Yelizaveta (Yelisavet) Petrovna (bahasa
Rusia: Елизаве́та (Елисаве́та) Петро́вна, bahasa Inggris: Elizabeth) (29 Desember 1709 – 5 Januari 1762) adalah Maharani (kaisar wanita)
Rusia yang memerintah pada tahun 1741 sampai 1762. Di masanya,
Yelizaveta membawa
Rusia ke dalam dua perselisihan besar di Eropa kala itu: Perang Pewaris Austria (1740 – 1748) dan Perang Tujuh Tahun (1756 – 1763).
Yelizaveta adalah penguasa
Rusia terakhir yang merupakan anggota Wangsa Romanov
dari jalur ayah.
Politik dalam negerinya mengizinkan para bangsawan untuk dominan di pemerintahan lokal dengan memperpendek masa pelayanan mereka untuk negara. Ia mendorong pendirian Universitas Moskwa oleh Mikhail Lomonosov dan pendirian Akademi Seni Kekaisaran oleh Ivan Shuvalov di Sankt Peterburg. Ia juga menghabiskan banyak uang untuk proyek agung barok
dari arsitek favoritnya, Bartolomeo Rastrelli, terutama di Istana Peterhof dan Tsarskoye Selo. Istana Musim Dingin dan Katedral Smolny merupakan peninggalan utama
dari masa pemerintahannya di Sankt Peterburg. Ia merupakan salah satu penguasa
Rusia yang paling dicintai oleh rakyatnya karena perlawanannya yang kuat terhadap kebijakan Prusia dan keputusannya untuk tidak menghukum mati seorangpun pada masa kekuasaannya.
Latar belakang
Yelizaveta lahir di Kolomenskoye, dekat Moskwa, pada 29 Desember 1709 (kalender Julius: 18 Desember). Ayahnya adalah Pyotr, Tsar
Rusia terakhir dan Kaisar
Rusia pertama. Ibunya adalah Yekaterina, seorang pelayan yang menjadi istri kedua Pyotr, dan kemudian naik takhta sebagai maharani sepeninggal suaminya.
dari dua belas anak Pyotr dan Yekaterina, hanya dua orang putri yang hidup sampai usia dewasa, yakni Anna (lahir 1708) dan
Yelizaveta sendiri. Mereka memiliki seorang kakak laki-laki yang lahir
dari istri pertama ayah mereka, Putra Mahkota Aleksei.
Sejak belia,
Yelizaveta sudah menjadi kesayangan ayahnya. Dia mirip dengan ayahnya, baik
dari perawakan maupun temperamennya. Meski sangat menyayangi putrinya, Pyotr tidak memberi perhatian pada pendidikannya. Dia sudah memiliki putra dan cucu laki-laki
dari istri pertamanya yang seorang bangsawan, dan tidak pernah memikirkan kemungkinan putrinya naik takhta, karena memang belum pernah ada perempuan yang menjadi penguasa
Rusia saat itu.
Pernikahan
Terdapat kesulitan saat Pyotr berusaha menjodohkan putri-putrinya yang merupakan anak
dari Yekaterina. Hal ini karena kedudukan ibunya yang sebelumnya hanya sebatas pelayan di istana. Saat Pyotr berusaha menjodohkannya dengan pangeran Prancis, pihak Prancis menyatakan bahwa asal-muasal ibunya dipandang terlalu kabur dan tidak bisa diterima.
Pada tahun 1724, Pyotr menjodohkan kedua putrinya dengan sepupu mereka. Anna ditunangkan dengan Karl Friedrich, Adipati Holstein-Gottorp, yang saat itu tinggal di
Rusia menjadi tamu Pyotr setelah gagal membantu paman
dari ibunya menjadi Raja Swedia.
Yelizaveta sendiri ditunangkan dengan sepupu Karl Friedrich, Karl August. Pernikahan Anna digelar pada tahun 1725 sesuai rencana, meski Pyotr mangkat terlebih dulu sebelum upacara pernikahan berlangsung. Dalam kasus
Yelizaveta, tunangannya meninggal pada 31 Mei 1727 dan ibunya yang naik takhta sepeninggal Pyotr mangkat dua pekan sebelum meninggalnya Karl August. Dengan meninggalnya tunangan dan kedua orangtuanya, juga naiknya keponakan tirinya menjadi Kaisar
Rusia dengan nama Pyotr II, menjadikan nilai jualnya dalam pernikahan jatuh. Keadaan ini tidak berubah saat sepupunya, Anna, naik takhta menjadi maharani. Tidak ada bangsawan atau pangeran asing yang melamarnya.
Yelizaveta juga tidak bisa menikah dengan orang biasa karena selain mempertaruhkan kedudukan dan gelar istananya, tetapi juga haknya atas takhta.
Naik takhta
Ivan VI naik takhta setelah bibinya, Maharani Anna, mangkat pada tahun 1740. Namun dia baru dua bulan saat naik takhta, sehingga ibunya bertindak sebagai wali. Masa ini dikenal dengan pajak yang tinggi dan berbagai permasalahan ekonomi. Sebagai putri
dari Pyotr yang Agung,
Yelizaveta mendapat dukungan
dari resimen pasukan penjaga.
