyo Kimura menyatakan bahwa petugas medis
Kementerian tersebut (ikei gikan) merupakan "orang yang korup
dan mementingkan diri sendiri." Kimura mengatakan, para petugas yang berjumlah 250 orang memiliki sedikit pengalaman
dan tidak melihat pasien atau praktik kedokteran setelah dipekerjakan oleh
Kementerian. Jadi, kata Kimura, kebijakan kesehatan masyarakat
Jepang tertinggal dari negara-negara maju lainnya, selama "puluhan tahun".
Terdapat pandangan bahwa ada kekurangan yang cukup besar dalam kebijakan kesejahteraan masyarakat
Jepang karena keterbatasan praktis dari
Kementerian Kesehatan,
Tenaga Kerja
dan Kesejahteraan yang mengkhususkan diri dalam fungsi ketenagakerjaan
dan Tenaga kerja daripada kesehatan
dan kesejahteraan. Di beberapa negara lain,
Kementerian yang berspesialisasi dalam ketenagakerjaan
dan Tenaga kerja
dan Kementerian yang berspesialisasi dalam kesehatan
dan kesejahteraan sepenuhnya dipisahkan dalam formasi fungsional, sehingga tanggapan dapat relatif cepat dalam kasus krisis kesehatan, tetapi di
Jepang, ada keterbatasan bahwa respon dalam bidang kesehatan
dan kesejahteraan relatif lambat.
Lihat pula
Kementerian Kesehatan
dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat
Badan Pengawas Obat Eropa
Pengembangan obat
Uji klinis
Referensi
Pranala luar
Ministry of Health, Labour, and Welfare (dalam bahasa Inggris)