Sunan Muria adalah Ulama yang termasuk dalam anggota dewan Wali Songo. Nama lahirnya adalah Umar Said. Ia adalah putra
Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq.
Nama
Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung
Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat
Sunan Muria dimakamkan.
Sunan Muria wafat pada tahun 1560 M.
Di dalam tradisi penulisan tembang,
Sunan Muria dianggap sebagai pencipta tembang-tembang cilik (sekar alit) jenis Sinom dan Kinanthi.
Sunan Muria menjalankan dakwah melalui pendekatan budaya. Dalam seni pewayangan, misal,
Sunan Muria diketahui suka menggelar sejumlah lakon carangan pertunjukan wayang gubahan
Sunan Kalijaga, seperti : Dewa Ruci, Dewa Srani, Jamus Kalimasada, Begawan Ciptaning, Semar Ambarang Jantur, dan sebagainya.
Melalui media pertunjukan wayang,
Sunan Muria memberikan penerangan-penerangan kepada masyarakat tentang berbagai hal dalam kaitan dengan tauhid. Dengan pendekatan lewat pertunjukan wayang, tembang-tembang, tradisi-tradisi
lama, dan praktik-praktik keagamaan lama yang sudah diislamkan,
Sunan
Muria berhasil mengembangkan dakwah Islam di daerah Jepara, Tayu, Juwana, bahkan sekitar Kudus.
Sumber versi catatan sejarah menyebutkan asal usul
Sunan Muria sebagai anak kandung dari
Sunan ngudung/
Sunan mandalika sangat tidak sesuai karena bukti kebenaran otentik dewi sujinah istri
Sunan Muria adalah putri dari
Sunan Ngudung "Raden Usman Haji" bin As-Sayyid Ali Murtadho
Sunan Gisik kakak
Sunan ampel
Rekam Jejak
= Menjadi Murid sekaligus menantu Sunan Ngerang
=
Selama berguru kepada
Sunan Ngerang, dikisahkan bahwa suatu saat
Sunan Ngerang mengadakan syukuran untuk putrinya, Dewi Roroyono yang
usianya genap dua puluh tahun.
Para murid seperti
Sunan Muria,
Sunan
Kudus, Adipati Pathak Warak dari Mandalika Jepara, Kapa dan adiknya, Gentiri,
diundang untuk hadir.
Ketika Dewi Roroyono dan adiknya, Roro Pujiwati,
keluar menghidangkan makanan dan minuman, hati Adipati Pathak Warak
terpesona oleh kecantikan putri gurunya itu. Ia memandang Dewi Roroyono
dengan mata tidak berkedip.
Putri
Sunan Ngerang itu telah membuat Adipati Pathak Warak tergila-gila dan melakukan tindakan tidak pantas terhadap putri
gurunya itu. Bahkan, pada malam hari, Dewi Roroyono dibawa lari ke Mandalika.
Sewaktu
Sunan Ngerang mengetahui bahwa putrinya diculik oleh
Pathak Warak, ia berikrar akan menikahkan putrinya itu dengan siapa saja
yang berhasil membawanya kembali.
Setelah melalui berbagai rintangan yang berat termasuk melumpuhkan Adipati Pathak Warak, membinasakan Kapa
dan Gentiri yang berkhianat.
Raden Umar Said berhasil membawa kembali
Dewi Roroyono. Lalu
Sunan Ngerang menjodohkan putrinya, Dewi Roroyono,
dengan Raden Umar Said (
Sunan Muria).
= Pernikahan
=
Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah putri
Sunan Ngudung, adik dari
Sunan Kudus dan
Sunan Muria menikah dengan dewi Roroyono Putri Ki Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang.
Sunan Muria menikah dengan dewi sujinah dikaruniai seorang anak bernama Syech Jangkung.
Sedangkan, pernikahan
Sunan Muria dengan dewi Roroyono Putri Ki Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang dikaruniai tiga orang anak, yaitu :
Sunan Nyamplungan
Raden Ayu Nasiki
Pangeran Santri (
Sunan Kadilangu).
Selain itu adapula putra
Sunan Muria yang terkenal ialah (Panembahan Pangulu) Pangeran Jogodipo, yang makamnya berada satu kompleks di Colo.
Pemakaman
Kompleks Makam
Sunan Muria berada di Bukit
Muria yang terletak di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah dan berada pada ketinggian lebih dari 1600 meter di atas permukaan laut.
Referensi
= Kutipan
=
= Pustaka
=
Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka Iman, 2016, Halaman 305.
Pranala luar
FokusSemarang.com