Yelizaveta kerap mengunjungi resimen penjaga, mengadakan beberapa acara khusus untuk para pejabat, dan bertindak sebagai ibu baptis bagi anak-anak mereka.
Para penjaga membalas kebaikannya ketika pada malam 25 November 1741,
Yelizaveta mengambil alih kekuasaan dengan bantuan
dari Resimen Preobrazhensky. Dia menahan kaisar muda beserta orangtuanya dan berhasil melakukan kudeta tanpa pertumpahan darah.
Yelizaveta bersumpah bahwa setelah naik takhta, dia tidak akan menandatangani persetujuan hukuman mati satupun, sebuah janji luar biasa yang dia pegang sampai mati.
Kebijakan
Di usianya yang ketiga puluh tiga, dengan pengalaman politik yang relatif sedikit,
Yelizaveta mendapati dirinya sebagai pemimpin
dari kekaisaran besar yang berada dalam salah satu masa paling genting.
Rusia berada dalam pengaruh kuat penasihat Jerman dan pada masa
Yelizaveta, banyak yang
dari mereka kemudian diasingkan.
Yelizaveta menghapus dewan kabinet yang digunakan pada masa pemerintahan Anna dan membentuk ulang senat sebagaimana pada masa Pyotr yang Agung dengan pimpinan
dari tiap departemen (tidak ada orang Jerman di dalamnya) hadir. Urusan pertama yang dia selesaikan adalah menangani masalah perang dengan Swedia. Perjanjian Abo ditandatangani tanggal 7 Agustus 1743. Swedia menyerahkan Finlandia selatan sebelah timur sungai Kymmene kepada
Rusia yang menjadi batas bagi kedua negara. Perjanjian ini juga memberikan
Rusia Benteng Villmanstrand dan Fredrikshamn.
Kejadian besar berikutnya yang terjadi pada masa pemerintahan
Yelizaveta adalah Perang Tujuh Tahun. Dia menyepakati Perjanjian Versailles untuk melakukan persekutuan dengan Prancis dan Austria untuk melawan Prusia. Dia ingin mendesak tapal batas Prusia sehingga negara itu tidak lagi dapat membahayakan Kekaisaran
Rusia.
Dikarenakan kemungkinan akan terjadinya pemberontakan
dari pendukung mantan kaisar sebelumnya, Ivan,
Yelizaveta memusnahkan semua kertas, koin, dan berkas yang memuat tentang Ivan.
Pemilihan pewaris
Sebagai seorang maharani yang tidak memiliki anak, sangat penting bagi
Yelizaveta untuk memilih pewaris. Untuk itu dia memilih putra
dari kakak kandung perempuannya, Pyotr, untuk menjadi pewaris. Pyotr yang yatim piatu diundang di Sankt Peterburg dan diterima sebagai anggota Gereja Ortodoks dan ditetapkan sebagai putra mahkota pada 7 November 1742. Pyotr kemudian dinikahkan dengan Sophie yang kemudian diberi nama baru Yekaterina setelah menjadi bagian
dari Gereja Ortodoks. Pernikahan mereka dilangsungkan pada 21 Agustus 1745. Sembilan tahun setelahnya, Yekaterina melahirkan seorang anak laki-laki bernama Pavel. Namun ada spekulasi bahwa ayah Pavel bukanlah Pyotr, melainkan salah satu kekasih Yekaterina bernama Serge Saltykov.
Yekaterina mengambil alih pengasuhan Pavel dan dia sendiri bertindak sebagai ibunya, dan bukan Yekaterina. Yekaterina tidak dapat melihat putranya pada bulan berikutnya sampai pertemuan singkat mereka saat menghadiri upacara gereja.
Yelizaveta memperbolehkan Yekaterina untuk melihat putranya lagi enam bulan kemudian. Pavel muda tidak lagi dipandang hanya sebatas milik kedua orangtuanya, tetapi juga milik negara, yang kemudian diambil dan dirawat
Yelizaveta sebagaimana keyakinannya bahwa dia adalah pewaris takhta yang sejati dan cicit
dari ayahnya, Pyotr yang Agung.
Dibandingkan dengan negara-negara Eropa lain, Istana
Rusia termasuk yang paling megah.
Yelizaveta sendiri dikabarkan meiliki 15.000 pakaian dan ribuan pasang sepatu. Dia tidak pernah memakai sebuah pakaian lebih
dari sekali dan dapat berganti pakaian mulai dua sampai enam kali sehari. Aturan ini juga ditetapkan kepada orang-orang di istana dan pejabatnya juga. Untuk memastikan agar mereka tidak memakai pakaian yang sama untuk beberapa kali acara pesta dansa dan pertemuan resmi, sang maharani memerintahkan para penjaga untuk memberi pakaian mereka tinta khusus. Kemegahan
Yelizaveta juga ditampilkan dalam makanan yang dihidangkan. Meski bgitu, gaya hidup sang maharani yang megah membawa manfaat bagi infrastruktur negara. Jalan-jalan dimodernisasi agar dapat mengangkut barang-barang yang dikehendaki
Yelizaveta dengan lancar.
Sebagai wanita muda,
Yelizaveta dikenal sangat menarik dan dia menginginkan selalu menjadi pribadi yang tampil paling menarik. Untuk memastikan hal tersebut, sebuah maklumat dibuat untuk melarang siapapun untuk memiliki gaya rambut, memakai pakaian dan aksesori yang dipakai sang maharani. Seorang wanita, Natalya Lopukhina, secara tidak sengaja mengenakan barang yang sama dengan yang dikenakan
Yelizaveta dan dia mendapat cambukan di wajah atas pelanggarannya.
Yelizaveta juga disebutkan telah mengubah istananya menjadi pusat permusikan negara.
Yelizaveta mengundang banyak sekali musisi
dari Jerman, Italia, dan dan Prancis. Sang maharani juga memerintahkan berbagai pembangunan atas kecintaannya terhadap arsitektur. Biara Smolny, dibangun ketika
Yelizaveta dianggap akan menjadi biarawati, merupakan satu
dari banyak bangunan keagamaan yang dibangun atas perintahnya menggunakan dana negara. Sebagaimana penuturan Robert Nisbet Bain tentang
Yelizaveta, "tidak ada penguasa
Rusia lain yang membangun begitu banyak gereja."
Kehidupan pribadi
Dikarenakan sulitnya untuk menjalin ikatan pernikahan selepas kedua orangtuanya meninggal dan sebelum menjadi maharani,
Yelizaveta kemudian mengambil kekasih bernama Aleksis Shubin, seorang sersan tampan
dari pasukan penjaga kekaisaran. Saat Maharani Anna yang saat itu masih berkuasa mengetahui hubungan mereka, dia memerintahkan agar lidah Shubin dipotong dan dia diasingkan ke Siberia.
Yelizaveta menghibur dirinya dengan menjalin hubungan dengan seorang kusir tampan yang dia jadikan pelayannya untuk kesenangan seksualnya. Pada akhirnya dia menjalin hubungan jangka panjang dengan Aleksis Razumovsky, seorang pemuda tampan yang merupakan rakyat jelata Ukraina yang memiliki suara bass yang bagus. Razumovsky dibawa ke Sankt Peterburg
dari desanya oleh tuannya yang seorang bangsawan untuk menjadi penyanyi gereja dan
Yelizaveta membelinya
dari tuannya untuk paduan suara pribadinya. Razumovsky sendiri adalah seorang lelaki yang berpikiran sederhana yang tidak pernah berambisi untuk masalah pemerintahan dan dia terus bersama
Yelizaveta sejak hari-harinya yang penuh ketidakpastian sampai naik takhta menjadi maharani. Timbal baliknya,
Yelizaveta juga setia kepadanya dan dipercaya bahwa mereka telah menjalin ikatan pernikahan secara rahasia. Razumovsky sendiri kemudian dikenal sebagai "Kaisar Malam."
Tidak hanya status pernikahannya dengan Razumovsky, tetapi keberadaan anak-anak mereka juga menjadi pertanyaan. Ada yang menyatakan bahwa mereka memiliki dua putri. Pertama adalah Augusta Tarakanova yang kemudian menjadi biarawati dengan nama Dosifeya dan meninggal pada tahun 1810. Anak kedua bernama
Yelizaveta Tarakanova yang ditahan di Benteng Pyotr dan Pavel dan meninggal di sana karena tuberkulosis.
Mangkat
Yelizaveta meninggal pada tanggal 5 Januari 1762 dan dimakamkan di Katedral Pyotr dan Pavel pada 6 Februari 1762.
Yelizaveta adalah penguasa
Rusia terakhir yang merupakan anggota Wangsa Romanov
dari jalur ayah. Meski begitu, Pyotr dan penerusnya tetap menggunakan nama 'Romanov' atas keterkaitannya dengan Wangsa Romanov melalui ibunda Pyotr III, Anna, yang sekaligus kakak
Yelizaveta, meski secara garis ayah harusnya nama keluarga mereka adalah Holstein-Gottorp. Atau dalam beberapa kesempatan, wangsa mereka kerap disebut "Holstein-Gottorp-Romanov."
Rujukan
Buku dan artikel
Antonov, Boris (2006). Russian Tsars. Saint Petersburg: Ivan Fiorodov Art Publishers. ISBN 5938931096.
Coughlan, Robert (1974). Jay Gold, ed. Elizabeth and Catherine: Empresses of All the Russias. London: Millington Ltd. ISBN 0 86000 002 8.
Otto, Hoetzsch (1966). The Evolution of Russia. trans. Rhys Evans. London: Thames and Hudson.
Rounding, Virginia (2006). Catherine the Great: Love, Sex and Power. London: Hutchinson. ISBN 0091799929.
Artikel ini menyertakan teks
dari suatu terbitan yang sekarang berada pada ranah publik: Chisholm, Hugh, ed. (1911). "perlu nama artikel ". Encyclopædia Britannica (edisi ke-11). Cambridge University Press.